Victory Road, 28 April, 13:51 siang
Seorang lelaki berjalan melewati tanah Victory Road yang gelap dan ditumbuhi sedikit rumput hijau tua. Langit biru dengan sedikit awan menjadi backdrop sosok lelaki itu seraya ia menunduk kebawah. Sesuatu terlintas di benaknya. “(Saat inipun, pasti banyak sekali Trainer yang sedang berjuang dibawah sana…)” pikirnya. Sambil menghela napasnya, lelaki itupun melanjutkan perjalanannya.
Seorang lelaki berjalan melewati tanah Victory Road yang gelap dan ditumbuhi sedikit rumput hijau tua. Langit biru dengan sedikit awan menjadi backdrop sosok lelaki itu seraya ia menunduk kebawah. Sesuatu terlintas di benaknya. “(Saat inipun, pasti banyak sekali Trainer yang sedang berjuang dibawah sana…)” pikirnya. Sambil menghela napasnya, lelaki itupun melanjutkan perjalanannya.
Lelaki itu tiba di depan sebuah bangunan yang sangat besar. Orang-orang yang tengah berada disana langsung histeris dan terkejut melihat lelaki itu. Beberapa dari mereka bahkan meminta tanda tangan pada topi mereka. Setelah keributan itu, lelaki itu segera berjalan masuk melewati pintu kaca otomatis bangunan besar itu.
Bangunan Besar
Lelaki itu berjalan hingga ia tiba di depan sebuah gerbang yang sangat besar. Sebuah mesin terdapat di dekat gerbang tersebut. Ia menekan sebuah tombol dan menunjukkan selembar kartu untuk dipindai mesin itu. Beberapa detik kemudian, lampu diatas gerbang besar itu menyala hijau, diikuti dengan terbukanya gerbang besar itu.
Lelaki itu berjalan hingga ia tiba di depan sebuah gerbang yang sangat besar. Sebuah mesin terdapat di dekat gerbang tersebut. Ia menekan sebuah tombol dan menunjukkan selembar kartu untuk dipindai mesin itu. Beberapa detik kemudian, lampu diatas gerbang besar itu menyala hijau, diikuti dengan terbukanya gerbang besar itu.
Lelaki itu berjalan masuk sementara tujuh gerbang lainnya terbuka di hadapannya. Setelah gerbang kedelapan terbuka, sinar matahari yang menyilaukan langsung memancar. Lelaki itu tiba di sebuah podium dengan sebuah kursi di tengahnya. Podium itu terletak sangat tinggi, hingga lelaki itu dapat melihat seluruh arena dan bangku penonton di depannya.
Lelaki itu tersenyum kecil dan melambaikan tangannya pada penonton yang jumlahnya ribuan, sosoknya terekam di keempat layar raksasa di stadium. Sorak-sorai penonton diikuti dengan suara seorang pria di pengeras suara:
“Ia sudah tiba! Sekarang mari kita sambut… Champion Black!!!”
Chapter 1:
Master of the Board
Master of the Board
Black merapikan topinya, kemudian duduk di kursi besar yang telah disediakan. Wajahnya berubah agak murung, namun ia berusaha agar ekspresi itu tidak terlalu kentara di layar raksasa. “(Aku tidak boleh memberikan contoh yang buruk bagi fans-ku.)” pikirnya.
Namun apa daya, menjadi Champion ternyata tidak dapat memenuhi hasrat hidupnya. Memang, mendapat hak-hak khusus, diingat sebagai seorang legenda, memiliki banyak penggemar, diskon 85% di Pokemart terdaftar serta berbagai “bonus” lainnya membuat hidupnya lebih mudah. Tetapi entah kenapa, Black merasa kesepian.
Andai saja ia terus berpetualang seperti gadis itu…
Gadis itu?
Black teringat akan seorang teman lamanya. Dulu ia sering bertemu dengannya di stasion kereta Battle Subway. Mereka merupakan duo yang sangat sulit dikalahkan. “Setelah kejadian dua tahun yang lalu… Kira-kira dimana ia berada sekarang?” gumam Black pelan. Ia teringat beberapa serpihan dari kejadian waktu itu.
Namun apa daya, menjadi Champion ternyata tidak dapat memenuhi hasrat hidupnya. Memang, mendapat hak-hak khusus, diingat sebagai seorang legenda, memiliki banyak penggemar, diskon 85% di Pokemart terdaftar serta berbagai “bonus” lainnya membuat hidupnya lebih mudah. Tetapi entah kenapa, Black merasa kesepian.
Andai saja ia terus berpetualang seperti gadis itu…
Gadis itu?
Black teringat akan seorang teman lamanya. Dulu ia sering bertemu dengannya di stasion kereta Battle Subway. Mereka merupakan duo yang sangat sulit dikalahkan. “Setelah kejadian dua tahun yang lalu… Kira-kira dimana ia berada sekarang?” gumam Black pelan. Ia teringat beberapa serpihan dari kejadian waktu itu.
“Impian kami telah mencapai puncak. Apapun yang kalian lakukan hanyalah kesia-siaan.”
“Fraxure, serang!”
“Druddigon, serang!”
“Kalian memang keras kepala.”
“Gaaah!”
“Ini… Percuma saja.”
“Fraxure, serang!”
“Druddigon, serang!”
“Kalian memang keras kepala.”
“Gaaah!”
“Ini… Percuma saja.”
Black tersadar ketika ia mendengar suara hantaman keras dari arena.
Pertandingan antara seorang Trainer laki-laki bernama Anthony dan seorang Trainer perempuan bernama Andrea tengah berlangsung dengan sengit. Layar raksasa menunjukkan bahwa keduanya telah sampai pada pokemon terakhir mereka. Keduanya juga sudah tampak kewalahan dan bersimbah keringat.
“Infernape! Fire Spin!” teriak Anthony memberikan komando.
“Glaceon, mengindar!” balas Andrea.
Setiap kali Infernape membuat pusaran api, Glaceon selalu dapat menghindarinya.
“Glaceon, Aqua Tail!”
Glaceon berlari dengan cepat, kemudian mengibaskan ekornya yang penuh dengan energi air ke wajah Infernape, mengalahkannya.
“Pemenangnya adalah Andrea!” seru MC lewat pengeras suara.
Andrea meloncat kegirangan sambil memeluk Glaceon erat.
“Selamat atas kemenangannya, saudari Andrea. Sekarang, anda dipersilahkan untuk menaiki podium dan bertemu dengan Champion.”
Andrea mengangguk dengan semangat dan berlari menaiki anak tangga yang sangat banyak menuju tempat Black, yang sekarang telah berdiri sambil merapikan topinya.
Sesampainya di atas podium, Black memberikan ucapan selamat kepadanya.
“Selamat, Andrea. Jangan lupa mempersiapkan dirimu untuk pertandingan terakhir besok.”
“Terima kasih~ Tentu saja. Aku akan mengalahkanmu, Champion Black!” jawab Andrea.
“Semangat yang bagus.”
Setelah beberapa prosesi dan percakapan yang kurang penting, event hari itupun berakhir.
Pertandingan antara seorang Trainer laki-laki bernama Anthony dan seorang Trainer perempuan bernama Andrea tengah berlangsung dengan sengit. Layar raksasa menunjukkan bahwa keduanya telah sampai pada pokemon terakhir mereka. Keduanya juga sudah tampak kewalahan dan bersimbah keringat.
“Infernape! Fire Spin!” teriak Anthony memberikan komando.
“Glaceon, mengindar!” balas Andrea.
Setiap kali Infernape membuat pusaran api, Glaceon selalu dapat menghindarinya.
“Glaceon, Aqua Tail!”
Glaceon berlari dengan cepat, kemudian mengibaskan ekornya yang penuh dengan energi air ke wajah Infernape, mengalahkannya.
“Pemenangnya adalah Andrea!” seru MC lewat pengeras suara.
Andrea meloncat kegirangan sambil memeluk Glaceon erat.
“Selamat atas kemenangannya, saudari Andrea. Sekarang, anda dipersilahkan untuk menaiki podium dan bertemu dengan Champion.”
Andrea mengangguk dengan semangat dan berlari menaiki anak tangga yang sangat banyak menuju tempat Black, yang sekarang telah berdiri sambil merapikan topinya.
Sesampainya di atas podium, Black memberikan ucapan selamat kepadanya.
“Selamat, Andrea. Jangan lupa mempersiapkan dirimu untuk pertandingan terakhir besok.”
“Terima kasih~ Tentu saja. Aku akan mengalahkanmu, Champion Black!” jawab Andrea.
“Semangat yang bagus.”
Setelah beberapa prosesi dan percakapan yang kurang penting, event hari itupun berakhir.
Pokemon League Building, 28 April, 21:27 petang
Black berjalan sendirian di salah satu lorong bangunan. Hawa dingin yang berhembus lewat jendela-jendela yang terbuka serta sinar rembulan memberikan suasana tenang yang disukainya. Tiba-tiba, Black melihat sekelibat bayangan bergerak sesaat di belakangnya.
Black berhenti sejenak dan melirik ke belakang. Tidak ada apapun, hanya lorong redup yang disinari rembulan. Kemudian ia lanjut berjalan perlahan.
Bayangan itu segera bergerak cepat kearah Black, yang ternyata telah menyediakan sebutir Pokeball di tangannya. “Keluarlah, Emboar!” teriak Black.
Pokemon berapi itupun segera keluar dari Pokeball, menghalangi sosok bayangan tadi.
“Cih…” sosok bayangan itu melangkah mundur secepat kilat dan mengeluarkan Simipour dari Pokeball miliknya. “Simipour, Scald!” teriaknya.
Air mendidih meluncur keluar dari mulut Simipour kearah Emboar, yang menahan serangan itu. Serangan itu tampaknya melukainya dengan cukup parah.
“Emboar, kembali! Maju, Conkeldurr!” Black menukar Emboar dengan pokemon petarung bertangan besar itu.
“Conkeldurr, Thunder Punch!” perintah Black. Conkeldurr segera melepaskan kedua beton di tangannya dan meninju Simipour dengan tangannya yang besar dan bertegangan tinggi.
Simipour terlempar dan akhirnya pingsan. Sosok bayangan itupun segera mengeluarkan Pawniard. Saat itulah Black dapat mengidentifikasi dengan baik siapa sosok itu sebenarnya. Sosok itu adalah seorang dari Shadow Triad.
“Pawniard, Zen Headbutt!” perintah Shadow.
Black tersenyum kecil. “Sudah kuduga…” sergahnya seraya menukarkan Conkeldurr dengan Haxorus. “Haxorus, Flamethrower!”
Haxorus langsung menyemburkan api kearah Pawniard yang tengah melontarkan dirinya kearah Black, langsung mengalahkannya.
“Sedang apa kau disini? Bukankah kalian Team Plasma telah runtuh setahun yang lalu?” Tanya Black.
“Seperti yang diharapkan dari seorang Champion… Anda tangguh sekali.” Nada bicara Shadow tiba-tiba berubah sopan. “Jika Anda pikir Team Plasma telah berakhir dengan insiden setahun yang lalu, Anda salah besar.” Lanjutnya.
“Maksudmu? Apa jangan-jangan…”
“Tuan Ghetsis pasti akan sangat senang mendengar kabar Anda. Yah, tugas saya juga sudah selesai sekarang…” ujar Shadow seraya melangkah mundur.
“Ghetsis? Tu-Tunggu! Haxorus, hentikan dia!” seru Black, tetapi Shadow menghilang sangat cepat bersamaan dengan hembusan angin dingin malam…
“Ghetsis sudah kembali? Tapi bukankah White bilang ia sudah…” gumam Black.
Black berjalan sendirian di salah satu lorong bangunan. Hawa dingin yang berhembus lewat jendela-jendela yang terbuka serta sinar rembulan memberikan suasana tenang yang disukainya. Tiba-tiba, Black melihat sekelibat bayangan bergerak sesaat di belakangnya.
Black berhenti sejenak dan melirik ke belakang. Tidak ada apapun, hanya lorong redup yang disinari rembulan. Kemudian ia lanjut berjalan perlahan.
Bayangan itu segera bergerak cepat kearah Black, yang ternyata telah menyediakan sebutir Pokeball di tangannya. “Keluarlah, Emboar!” teriak Black.
Pokemon berapi itupun segera keluar dari Pokeball, menghalangi sosok bayangan tadi.
“Cih…” sosok bayangan itu melangkah mundur secepat kilat dan mengeluarkan Simipour dari Pokeball miliknya. “Simipour, Scald!” teriaknya.
Air mendidih meluncur keluar dari mulut Simipour kearah Emboar, yang menahan serangan itu. Serangan itu tampaknya melukainya dengan cukup parah.
“Emboar, kembali! Maju, Conkeldurr!” Black menukar Emboar dengan pokemon petarung bertangan besar itu.
“Conkeldurr, Thunder Punch!” perintah Black. Conkeldurr segera melepaskan kedua beton di tangannya dan meninju Simipour dengan tangannya yang besar dan bertegangan tinggi.
Simipour terlempar dan akhirnya pingsan. Sosok bayangan itupun segera mengeluarkan Pawniard. Saat itulah Black dapat mengidentifikasi dengan baik siapa sosok itu sebenarnya. Sosok itu adalah seorang dari Shadow Triad.
“Pawniard, Zen Headbutt!” perintah Shadow.
Black tersenyum kecil. “Sudah kuduga…” sergahnya seraya menukarkan Conkeldurr dengan Haxorus. “Haxorus, Flamethrower!”
Haxorus langsung menyemburkan api kearah Pawniard yang tengah melontarkan dirinya kearah Black, langsung mengalahkannya.
“Sedang apa kau disini? Bukankah kalian Team Plasma telah runtuh setahun yang lalu?” Tanya Black.
“Seperti yang diharapkan dari seorang Champion… Anda tangguh sekali.” Nada bicara Shadow tiba-tiba berubah sopan. “Jika Anda pikir Team Plasma telah berakhir dengan insiden setahun yang lalu, Anda salah besar.” Lanjutnya.
“Maksudmu? Apa jangan-jangan…”
“Tuan Ghetsis pasti akan sangat senang mendengar kabar Anda. Yah, tugas saya juga sudah selesai sekarang…” ujar Shadow seraya melangkah mundur.
“Ghetsis? Tu-Tunggu! Haxorus, hentikan dia!” seru Black, tetapi Shadow menghilang sangat cepat bersamaan dengan hembusan angin dingin malam…
“Ghetsis sudah kembali? Tapi bukankah White bilang ia sudah…” gumam Black.
Tiba-tiba terdengar suara langkah beberapa orang dari arah lorong. Ternyata suara itu berasal dari beberapa staf Pokemon League dan seorang opsir.
“Tuan Champion, apa anda tidak apa-apa?” Tanya seorang staff kepada Black.
“Aku tidak apa-apa… Yang paling penting sekarang adalah kita harus segera melaporkan keadaan ini pada pusat keamanan.” Jawab Black.
“Memangnya ada apa, tuan Champion?” Tanya seorang staff yang lain.
Black kemudian menjelaskan keadaan tadi kepada para staff dan opsir, kemudian dilakukan pemeriksaan TKP.
Suatu benda berkilau tergeletak di atas lantai. Opsir memungut benda itu, memperhatikannya dengan seksama dan memasukkannya kedalam sebuah kantong kecil yang ia bawa.
“Terima kasih atas kooperasinya. Kepolisian Unova akan memulai penyelidikan secepat mungkin. Kalau begitu, saya permisi.” Ujar opsir. Wanita itu segera berjalan keluar sambil menghubungi markas kepolisian besar Unova.
“Tuan Champion, apa anda tidak apa-apa?” Tanya seorang staff kepada Black.
“Aku tidak apa-apa… Yang paling penting sekarang adalah kita harus segera melaporkan keadaan ini pada pusat keamanan.” Jawab Black.
“Memangnya ada apa, tuan Champion?” Tanya seorang staff yang lain.
Black kemudian menjelaskan keadaan tadi kepada para staff dan opsir, kemudian dilakukan pemeriksaan TKP.
Suatu benda berkilau tergeletak di atas lantai. Opsir memungut benda itu, memperhatikannya dengan seksama dan memasukkannya kedalam sebuah kantong kecil yang ia bawa.
“Terima kasih atas kooperasinya. Kepolisian Unova akan memulai penyelidikan secepat mungkin. Kalau begitu, saya permisi.” Ujar opsir. Wanita itu segera berjalan keluar sambil menghubungi markas kepolisian besar Unova.
Kamar Champion, 29 April, 02:03 subuh
Kata-kata dari Shadow tadi masih terbayang di kepala Black. Apakah benar Team Plasma telah kembali? Apa rencana Ghetsis kali ini? Apa tujuan Shadow menyerangnya tadi?
Lebih lama Black memikirkan tentang kejadian tadi, bertambah keruh kepalanya. Ia dapat merasakannya. Sesuatu yang besar akan terjadi setelah ini…
Kata-kata dari Shadow tadi masih terbayang di kepala Black. Apakah benar Team Plasma telah kembali? Apa rencana Ghetsis kali ini? Apa tujuan Shadow menyerangnya tadi?
Lebih lama Black memikirkan tentang kejadian tadi, bertambah keruh kepalanya. Ia dapat merasakannya. Sesuatu yang besar akan terjadi setelah ini…
//Bersambung//
Episode selanjutnya!
Namaku Gray! Seorang Trainer Novice yang tumbuh di kota Aspertia.
Kudengar Champion Black kemungkinan memberikan gelarnya pada orang lain untuk melakukan suatu hal yang penting!?
Padahal aku ingin melawannya nanti…
Tapi kamu belum punya Gym Badge satupun, kan~?
Rose… Jangan iris semangatku…! *sigh*
Tee-hee… Sayangnya itu kenyataan~
Hhh… Ayo, kita berangkat.
…
Huh? Siapa pemuda berambut hijau itu?
Chapter 2: “Castling”