cerpen
Pada jam makan siang, seperti biasa, aku keluar sendirian dari kelas.
"Lemon, kamu mau makan bareng, gak?" sapa seorang anak, yang sedang bersama gerombolannya kepadaku saat berjalan keluar kelas.
"Um.. Ma... Mau.." jawabku sambil malu-malu. Lalu, ia yang menanyakan pertanyaan tadi tersenyum, dan tiba-tiba melemparkan tepung ke arahku.
"Jangan mimpi, anak culun! Di sekolah ini gak ada yang pantas makan bareng kamu!" kata orang itu sambil tertawa bersama gerombolannya. Aku hanya bisa berdiam diri saja, membuang mukaku.
"Lemon, kamu mau makan bareng, gak?" sapa seorang anak, yang sedang bersama gerombolannya kepadaku saat berjalan keluar kelas.
"Um.. Ma... Mau.." jawabku sambil malu-malu. Lalu, ia yang menanyakan pertanyaan tadi tersenyum, dan tiba-tiba melemparkan tepung ke arahku.
"Jangan mimpi, anak culun! Di sekolah ini gak ada yang pantas makan bareng kamu!" kata orang itu sambil tertawa bersama gerombolannya. Aku hanya bisa berdiam diri saja, membuang mukaku.
POIN Magz presents: Kejutan Halloween Untuk Lemon
(Sementara itu, di dekat Kota Aspertia)
Pagi ini adalah pagi yang biasa untuk para Audino. Mereka selalu diburu oleh para Trainer setiap pagi. Kata orang, itu dikarenakan Pokemon mereka lebih cepat level-up setiap kali mengalahkan mereka. Semakin hari, jumlah populasi Audino semakin berkurang, sehingga membuat mereka mendapatkan label Pokemon Langka.
"Sial, jangan biarkan dia lari, Sunkern!" seru seorang trainer yang sedang mengejar seekor Audino, "Rasakan ini, Take Down!"
Audino tersebut menyerang Sunkern, membuat Pokemon Biji tersebut jatuh dan terpelanting sangat jauh.
"Ma.. Maafkan aku!" teriak Audino sambil melarikan diri.
"Sial! Sunkern, ayo bangun!" bujukTrainertersebut kepada Sunkern-nya yang nyaris K.O.
Setelah bersusah-payah, Audino tersebut berhasil kabur. Ya, ia berhasil kabur. Ia lalu mulai berjalan menyusuri kota Aspertia. Tanpa sengaja, ia melihat sebuah poster bertuliskan: 'Festival Halloween Pokemon, tanggal 10 Oktober. Gratis dan siapa saja boleh ikut!'.
Audino ingin sekali tampil menakutkan di Festival Halloween. Ia seringkali merasa iri kepada Pokemon-Pokemon seperti Tyranitar atau Aggron yang kuat dan sangat disegani.
"Aku ingin... Hanya untuk hari itu... Aku ingin terlihat menyeramkan dan kuat...”
___________
"Leron, kenapa kamu kotor kayak abis kena bubuk putih gitu?" tanya Ibu Guru kepadaku.
Sambil menahan rasa malu karena ditertawakan teman-teman sekelas, aku hanya mengatakan "Habis masak, bu…" dan kelas semakin ricuh dengan suara tawa.
BRAK BRAK BRAK!!!
Suara penggaris Ibu Reva menggema di seluruh kelas.Seperti biasa, kalau beliau marah, pasti penggarisnya akan dihentakkan ke papan tulis.
"Leron, kamu pergi ke Ruang Kepala Sekolah sekarang" ucap Ibu Reva sambil terlihat prihatin.
"Huuuuu..." satu kelas menyorakiku saat aku bangun dari kursiku.
__________
Ini semua berawal saat aku kelas 6 dulu. Aku dulu sering bermain bersama Regal, orang yang sering melemparkan tepung kepadaku. Tiada hari di sekolah tanpa mengganggu orang di sekolah. Tidak jarang kami melempar tong sampah dari lantai 7 kebawah saat cleaning service sudah selesai membersihkannya. Namun, semua itu berubah saat kami naik ke kelas 7.
Ada seorang anak baru bernama Melody yang bergabung ke kelas kami. Saat perkenalan, kami semua diam. Tak ada yang ricuh seperti biasa. Dia sangat cantik. Kulitnya bening, rambutnya yang panjang terlihat indah, suaranya halus dan lembut pula. Aku langsung jatuh cinta kepadanya. Ia memilih duduk di sampingku, di kursi paling belakang yang penuh dengan coret-coretan. Singkat cerita, kami berkenalan. Ia berasal dari Region Kanto dan ia pindah sekolah karena sekolah lamanya terbakar habis, sehingga murid-murid yang berprestasi harus dipindahkan ke sekolah yang sekaliber, yaitu sekolah kami.
Kami masih di kelas 7, sehingga kami belum boleh memiliki Pokemon sampai naik ke kelas 8 nanti. Maka dari itu, kami belum boleh bertanding dengan Pokemon ataupun memiliki Pokemon sendiri. Hari demi hari berlalu, aku semakin dekat dengan Melody. Kami sering jalan bersama-sama saat pulang dan saat mau makan di kantin, walaupun ia sedikit pendiam, sampai-sampai beredar gosip bahwa kami adalah pasangan termesra di sekolah ini. Saat ia akhirnya mendengar rumor itu, wajah Melody tersemu merah dan ia mulai tersenyum-senyum sendiri. Itu adalah saat terindah untukku di sekolah ini.
___________
"Leron, silahkan masuk. Jangan berdiri di depan terus." Ucap Ibu Kepala Sekolah.
"Ada apa ibu memanggil saya kemari?" tanyaku kepada beliau.
"Kamu harus cerita sama Ibu apa yang barusan terjadi sama kamu." tutur beliau.
"Maaf bu, aku nggak biasa dipanggil Leron. Lemon saja, bu." jawabku santai.
Ibu KepSek terdiam. Nampaknya dia tidak suka bila aku mengalihkan pembicaraannya.
"Leron Velocity, tolong bersikap lebih serius sedikit," ujarIbu KepSek sinis.
"Sudahlah, bu. Aku ini gak apa-apa. Ibu mau menahan saya di sini 3 hari juga saya nggak akan cerita apa-apa." balas Lemon.
___________
(Sementara itu)
Audino tampak bingung. Ia tidak tahu harus menggunakan kostum apa untuk festival besok. Ia sudah mencari-cari baju di rak rumahnya, namun tidak ada yang akan membuatnya terlihat menakutkan. Ia lalu bertanya kepada ibunya.
"Bu, besok aku mau ikut Festival Halloween." kata Audino sebelum meminta baju kepada ibunya.
"Jangan nak. Ibu pernah ke festival itu saat muda, namun ibu hanya dicemooh karena spesies kita tak mungkin terlihat menyeramkan…" bujuk ibu Audino sambil menyiapkan makanan untuk anaknya, "Sudahlah, makan saja dulu. Kalo kamu kekeuh mau ikut sih nggak apa-apa, tapi hati-hati ya nak."
"Iya bu." jawab Audino. Akhirnya ia tidak jadi menanyakan baju yang cocok untuk besok.
__________
(Kembali ke tempat Lemon)
"Pokoknya, kalo ada apa-apa lagi kamu harus bilang ke ibu!" kata Ibu sepulangku ke rumah.
"Iya, ma. Bu Kepala Sekolah lebay banget pas nelfon mama. Gak separah itu kok." jawabku.
Ibu tiba-tiba berhenti memasak, lalu menanyakanku dengan raut wajah sedih, "Lemon, kamu kenapa sih akhir-akhir ini? Kamu berubah loh nak."
"Ma, aku gapapa kok." ujarku sambil masuk ke kamar.
____________
Kembali ke masa lalu; 2 bulan yang lalu, Regal mengajakku ke bangunan tua di belakang sekolah. Katanya sih mau barengan latihan Pokemon. Sebenarnya aku, Regal, dan teman-teman kami yang bandel sudah memiliki Pokemon dan sering latihan disana.
Tapi hari itu kan hari Kamis, untuk apa Regal mengajakku kesini?
"Datang juga kamu, Lemon," sapa Regal di depan pintu bangunan tua itu, "Ayo masuk."
Saat kami semua sudah masuk, ia mengunci pintunya. Aku bingung dan langsung bertanya, "Apa-apaan ini, Regal?"
Beberapa teman-temannya menampakkan diri mereka. Seketika itu juga, aku terkepung.
"Maksud kalian semua apa?" tanyaku sambil menyiapkan Pokeball-ku yang isinya Linoone.
"Scyther, keluarlah!"
Regal mengeluarkan Pokemon terkuatnya, Scyther. Akupun mengeluarkan Linoone-ku.
"Lemon, Melody pindah sekolah." kata Regal.
"Apa? Mana mungkin, Regal.... Hahaha." jawabku dengan perasaan tak percaya.
"Scyther, X-Scissor!!"Serunya, dan serangan itu mengenai Linoone telak.
"Apa-apaan sih Regal?! Bukannya ini cuma lati-"
Kata-kataku langsung dipotong Regal dengan emosi, "Melody diancam oleh kakak kelas! Mereka bilang, jika dia dekat denganmu lagi, Pokemonnya akan dirampas!! Kamu kemana saat itu, hah?! Kamu gak bisa melindungi Melody, langsung kabur dari kakak kelas, pecundang?!"
"Saat itu aku sedang buru-buru pulang!" Memang 5 hari lalu, aku tidak pulang bareng Melody.
"Cukup! Kamu gak tahu seberapa cintanya aku kepada Melody, Lemon! Enyahlah kau!" Regal lalu mengajak teman-temannya mengeluarkan Pokemon mereka dan membantaiku serta Linoone.
Aku tergeletak di lantai bersama Linoone. Aku menangis semalaman di sana, tidak pulang, makan, maupun tidur. Linoone terluka parah. Aku melepasnya setelah mengobati luka-lukanya. Aku tak ingin dia merasakan pengalaman pahit itu lagi. Cukup aku saja yang disakiti.
Hidupku berputar 180 derajat semenjak saat itu. Aku menjadi bahan cemooh mereka. Semua itu aku anggap sebagai penebusan dosaku kepada Regal.
_________
Tok-tok!
Suara ketukan di pintu kamarku menyadarkanku dari lamunanku.
"Lemon, besok temani Ibu ke Pesta Halloween ya." ucap ibu sambil masuk ke kamarku.
"Iya bu." jawabku singkat. Pesta Halloween ya...
(Keesokan harinya)
"Gimana sekolah hari ini, Lemon?" tanya ibuku sesampainya aku kerumah.
"Seperti biasa bu, menyenangkan" jawabku berbohong.
"Ayo siap-siap, nanti telat ke Pesta Halloween!" kata ibuku sambil memakai lipstiknya. Ia memakai kostum penyihir yang sama sekali tidak menyeramkan. Aku naik ke atas dan masuk ke kamarku. Aku memilih hanya memakai baju biasa dan celana panjang.
"Lemon? Bajumu gitu aja?" tanya ibuku. Aku mengangguk.
Sesampainya di Pesta Halloween tersebut, aku melihat berbagai macam kostum-kostum aneh,mulai dari Banette hijau, Aggron dengan ekor cacing, ibu-ibu yang memakai kostum Gengar, dan sebagainya. Tidak jarang ada Pokemon liar yang datang ke pesta ini. Pokemon liar di sini aman dan dilindungi oleh hukum selama acara ini dan alhasil tidak boleh diajak bertarung.
"Ya ampun jeng! Piye kabare toh, jeng?" sapa ibuku kepada sekumpulan ibu-ibu di pesta itu. Pasti mereka semua teman ngerumpinya ibu. Sambil jalan menghampiri mereka, ibu berkata, "Lemon, kamu jalan-jalan dulu gih, Ibu ada urusan sebentar ya sayang."
Cih, untuk apa aku ke sini kalau begitu?
_________
Audino masuk ke pesta itu dengan berpakaian jubah Dusknoir, Reaper Cloth. Ia berjalan dengan pede sementara orang-orang maupun Pokemon di sekitarnya menahan tawa mereka dan melihatnya dengan tatapan aneh.
"Halloween, Halloween, Halloween~!" Audino bernyanyi dengan girangnya.
Tak sengaja ia menabrak seekor Tyranitar, yang saat itu tidak menggunakan kostum bertema Halloween. Audino terjatuh, tapi ia membuat Tyranitar itu menjatuhkan permen-permennya, sehingga semuanya pecah. Tyranitar lalu meliriknya, jelas tampak marah kepada Audino, dan menatapnya dengan tajam.
"Ma-maafkan aku, Tuan Tyranitar!" tutur Audino sambil ketakutan.
"Hei bocah, malu-maluin saja dikau. Lebih baik kau pulang, kau hanya menjadi bahan cemoohan saja di sini." kata Tyranitar.
"Uwoooww.." seru Pokemon-Pokemon lain, sementara para manusia mengernyit kebingungan karena tidak mengerti bahasa mereka.
Mata Audino berkaca-kaca. Ia merundukkan badannya sebagai permintaan maaf lalu langsung lari dari hadapan Tyranitar itu.
"Aku bodoh! Seharusnya aku ikuti kata-kata ibuku! Aku bodoh!" Audino berdesis dan menangis di gang dekat pesta itu.
"Hey Pokemon kecil, kamu juga kesepian ya?" Lemon, yang tadinya duduk di sebuah kursi taman tua, melangkah mendekati Audino.
"Waah, bajumu kelihatan menyeramkan dan bagus sekali! Pasti kamu baru saja dari Pesta Halloween, kan?" Lemon pura-pura terlihat ketakutan dan kagum untuk menghiburnya.
Audino menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Audii..no.." katanya, lalu kembali menunduk. Lemon kelihatan kebingungan, jelas bahwa ia tidak mengerti apa yang sedang dikatakan Audino tersebut.
".. Audino,aku sangat kesepian." katanya sambil berlagak curhat ke Audino. Makhluk pink tersebut masih tertunduk sedih.
"Aku punya beban hidup yang berat karena aku sayang kepada guru, ibu, dan saudara-saudaraku. Aku tak pernah menceritakannya pada mereka, dan tak akan pernah." lanjutnya, "Jika kita ternyata lagi mengalami pengalaman yang sama, maukah kamu menjadi partnerku?"
Lemon lalu mengeluarkan sebuah Luxury Ball dan menunjukkannya kepada Pokemon tersebut.
"Audi.. Audino?" tanya Audino kepadanya.
"Tentu saja, aku tak akan keberatan melatihmu." jawab Lemon singkat.
Ia berpikir sejenak, lalu menunduk sesaat ke arah Lemon.
"Apa itu maksudnya tidak?" tanyanya heran. Pokemon Pendengaran tersebut menggelengkan kepalanya, lalu rela terhisap ke dalam Luxury Ball Lemon.
Ia tersenyum dan bergumam kepada dirinya sendiri,“… Selamat datang di kehidupanku, Audino…”
__________
Sepulangnya, aku duduk di teras sambil merenungkan masa depanku. Apakah harus ikut ibuku yang akan pindah ke region lain, atau tetap di sini sendiri, maksudku, bersama Audino.
"Audino… Kalau kau mempunyai dendam ke Pokemon lain, apakah kau akan membalasnya dengan kekuatan?" tanyaku kepada Audino. Awalnya aku berniat untuk menantang Regal bertarung sebelum pindah, namun Audino menggelengkan kepala. Halloween tadi sudah menjadi bukti, bahwa Audino tak akan pernah menyelesaikan permasalahan dengan kekuatan, tapi dengan sopan santun.
Setelah itu, aku tidak kesepian lagi. Sehabis berpamitan ke guru sekolahku karena aku akan pindah ke Sinnoh, Audino juga mengajakku untuk meminta maaf kepada Regal. Audino mengunjungi rumahnya sendiri untuk berpamitan juga. Ibunya bangga bahwa anaknya dilatih oleh Trainer yang tepat. Ibuku sangat senang dan kaget bahwa aku mendapatkan Audino yang sangat lucu ini. Ia pun memperlakukan Audino seperti anaknya sendiri.
__________
(1 minggu kemudian..)
"Silahkan masuk!" kata guru di sekolah baruku, "Perkenalkan anak-anak, ini Leron dan Audino, pindahan dari region lain. Berikan mereka salam!"
"Selamat datang Leron!" sahut para murid-murid tersebut.
"Nah Leron, kamu bisa duduk di kursi sebelah situ yang kosong. Kursi sebelahmu masih kosong, karena ia anak baru, tetapi terlamba-" Guru itu belum selesai bicara.
"Chanseey!" seekor Chansey masuk,membawa sebuah tas. Tak lama kemudian,seorang perempuan yang tak asing bagiku masuk ke kelasku.
"Loh Melody, kamu pindah kesini?!"
-TAMAT-
Pagi ini adalah pagi yang biasa untuk para Audino. Mereka selalu diburu oleh para Trainer setiap pagi. Kata orang, itu dikarenakan Pokemon mereka lebih cepat level-up setiap kali mengalahkan mereka. Semakin hari, jumlah populasi Audino semakin berkurang, sehingga membuat mereka mendapatkan label Pokemon Langka.
"Sial, jangan biarkan dia lari, Sunkern!" seru seorang trainer yang sedang mengejar seekor Audino, "Rasakan ini, Take Down!"
Audino tersebut menyerang Sunkern, membuat Pokemon Biji tersebut jatuh dan terpelanting sangat jauh.
"Ma.. Maafkan aku!" teriak Audino sambil melarikan diri.
"Sial! Sunkern, ayo bangun!" bujukTrainertersebut kepada Sunkern-nya yang nyaris K.O.
Setelah bersusah-payah, Audino tersebut berhasil kabur. Ya, ia berhasil kabur. Ia lalu mulai berjalan menyusuri kota Aspertia. Tanpa sengaja, ia melihat sebuah poster bertuliskan: 'Festival Halloween Pokemon, tanggal 10 Oktober. Gratis dan siapa saja boleh ikut!'.
Audino ingin sekali tampil menakutkan di Festival Halloween. Ia seringkali merasa iri kepada Pokemon-Pokemon seperti Tyranitar atau Aggron yang kuat dan sangat disegani.
"Aku ingin... Hanya untuk hari itu... Aku ingin terlihat menyeramkan dan kuat...”
___________
"Leron, kenapa kamu kotor kayak abis kena bubuk putih gitu?" tanya Ibu Guru kepadaku.
Sambil menahan rasa malu karena ditertawakan teman-teman sekelas, aku hanya mengatakan "Habis masak, bu…" dan kelas semakin ricuh dengan suara tawa.
BRAK BRAK BRAK!!!
Suara penggaris Ibu Reva menggema di seluruh kelas.Seperti biasa, kalau beliau marah, pasti penggarisnya akan dihentakkan ke papan tulis.
"Leron, kamu pergi ke Ruang Kepala Sekolah sekarang" ucap Ibu Reva sambil terlihat prihatin.
"Huuuuu..." satu kelas menyorakiku saat aku bangun dari kursiku.
__________
Ini semua berawal saat aku kelas 6 dulu. Aku dulu sering bermain bersama Regal, orang yang sering melemparkan tepung kepadaku. Tiada hari di sekolah tanpa mengganggu orang di sekolah. Tidak jarang kami melempar tong sampah dari lantai 7 kebawah saat cleaning service sudah selesai membersihkannya. Namun, semua itu berubah saat kami naik ke kelas 7.
Ada seorang anak baru bernama Melody yang bergabung ke kelas kami. Saat perkenalan, kami semua diam. Tak ada yang ricuh seperti biasa. Dia sangat cantik. Kulitnya bening, rambutnya yang panjang terlihat indah, suaranya halus dan lembut pula. Aku langsung jatuh cinta kepadanya. Ia memilih duduk di sampingku, di kursi paling belakang yang penuh dengan coret-coretan. Singkat cerita, kami berkenalan. Ia berasal dari Region Kanto dan ia pindah sekolah karena sekolah lamanya terbakar habis, sehingga murid-murid yang berprestasi harus dipindahkan ke sekolah yang sekaliber, yaitu sekolah kami.
Kami masih di kelas 7, sehingga kami belum boleh memiliki Pokemon sampai naik ke kelas 8 nanti. Maka dari itu, kami belum boleh bertanding dengan Pokemon ataupun memiliki Pokemon sendiri. Hari demi hari berlalu, aku semakin dekat dengan Melody. Kami sering jalan bersama-sama saat pulang dan saat mau makan di kantin, walaupun ia sedikit pendiam, sampai-sampai beredar gosip bahwa kami adalah pasangan termesra di sekolah ini. Saat ia akhirnya mendengar rumor itu, wajah Melody tersemu merah dan ia mulai tersenyum-senyum sendiri. Itu adalah saat terindah untukku di sekolah ini.
___________
"Leron, silahkan masuk. Jangan berdiri di depan terus." Ucap Ibu Kepala Sekolah.
"Ada apa ibu memanggil saya kemari?" tanyaku kepada beliau.
"Kamu harus cerita sama Ibu apa yang barusan terjadi sama kamu." tutur beliau.
"Maaf bu, aku nggak biasa dipanggil Leron. Lemon saja, bu." jawabku santai.
Ibu KepSek terdiam. Nampaknya dia tidak suka bila aku mengalihkan pembicaraannya.
"Leron Velocity, tolong bersikap lebih serius sedikit," ujarIbu KepSek sinis.
"Sudahlah, bu. Aku ini gak apa-apa. Ibu mau menahan saya di sini 3 hari juga saya nggak akan cerita apa-apa." balas Lemon.
___________
(Sementara itu)
Audino tampak bingung. Ia tidak tahu harus menggunakan kostum apa untuk festival besok. Ia sudah mencari-cari baju di rak rumahnya, namun tidak ada yang akan membuatnya terlihat menakutkan. Ia lalu bertanya kepada ibunya.
"Bu, besok aku mau ikut Festival Halloween." kata Audino sebelum meminta baju kepada ibunya.
"Jangan nak. Ibu pernah ke festival itu saat muda, namun ibu hanya dicemooh karena spesies kita tak mungkin terlihat menyeramkan…" bujuk ibu Audino sambil menyiapkan makanan untuk anaknya, "Sudahlah, makan saja dulu. Kalo kamu kekeuh mau ikut sih nggak apa-apa, tapi hati-hati ya nak."
"Iya bu." jawab Audino. Akhirnya ia tidak jadi menanyakan baju yang cocok untuk besok.
__________
(Kembali ke tempat Lemon)
"Pokoknya, kalo ada apa-apa lagi kamu harus bilang ke ibu!" kata Ibu sepulangku ke rumah.
"Iya, ma. Bu Kepala Sekolah lebay banget pas nelfon mama. Gak separah itu kok." jawabku.
Ibu tiba-tiba berhenti memasak, lalu menanyakanku dengan raut wajah sedih, "Lemon, kamu kenapa sih akhir-akhir ini? Kamu berubah loh nak."
"Ma, aku gapapa kok." ujarku sambil masuk ke kamar.
____________
Kembali ke masa lalu; 2 bulan yang lalu, Regal mengajakku ke bangunan tua di belakang sekolah. Katanya sih mau barengan latihan Pokemon. Sebenarnya aku, Regal, dan teman-teman kami yang bandel sudah memiliki Pokemon dan sering latihan disana.
Tapi hari itu kan hari Kamis, untuk apa Regal mengajakku kesini?
"Datang juga kamu, Lemon," sapa Regal di depan pintu bangunan tua itu, "Ayo masuk."
Saat kami semua sudah masuk, ia mengunci pintunya. Aku bingung dan langsung bertanya, "Apa-apaan ini, Regal?"
Beberapa teman-temannya menampakkan diri mereka. Seketika itu juga, aku terkepung.
"Maksud kalian semua apa?" tanyaku sambil menyiapkan Pokeball-ku yang isinya Linoone.
"Scyther, keluarlah!"
Regal mengeluarkan Pokemon terkuatnya, Scyther. Akupun mengeluarkan Linoone-ku.
"Lemon, Melody pindah sekolah." kata Regal.
"Apa? Mana mungkin, Regal.... Hahaha." jawabku dengan perasaan tak percaya.
"Scyther, X-Scissor!!"Serunya, dan serangan itu mengenai Linoone telak.
"Apa-apaan sih Regal?! Bukannya ini cuma lati-"
Kata-kataku langsung dipotong Regal dengan emosi, "Melody diancam oleh kakak kelas! Mereka bilang, jika dia dekat denganmu lagi, Pokemonnya akan dirampas!! Kamu kemana saat itu, hah?! Kamu gak bisa melindungi Melody, langsung kabur dari kakak kelas, pecundang?!"
"Saat itu aku sedang buru-buru pulang!" Memang 5 hari lalu, aku tidak pulang bareng Melody.
"Cukup! Kamu gak tahu seberapa cintanya aku kepada Melody, Lemon! Enyahlah kau!" Regal lalu mengajak teman-temannya mengeluarkan Pokemon mereka dan membantaiku serta Linoone.
Aku tergeletak di lantai bersama Linoone. Aku menangis semalaman di sana, tidak pulang, makan, maupun tidur. Linoone terluka parah. Aku melepasnya setelah mengobati luka-lukanya. Aku tak ingin dia merasakan pengalaman pahit itu lagi. Cukup aku saja yang disakiti.
Hidupku berputar 180 derajat semenjak saat itu. Aku menjadi bahan cemooh mereka. Semua itu aku anggap sebagai penebusan dosaku kepada Regal.
_________
Tok-tok!
Suara ketukan di pintu kamarku menyadarkanku dari lamunanku.
"Lemon, besok temani Ibu ke Pesta Halloween ya." ucap ibu sambil masuk ke kamarku.
"Iya bu." jawabku singkat. Pesta Halloween ya...
(Keesokan harinya)
"Gimana sekolah hari ini, Lemon?" tanya ibuku sesampainya aku kerumah.
"Seperti biasa bu, menyenangkan" jawabku berbohong.
"Ayo siap-siap, nanti telat ke Pesta Halloween!" kata ibuku sambil memakai lipstiknya. Ia memakai kostum penyihir yang sama sekali tidak menyeramkan. Aku naik ke atas dan masuk ke kamarku. Aku memilih hanya memakai baju biasa dan celana panjang.
"Lemon? Bajumu gitu aja?" tanya ibuku. Aku mengangguk.
Sesampainya di Pesta Halloween tersebut, aku melihat berbagai macam kostum-kostum aneh,mulai dari Banette hijau, Aggron dengan ekor cacing, ibu-ibu yang memakai kostum Gengar, dan sebagainya. Tidak jarang ada Pokemon liar yang datang ke pesta ini. Pokemon liar di sini aman dan dilindungi oleh hukum selama acara ini dan alhasil tidak boleh diajak bertarung.
"Ya ampun jeng! Piye kabare toh, jeng?" sapa ibuku kepada sekumpulan ibu-ibu di pesta itu. Pasti mereka semua teman ngerumpinya ibu. Sambil jalan menghampiri mereka, ibu berkata, "Lemon, kamu jalan-jalan dulu gih, Ibu ada urusan sebentar ya sayang."
Cih, untuk apa aku ke sini kalau begitu?
_________
Audino masuk ke pesta itu dengan berpakaian jubah Dusknoir, Reaper Cloth. Ia berjalan dengan pede sementara orang-orang maupun Pokemon di sekitarnya menahan tawa mereka dan melihatnya dengan tatapan aneh.
"Halloween, Halloween, Halloween~!" Audino bernyanyi dengan girangnya.
Tak sengaja ia menabrak seekor Tyranitar, yang saat itu tidak menggunakan kostum bertema Halloween. Audino terjatuh, tapi ia membuat Tyranitar itu menjatuhkan permen-permennya, sehingga semuanya pecah. Tyranitar lalu meliriknya, jelas tampak marah kepada Audino, dan menatapnya dengan tajam.
"Ma-maafkan aku, Tuan Tyranitar!" tutur Audino sambil ketakutan.
"Hei bocah, malu-maluin saja dikau. Lebih baik kau pulang, kau hanya menjadi bahan cemoohan saja di sini." kata Tyranitar.
"Uwoooww.." seru Pokemon-Pokemon lain, sementara para manusia mengernyit kebingungan karena tidak mengerti bahasa mereka.
Mata Audino berkaca-kaca. Ia merundukkan badannya sebagai permintaan maaf lalu langsung lari dari hadapan Tyranitar itu.
"Aku bodoh! Seharusnya aku ikuti kata-kata ibuku! Aku bodoh!" Audino berdesis dan menangis di gang dekat pesta itu.
"Hey Pokemon kecil, kamu juga kesepian ya?" Lemon, yang tadinya duduk di sebuah kursi taman tua, melangkah mendekati Audino.
"Waah, bajumu kelihatan menyeramkan dan bagus sekali! Pasti kamu baru saja dari Pesta Halloween, kan?" Lemon pura-pura terlihat ketakutan dan kagum untuk menghiburnya.
Audino menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Audii..no.." katanya, lalu kembali menunduk. Lemon kelihatan kebingungan, jelas bahwa ia tidak mengerti apa yang sedang dikatakan Audino tersebut.
".. Audino,aku sangat kesepian." katanya sambil berlagak curhat ke Audino. Makhluk pink tersebut masih tertunduk sedih.
"Aku punya beban hidup yang berat karena aku sayang kepada guru, ibu, dan saudara-saudaraku. Aku tak pernah menceritakannya pada mereka, dan tak akan pernah." lanjutnya, "Jika kita ternyata lagi mengalami pengalaman yang sama, maukah kamu menjadi partnerku?"
Lemon lalu mengeluarkan sebuah Luxury Ball dan menunjukkannya kepada Pokemon tersebut.
"Audi.. Audino?" tanya Audino kepadanya.
"Tentu saja, aku tak akan keberatan melatihmu." jawab Lemon singkat.
Ia berpikir sejenak, lalu menunduk sesaat ke arah Lemon.
"Apa itu maksudnya tidak?" tanyanya heran. Pokemon Pendengaran tersebut menggelengkan kepalanya, lalu rela terhisap ke dalam Luxury Ball Lemon.
Ia tersenyum dan bergumam kepada dirinya sendiri,“… Selamat datang di kehidupanku, Audino…”
__________
Sepulangnya, aku duduk di teras sambil merenungkan masa depanku. Apakah harus ikut ibuku yang akan pindah ke region lain, atau tetap di sini sendiri, maksudku, bersama Audino.
"Audino… Kalau kau mempunyai dendam ke Pokemon lain, apakah kau akan membalasnya dengan kekuatan?" tanyaku kepada Audino. Awalnya aku berniat untuk menantang Regal bertarung sebelum pindah, namun Audino menggelengkan kepala. Halloween tadi sudah menjadi bukti, bahwa Audino tak akan pernah menyelesaikan permasalahan dengan kekuatan, tapi dengan sopan santun.
Setelah itu, aku tidak kesepian lagi. Sehabis berpamitan ke guru sekolahku karena aku akan pindah ke Sinnoh, Audino juga mengajakku untuk meminta maaf kepada Regal. Audino mengunjungi rumahnya sendiri untuk berpamitan juga. Ibunya bangga bahwa anaknya dilatih oleh Trainer yang tepat. Ibuku sangat senang dan kaget bahwa aku mendapatkan Audino yang sangat lucu ini. Ia pun memperlakukan Audino seperti anaknya sendiri.
__________
(1 minggu kemudian..)
"Silahkan masuk!" kata guru di sekolah baruku, "Perkenalkan anak-anak, ini Leron dan Audino, pindahan dari region lain. Berikan mereka salam!"
"Selamat datang Leron!" sahut para murid-murid tersebut.
"Nah Leron, kamu bisa duduk di kursi sebelah situ yang kosong. Kursi sebelahmu masih kosong, karena ia anak baru, tetapi terlamba-" Guru itu belum selesai bicara.
"Chanseey!" seekor Chansey masuk,membawa sebuah tas. Tak lama kemudian,seorang perempuan yang tak asing bagiku masuk ke kelasku.
"Loh Melody, kamu pindah kesini?!"
-TAMAT-