filosofi pantat ayam
Menulis bagi saya adalah waktunya berbagi, sekedar cerita, kadang juga menuangkan pikiran-pikiran baik, atau sekelebat pemahaman yang sempat lewat dan berharap itu bisa jadi manfaat. Dulu, saya betul-betul peduli bahwa apa yang saya tulis jika itu adalah hal-hal yang bersifat pesan moral atau pesan kebaikan maka paling tidak saya harus sudah baik dulu, sudah pantas dulu, tapi setelah waktu berjalan ko rasanya saya ini belum pantas terus, jadilah saya enggan menulis.
Lalu sampai pada suatu saat saya menyadari, tulisan tak mestilah dijadikan beban kalau itu kebaikan maka tuliskan, peduli amat saya sebetulnya manusia kotor, peduli amat jika sebetulnya saya tak pantas. Toh memang benar sampai sekarang saya sendiri pun masih khawatir amal apa sebetulnya yang benar-benar diterima, sholat saya masih susah khusyu, mengaji saya masih terbata, infaq saya masih sedikit, bercanda sering kelewat batas, kelakuan saya lebih banyak cela-nya, dzikir lebih sering sebatas mantra dan banyak hal-hal lainnya..
Maka diantara banyak hal yang cela, izinkan saya menulis yang baik-baik meski saya bukan orang yang baik, lupakanlah siapa yang menulis. Seperti apa kata teman saya pernah bilang, tanamkanlah filosofi pantat ayam: kalau yang keluar telur, ambil.. kalau t*i kotor ya jangan.. namanya juga dari pantat ayam!
Sumber: http://pembelajarcinta.wordpress.com/2014/01/23/filosofi-pantat-ayam/
Lalu sampai pada suatu saat saya menyadari, tulisan tak mestilah dijadikan beban kalau itu kebaikan maka tuliskan, peduli amat saya sebetulnya manusia kotor, peduli amat jika sebetulnya saya tak pantas. Toh memang benar sampai sekarang saya sendiri pun masih khawatir amal apa sebetulnya yang benar-benar diterima, sholat saya masih susah khusyu, mengaji saya masih terbata, infaq saya masih sedikit, bercanda sering kelewat batas, kelakuan saya lebih banyak cela-nya, dzikir lebih sering sebatas mantra dan banyak hal-hal lainnya..
Maka diantara banyak hal yang cela, izinkan saya menulis yang baik-baik meski saya bukan orang yang baik, lupakanlah siapa yang menulis. Seperti apa kata teman saya pernah bilang, tanamkanlah filosofi pantat ayam: kalau yang keluar telur, ambil.. kalau t*i kotor ya jangan.. namanya juga dari pantat ayam!
Sumber: http://pembelajarcinta.wordpress.com/2014/01/23/filosofi-pantat-ayam/