cerpen: POKEMON PARODY (BAG.2)
“Ros. Bangun, bangun! Jangan tinggalkan Dokter sendirian!” pinta seseorang layaknya korban sinetron. Eh, itu Juniper!
Rosa segera bangkit dari kasur UKS yang ia tiduri. Kepalanya masih pusing, karena seharian tidak makan. Rosa facepalm, roti yang tadinya Juniper makan, ia kira sudah habis. Ternyata Juniper membawa roti sekarung…
“Rosa, kamu tidak apa-apa?” tanya Juniper, yang langsung membuka dua roti dan memakannya lahap dengan kedua tangannya. Rasanya Rosa ingin pingsan lagi. Tapi dink, kalo pingsan mulu gak enak cuy.
“Gak apa…,” jawab Rosa sedikit emotionless. Juniper mengangguk.
“Oh iya… Jam pelajaran kelima sudah lewat, loh… Kamu istirahat saja dulu, ya?” kata Juniper sambil tersenyum. Sebenarnya Rosa ingin tetap mengikuti pelajaran (aseeek) tetapi karena dia masih lemes, jadi dia hanya bisa mengangguk menuruti perintah Juniper.
“Oke…,” kata Rosa sambil mengangguk. Juniper meninggalkan ruangan UKS, entah ingin pergi ke mana. Dengan sigap Rosa mengambil semua roti yang ada di karung Juniper itu.
- 5 menit kemudian –
“Sreeeet…,” pintu UKS digeser Juniper, namun Rosa telah tiada… dan karung roti Juniper yang tidak ada isinya.
- Di ruang kelas Rosa –
“Eh, Rosalinda! Pinjem pulpen, doooong…,” pinta Nate sambil memelaskan wajahnya, unyu sih. Rosa terpana, tanpa sadar ia sudah meminjamkan pulpennya kepada Nate.
“Makasih, ya…,” kata Rosa. Loh, kok malah Rosa yang jawab?
“Iya sama-sama,” lanjut Nate entah kenapa ikut-ikutan.
Rosa terus memandangi wajah Nate. Maklum, naksir. Tiba-tiba Rosa dipanggil oleh Yang Maha—maksudnya, teman satu kelasnya, Dawn.
“Rosa! Rosa!” panggilnya lagi, kali ini sedikit keras. Tetapi, Rosa tetap tidak menoleh satu senti pun. Dawn sedikit kesal, dilemparnya gumpalan kertas yang baru saja ia tulis.
Lamunan Rosa buyar seketika, jengkel. ‘Siapa sih, yang lempar?’ pikirnya sambil membuka gumpalan kertas yang berlapis kebanyakan kayak kol.
Sesudah ia membuka gumpalannya, Rosa membaca tulisannya.
“Hmm…’Kamu suka sama Nate, ya? Dari tadi mandangin dia mulu! Pak guru melototin kamu, loh!’ Astaga!” Rosa langsung menaruh gumpalan kertas dari Dawn di laci mejanya, segera memperhatikan pelajarannya. Namun ternyata… Pak Guru galak itu sudah ada di sampingnya.
“Kamu… gak merhatiin pelajaran saya! Maju ke depan!” pinta Guru galak itu kepada Rosa. Rosa kicep, dan segera maju ke depan, tepatnya di samping meja guru.
“Mana telingamu!?” tanya Pak Guru kasar. Rosa menunjuk telingannya. “Bukan itu maksud bapak! Sini telingamu!” Rosa ngangguk doang, langsung mendekatkan telinganya ke depan Pak Guru, sudah pasti akan dijewer.
Pak Guru mengambil nafas banyak-banyak, “DILARANG MEMBAWA KOL DI KELAS!” teriak Pak Guru itu di samping telinga Rosa. Rasanya gendang telinga Rosa udah kayak pentas Drum Band aja, deh. Rosa terpental sejauh dua meter. Dawn merasa bersalah.
“A-aduh pak… Maaf pak, yang tadi itu bukan kol… itu gumpalan kertas…,” kata Rosa risih sambil menatap sinis Pak Guru. Pak Guru malu.
“Ma-mau kertas atau kol, yang penting harus perhatiin pelajaran saya! Bu-bukannya aku mau kamu perhatiin, ya?! Sekarang, duduk kamu!” kata Pak Guru itu sambil mengacak pinggangnya, lalu memalingkan wajahnya yang merona.
Tsundere?!
- Jam pelajaran berganti –
Rosa berjalan keluar kelas menuju kantin. Lalu ia bertemu dengan Dawn.
“E-eeh! Rosa, maaf ya!” kata Dawn sambil membungkuk-bungkuk minta maaf. Rosa tersenyum.
“Gak apa, santai aja! Lagian bukan salahmu kok… Malah aku yang berterima kasih!” kata Rosa sambil berjabat tangan dengan Dawn. Dawn membalas senyumannya.
“Kalau gitu, aku bantu kamu dekat sama Nate, deh! Kamu suka sama dia, kan?” kata Dawn spontan dengan wajah polos. Wajah Rosa memerah.
“Ha-haaaaah…? Bantu….? Tapi gimana….?” Rosa bertanya balik. Dawn tertawa kecil.
“Yaa… pokoknya kubantu, deh! Misalnya, kusandung kakinya Nate agar dia jatuh di peluka—“
“Duk!”
“WAAA!” teriak seorang lelaki yang tidak sengaja Dawn sandung. Lelaki itu terjatuh dipelukan Rosa (aseeeek). Dan lelaki itu adalah…
NATE! (jeng jeng jeng)
-Bersambung-
Rosa segera bangkit dari kasur UKS yang ia tiduri. Kepalanya masih pusing, karena seharian tidak makan. Rosa facepalm, roti yang tadinya Juniper makan, ia kira sudah habis. Ternyata Juniper membawa roti sekarung…
“Rosa, kamu tidak apa-apa?” tanya Juniper, yang langsung membuka dua roti dan memakannya lahap dengan kedua tangannya. Rasanya Rosa ingin pingsan lagi. Tapi dink, kalo pingsan mulu gak enak cuy.
“Gak apa…,” jawab Rosa sedikit emotionless. Juniper mengangguk.
“Oh iya… Jam pelajaran kelima sudah lewat, loh… Kamu istirahat saja dulu, ya?” kata Juniper sambil tersenyum. Sebenarnya Rosa ingin tetap mengikuti pelajaran (aseeek) tetapi karena dia masih lemes, jadi dia hanya bisa mengangguk menuruti perintah Juniper.
“Oke…,” kata Rosa sambil mengangguk. Juniper meninggalkan ruangan UKS, entah ingin pergi ke mana. Dengan sigap Rosa mengambil semua roti yang ada di karung Juniper itu.
- 5 menit kemudian –
“Sreeeet…,” pintu UKS digeser Juniper, namun Rosa telah tiada… dan karung roti Juniper yang tidak ada isinya.
- Di ruang kelas Rosa –
“Eh, Rosalinda! Pinjem pulpen, doooong…,” pinta Nate sambil memelaskan wajahnya, unyu sih. Rosa terpana, tanpa sadar ia sudah meminjamkan pulpennya kepada Nate.
“Makasih, ya…,” kata Rosa. Loh, kok malah Rosa yang jawab?
“Iya sama-sama,” lanjut Nate entah kenapa ikut-ikutan.
Rosa terus memandangi wajah Nate. Maklum, naksir. Tiba-tiba Rosa dipanggil oleh Yang Maha—maksudnya, teman satu kelasnya, Dawn.
“Rosa! Rosa!” panggilnya lagi, kali ini sedikit keras. Tetapi, Rosa tetap tidak menoleh satu senti pun. Dawn sedikit kesal, dilemparnya gumpalan kertas yang baru saja ia tulis.
Lamunan Rosa buyar seketika, jengkel. ‘Siapa sih, yang lempar?’ pikirnya sambil membuka gumpalan kertas yang berlapis kebanyakan kayak kol.
Sesudah ia membuka gumpalannya, Rosa membaca tulisannya.
“Hmm…’Kamu suka sama Nate, ya? Dari tadi mandangin dia mulu! Pak guru melototin kamu, loh!’ Astaga!” Rosa langsung menaruh gumpalan kertas dari Dawn di laci mejanya, segera memperhatikan pelajarannya. Namun ternyata… Pak Guru galak itu sudah ada di sampingnya.
“Kamu… gak merhatiin pelajaran saya! Maju ke depan!” pinta Guru galak itu kepada Rosa. Rosa kicep, dan segera maju ke depan, tepatnya di samping meja guru.
“Mana telingamu!?” tanya Pak Guru kasar. Rosa menunjuk telingannya. “Bukan itu maksud bapak! Sini telingamu!” Rosa ngangguk doang, langsung mendekatkan telinganya ke depan Pak Guru, sudah pasti akan dijewer.
Pak Guru mengambil nafas banyak-banyak, “DILARANG MEMBAWA KOL DI KELAS!” teriak Pak Guru itu di samping telinga Rosa. Rasanya gendang telinga Rosa udah kayak pentas Drum Band aja, deh. Rosa terpental sejauh dua meter. Dawn merasa bersalah.
“A-aduh pak… Maaf pak, yang tadi itu bukan kol… itu gumpalan kertas…,” kata Rosa risih sambil menatap sinis Pak Guru. Pak Guru malu.
“Ma-mau kertas atau kol, yang penting harus perhatiin pelajaran saya! Bu-bukannya aku mau kamu perhatiin, ya?! Sekarang, duduk kamu!” kata Pak Guru itu sambil mengacak pinggangnya, lalu memalingkan wajahnya yang merona.
Tsundere?!
- Jam pelajaran berganti –
Rosa berjalan keluar kelas menuju kantin. Lalu ia bertemu dengan Dawn.
“E-eeh! Rosa, maaf ya!” kata Dawn sambil membungkuk-bungkuk minta maaf. Rosa tersenyum.
“Gak apa, santai aja! Lagian bukan salahmu kok… Malah aku yang berterima kasih!” kata Rosa sambil berjabat tangan dengan Dawn. Dawn membalas senyumannya.
“Kalau gitu, aku bantu kamu dekat sama Nate, deh! Kamu suka sama dia, kan?” kata Dawn spontan dengan wajah polos. Wajah Rosa memerah.
“Ha-haaaaah…? Bantu….? Tapi gimana….?” Rosa bertanya balik. Dawn tertawa kecil.
“Yaa… pokoknya kubantu, deh! Misalnya, kusandung kakinya Nate agar dia jatuh di peluka—“
“Duk!”
“WAAA!” teriak seorang lelaki yang tidak sengaja Dawn sandung. Lelaki itu terjatuh dipelukan Rosa (aseeeek). Dan lelaki itu adalah…
NATE! (jeng jeng jeng)
-Bersambung-