Our (un)promised hour
PART 2
"Aku suka padamu,"
Gadis yang baru saja aku ungkapkan perasaanku padanya melihatku dengan mata terbelalak. Namun tak lama, ia memalingkan pandangannya dariku dan menutup matanya, mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. Aku sudah memikirkan ini baik-baik. Satu setengah bulan sejak aku bertemu dengannya di lab kimia waktu itu, setiap hari, saat jam tambahan dimulai, tanpa membuat sebuah janji atau apapun, kami akan pergi ke lab kimia itu lagi. Tidak ada hal spesial yang kami lakukan. Kami hanya duduk-duduk saja sambil bermain game kami masing-masing. Sesekali kami tidak akan bermain dan hanya mengobrol saja tentang keseharian kami sampai waktu jam tambahan selesai. Namun, dalam keseharian kami yang biasa saja itu, aku jadi tertarik padanya dan merasa kalau dunia akan serasa beda tanpa kehadirannya. Entah itu memang murni karena perasaanku atau karena hormon labil yang sedang bekerja pada tubuhku.
"Jadi maksudmu kau mau kita berpacaran?", kata gadis di sebelahku akhirnya berbicara.
...! Sekarang kalau aku ingat-ingat, aku tidak pernah memikirkan bagaimana kalau aku berpacaran dengannya! Sial. Sepertinya aku salah langkah. Kalau dalam permainan catur, mungkin dua... tidak, satu langkah lagi aku akan kena skakmat! Dan kalau ini adalah sebuah dating sim, maka jawabanku kali ini akan menentukan akhir ruteku!
"Ya. Aku ingin kita berpacaran," jawabku lantang dan tegas. Yah, tidak juga sih. Sekali lagi dia kembali menutup matanya. Dan yang membuatku terkejut setelahnya adalah, ketika ia kemudian tertawa keras. Dan saat aku bilang keras, maka benar-benar keras. Aku? Aku hanya bisa terdiam sementara gadis berambut pendek di depanku tertawa selama kurang lebih 3 menit tanpa henti. Setelah mengusap air mata terakhir dari matanya, ia akhirnya berbicara.
"Haha--maaf, maaf. Aku hanya berpikir, 'ternyata semua laki-laki itu simpel sekali'."
"...Maksudnya?"
"Kau adalah laki-laki ke-7 yang menembakku selama masa SMA-ku ini,' jawabnya mencoba menjelaskan. 'hanya sebentar saja dekat, mereka langsung menyimpulkan kalau mereka suka dengan seorang perempuan. Apa mereka tidak bisa menjalin hubungan pertemanan yang biasa saja? Kenapa sedikit-sedikit harus berpacaran? Tidak, bahkan tidak berpacaran saja. Seperti yang aku bilang tadi, kenapa mereka dengan mudahnya dapat merasa mereka telah jatuh cinta? Padahal--"
Aku sudah tidak kuat. Belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya aku beranjak berdiri dan mengambil tasku lalu pergi dari ruangan. Sebelum benar-benar keluar, aku menoleh ke belakang untuk melihat terakhir kali wajah gadis yang baru saja menolakku.
"Terimakasih atas jawabannya," kataku seperti seorang pria sejati yang baru saja ditolak cintanya. Karena jam tambahan belum berakhir, aku kembali ke kelasku hanya untuk mendapat dua kali tamparan dari Pak Saiton.
Sejak saat itu aku tidak pernah lagi pergi ke ruang kimia waktu jam tambahan. Lebih baik aku tersiksa batin karena materi pelajaran yang banyak daripada aku harus tersiksa karena harus bertemu lagi dengan gadis yang telah menolak cintaku. Terkadang aku memang melihatnya berjalan di sekolah, tapi tentu aku tidak pernah mencoba menyapanya. Pada awalnya hubungan kami berdua di ruangan itu memang tidak pernah ada yang tahu kan? Yah, paling tidak aku pernah merasa punya momen menjadi seorang riajuu saat SMA.
Gadis yang baru saja aku ungkapkan perasaanku padanya melihatku dengan mata terbelalak. Namun tak lama, ia memalingkan pandangannya dariku dan menutup matanya, mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. Aku sudah memikirkan ini baik-baik. Satu setengah bulan sejak aku bertemu dengannya di lab kimia waktu itu, setiap hari, saat jam tambahan dimulai, tanpa membuat sebuah janji atau apapun, kami akan pergi ke lab kimia itu lagi. Tidak ada hal spesial yang kami lakukan. Kami hanya duduk-duduk saja sambil bermain game kami masing-masing. Sesekali kami tidak akan bermain dan hanya mengobrol saja tentang keseharian kami sampai waktu jam tambahan selesai. Namun, dalam keseharian kami yang biasa saja itu, aku jadi tertarik padanya dan merasa kalau dunia akan serasa beda tanpa kehadirannya. Entah itu memang murni karena perasaanku atau karena hormon labil yang sedang bekerja pada tubuhku.
"Jadi maksudmu kau mau kita berpacaran?", kata gadis di sebelahku akhirnya berbicara.
...! Sekarang kalau aku ingat-ingat, aku tidak pernah memikirkan bagaimana kalau aku berpacaran dengannya! Sial. Sepertinya aku salah langkah. Kalau dalam permainan catur, mungkin dua... tidak, satu langkah lagi aku akan kena skakmat! Dan kalau ini adalah sebuah dating sim, maka jawabanku kali ini akan menentukan akhir ruteku!
"Ya. Aku ingin kita berpacaran," jawabku lantang dan tegas. Yah, tidak juga sih. Sekali lagi dia kembali menutup matanya. Dan yang membuatku terkejut setelahnya adalah, ketika ia kemudian tertawa keras. Dan saat aku bilang keras, maka benar-benar keras. Aku? Aku hanya bisa terdiam sementara gadis berambut pendek di depanku tertawa selama kurang lebih 3 menit tanpa henti. Setelah mengusap air mata terakhir dari matanya, ia akhirnya berbicara.
"Haha--maaf, maaf. Aku hanya berpikir, 'ternyata semua laki-laki itu simpel sekali'."
"...Maksudnya?"
"Kau adalah laki-laki ke-7 yang menembakku selama masa SMA-ku ini,' jawabnya mencoba menjelaskan. 'hanya sebentar saja dekat, mereka langsung menyimpulkan kalau mereka suka dengan seorang perempuan. Apa mereka tidak bisa menjalin hubungan pertemanan yang biasa saja? Kenapa sedikit-sedikit harus berpacaran? Tidak, bahkan tidak berpacaran saja. Seperti yang aku bilang tadi, kenapa mereka dengan mudahnya dapat merasa mereka telah jatuh cinta? Padahal--"
Aku sudah tidak kuat. Belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya aku beranjak berdiri dan mengambil tasku lalu pergi dari ruangan. Sebelum benar-benar keluar, aku menoleh ke belakang untuk melihat terakhir kali wajah gadis yang baru saja menolakku.
"Terimakasih atas jawabannya," kataku seperti seorang pria sejati yang baru saja ditolak cintanya. Karena jam tambahan belum berakhir, aku kembali ke kelasku hanya untuk mendapat dua kali tamparan dari Pak Saiton.
Sejak saat itu aku tidak pernah lagi pergi ke ruang kimia waktu jam tambahan. Lebih baik aku tersiksa batin karena materi pelajaran yang banyak daripada aku harus tersiksa karena harus bertemu lagi dengan gadis yang telah menolak cintaku. Terkadang aku memang melihatnya berjalan di sekolah, tapi tentu aku tidak pernah mencoba menyapanya. Pada awalnya hubungan kami berdua di ruangan itu memang tidak pernah ada yang tahu kan? Yah, paling tidak aku pernah merasa punya momen menjadi seorang riajuu saat SMA.
* * *
Kelihatannya pestanya baru saja dimulai. Aku berjalan-jalan sambil sesekali meminum segelas cola yang ada di tanganku. Tidak menyesal aku datang kemari. Makanannya enak-enak dan pas sekali waktu uangku menipis karena banyak cicilan yang harus aku bayar bulan ini. Bisa makan sepuasnya cuma dengan uang kurang dari 50.000 di zaman sekarang adalah sebuah kepuasan batin yang hebat. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini dan mencoba semua makanan yang ada!
"Wah, ternyata lu datang juga ternyata."
...! Sebuah suara yang familiar. Nada bersahabat yang hanya dimiliki oleh dia yang mempunyai minimal 1000 follower di twitternya dan paling tidak adalah seorang pengurus organisasi di sekolah. Dia adalah...!
"Eh, lu, Gilang. Iya nih hehe, kangen aja ama temen-temen," sapaku pada Gilang yang ternyata diikuti pengikutnya.
"Kayak lu punya temen aja wkwkwk," guyon Gilang diikuti tawa para pengikutnya. Terkutuk kau riajuu.
"Lah iyak wkwkwkwk."
"Yah paling engga bales dong Line gue."
"Hehe, iya-iya, sorry."
Setelah itu Gilang mengisyaratkan pada teman-temannya yang ada di belakangnya kalau dia akan pergi sebentar. Dia melihat ke arahku dan seperti mencoba mengajakku pergi ke tempat yang agak sepi untuk berbicara. Ini... bukan fanfict shounen-ai 'kan?
*
Sepertinya Gilang cuma mau ngobrol-ngobrol santai dan ingin tahu kabarku sekarang. Sebagai mantan ketua kelas, mungkin dia merasa punya kewajiban untuk mengetahui nasib teman-teman sekelasnya dulu. Itu, atau dia cuma modus buat cari pacar... tunggu--
"Eh iya, lu katanya pernah nembak cewek, ya waktu kelas 3 dulu?"
"K... kok lu tahu?" sekilas jantungku berhenti berdetak tadi.
"Wkwk, informasi gue kan luas."
"Haha... ha... ," mas, itu illegal mas.
"Lu tahu gak gue juga pernah nembak cewek yang lu tembak?"
Sama seperti adegan-adegan klasik di TV, aku benar-benar menyemprotkan minumanku saat mendengar pernyataan Gilang tadi. Gilang refleks melihatku dengan tatapan kaget.
"Woi, santai kali."
"Wkwkwk, iya sorry tadi ada semutnya."
"Yaudah wkwk. Lu tahu gak siapa cewek itu sebenernya?"
"Engga, sih. Emang siapa? Anak pejabat?"
"Engga, sih. Gue bilang gitu cuma buat keren-kerenan aja," sebelum aku berhasil menyiram Gilang dengan sisa minuman yang ada di tanganku, dia melanjutkan berbicara.
"Dia itu sering di bully sama cewek-cewek di kelasnya karena dianggep terlalu cantik. Gue denger dia pernah gak masuk sekolah dua minggu karena bully-nya waktu itu udah parah banget. Guru-guru udah dibilangin, tapi si dianya gak mau ngaku kalau dia di bully. Gue nembak dia karena kalau gitu pasti yang nge-bully dia jadi jaga jarak soalnya sekarang ada yang mau lindungin dia. Tapi yah gue ditolak wkwkwk," ucap Gilang panjang lebar.
"...Dia sekarang ikut reuni ini gak?"
"Hah? Ikut sih setau gue, soalnya ada namanya di buku tamu."
"Oke, makasih."
Memberikan segelas cola di tanganku ke Gilang, aku langsung berlari mencoba mencari sosok yang telah menolakku dulu. Gadis yang aku temui di ruang kimia saat aku kelas 3. Gadis yang telah membuatku mengira aku telah jatuh cinta padanya. Dan karena cerita ini sudah klimaks, maka aku berhasil menemukannya dengan mudah di antara kerumunan orang-orang. Aku memanggil namanya, berharap itu bukan orang yang salah dan kalau dia akan berbalik menatapku. Setelah 10 tahun lebih, aku akan melawan masa laluku. Buat kalian yang takut ini akan jadi melo-drama yang keras, kalian masih bisa lanjut baca kok santai saja.
*
"Apa kau bodoh? Datang ke markas musuhmu seperti ini?"
"Sepertinya kau sudah tahu ceritanya, ya. Tapi yang lebih bodoh adalah orang yang akhirnya memilih berbicara dengan mantan gebetannya setelah 10 tahun lebih."
"Heh, itu tidak bodoh sama sekali. Bahkan sangat wajar."
Suasana menjadi hening sementara di antara kami. Setelah malu karena memanggil namanya dengan keras di kerumunan orang-orang, gadis yang aku taksir di SMA 10 tahun lalu itu langsung menghampiriku dan mengajakku berbicara di luar ruangan. Dan seperti yang terlihat, kami baru mengatakan tiga kalimat diatas.
"Jadi, apa sebenarnya yang ingin kau katakan?"
Kau telah mengatakannya, wahai wanita. Kau telah mengatakan pertanyaan yang akan menentukan nasibmu. Aku tidak akan salah langkah kali ini. Lihatlah bagaimana aku telah mengasah kemampuanku dalam dating sim!
"Kalau aku pikir-pikir lagi, sebenarnya yang salah waktu itu adalah kau."
"...Hah?"
"Maksudku, memang apa salahnya jika aku merasa aku menyukaimu karena aku dekat denganmu? Dimana letak salahnya? Kalau tidak ada sebuah awal seperti itu, lalu menurutmu bagaimana Adam dan Hawa mau menikah dan mempunyai keturunan sampai sejauh ini? Lalu--"
"Kau ini tahu apa tentangku? Kau yang bahkan lari saat itu. Kau yang bahkan menjauhiku selama 10 tahun lebih kau--"
"Makanya itu aku mau tahu! Kenapa kau pikir aku menyatakan cintaku waktu itu?!"
"Lalu apa itu harus dengan cara berpacaran?"
"Ah.. soal itu.. ," sial, apa aku salah langkah lagi?!
"Hmph. Pada akhirnya kau yang salah, 'kan? Kau tidak tahu jawabannya," merasa sudah menang dan puas, dia mulai berjalan pergi menjauhiku. Tapi tunggu! Aku masih bisa membaliknya!
"Lalu kenapa selama ini kamu tidak punya teman? Kalau mulai dari teman kau tidak mau, berarti itu artinya aku boleh langsung jadi pacar, 'kan?" checkmate. CHECKMATE.
"...Itu karena aku orang yang busuk sampai ke akarnya."
"...Oh. Kalau begitu aku tidak bisa berkata apa-apa."
Tidak dapat membalas apa-apa lagi, kami berdua berhenti berdebat sejenak. Cukup lama, gadis yang ada di depanku memecah keheningan dengan tawanya yang keras. Dan berbeda dengan saat itu, kali ini lebih keras. Namun, juga berbeda dengan saat itu, kali ini aku turut tertawa dengannya. Kami tertawa sampai meneteskan air mata. Sudah lama sekali aku tidak tertawa dengan perasaan seperti ini. Tawa gadis itu yang sangat keras seperti ini pun, rupanya membuka kembali kenanganku pada waktu itu. Kenangan yang takkan pernah aku lupakan di masa SMA-ku. Karena kerasnya suara tawa kami berdua, seorang panitia pun datang dan menegur kami, membuat kami menghentikan tawa kami. Namun saat dia pergi, kami kembali tertawa namun tidak sekeras tadi.
"Haha.. kalau begitu, aku pulang dulu."
"Eh? Secepat ini?"
"Kau mungkin tidak tahu, tapi aku juga panitia acara ini, jadi aku sudah lama berada di sini seharian ini."
"Heeh... aku kira kau tidak mau ikut menjadi seperti itu."
"Banyak hal terjadi haha. Kalau begitu sampai bertemu kembali, Sapphire Boy."
Tak lama setelah dia pulang, aku juga pulang ke rumah setelah memakan semua jenis makanan yang disediakan. Yah, mungkin itu cukup lama sih heuheu. Tapi paling tidak malam ini aku kenyang akan banyak hal.
*
Semalam benar-benar melelahkan. Rupanya makan sebanyak itu juga punya efek sampingnya. Aku hampir saja muntah saat berkendara di jalan. Sial, lagi-lagi aku salah langkah di kehidupan nyata. Untung saja satpam kompleks masih memperbolehkanku masuk, kalau tidak mungkin malam itu bisa jadi malam terburuk dalam hidupku. Kalau sudah seperti ini, paling enak adalah bermain Pokemon dan mengalahkan para newbie di Battle Spots, haha!
"Hm? Apa ini? Sebuah Swap Note?"
Aku membuka sebuah Swap Note di 3DS XL Special Edition milikku yang dilampirkan untukku. Aku baru ingat kalau semalam aku juga membawa 3DSku ke pesta, siapa tahu bisa dapat teman StreetPass. Dan dengan itu aku membuka Swap Note tadi.
"Hahaha... Tentu saja. Dari dulu seharusnya kita melakukan ini! Dasar perempuan sok cantik!"
Tanpa basa-basi aku langsung melatih Pokemonku yang sudah aku breed selama berbulan-bulan. Aku tidak boleh kalah dalam pertarungan kali ini. Karena pertarungan kali ini... akan benar-benar menentukan akhir ruteku!
"Wah, ternyata lu datang juga ternyata."
...! Sebuah suara yang familiar. Nada bersahabat yang hanya dimiliki oleh dia yang mempunyai minimal 1000 follower di twitternya dan paling tidak adalah seorang pengurus organisasi di sekolah. Dia adalah...!
"Eh, lu, Gilang. Iya nih hehe, kangen aja ama temen-temen," sapaku pada Gilang yang ternyata diikuti pengikutnya.
"Kayak lu punya temen aja wkwkwk," guyon Gilang diikuti tawa para pengikutnya. Terkutuk kau riajuu.
"Lah iyak wkwkwkwk."
"Yah paling engga bales dong Line gue."
"Hehe, iya-iya, sorry."
Setelah itu Gilang mengisyaratkan pada teman-temannya yang ada di belakangnya kalau dia akan pergi sebentar. Dia melihat ke arahku dan seperti mencoba mengajakku pergi ke tempat yang agak sepi untuk berbicara. Ini... bukan fanfict shounen-ai 'kan?
*
Sepertinya Gilang cuma mau ngobrol-ngobrol santai dan ingin tahu kabarku sekarang. Sebagai mantan ketua kelas, mungkin dia merasa punya kewajiban untuk mengetahui nasib teman-teman sekelasnya dulu. Itu, atau dia cuma modus buat cari pacar... tunggu--
"Eh iya, lu katanya pernah nembak cewek, ya waktu kelas 3 dulu?"
"K... kok lu tahu?" sekilas jantungku berhenti berdetak tadi.
"Wkwk, informasi gue kan luas."
"Haha... ha... ," mas, itu illegal mas.
"Lu tahu gak gue juga pernah nembak cewek yang lu tembak?"
Sama seperti adegan-adegan klasik di TV, aku benar-benar menyemprotkan minumanku saat mendengar pernyataan Gilang tadi. Gilang refleks melihatku dengan tatapan kaget.
"Woi, santai kali."
"Wkwkwk, iya sorry tadi ada semutnya."
"Yaudah wkwk. Lu tahu gak siapa cewek itu sebenernya?"
"Engga, sih. Emang siapa? Anak pejabat?"
"Engga, sih. Gue bilang gitu cuma buat keren-kerenan aja," sebelum aku berhasil menyiram Gilang dengan sisa minuman yang ada di tanganku, dia melanjutkan berbicara.
"Dia itu sering di bully sama cewek-cewek di kelasnya karena dianggep terlalu cantik. Gue denger dia pernah gak masuk sekolah dua minggu karena bully-nya waktu itu udah parah banget. Guru-guru udah dibilangin, tapi si dianya gak mau ngaku kalau dia di bully. Gue nembak dia karena kalau gitu pasti yang nge-bully dia jadi jaga jarak soalnya sekarang ada yang mau lindungin dia. Tapi yah gue ditolak wkwkwk," ucap Gilang panjang lebar.
"...Dia sekarang ikut reuni ini gak?"
"Hah? Ikut sih setau gue, soalnya ada namanya di buku tamu."
"Oke, makasih."
Memberikan segelas cola di tanganku ke Gilang, aku langsung berlari mencoba mencari sosok yang telah menolakku dulu. Gadis yang aku temui di ruang kimia saat aku kelas 3. Gadis yang telah membuatku mengira aku telah jatuh cinta padanya. Dan karena cerita ini sudah klimaks, maka aku berhasil menemukannya dengan mudah di antara kerumunan orang-orang. Aku memanggil namanya, berharap itu bukan orang yang salah dan kalau dia akan berbalik menatapku. Setelah 10 tahun lebih, aku akan melawan masa laluku. Buat kalian yang takut ini akan jadi melo-drama yang keras, kalian masih bisa lanjut baca kok santai saja.
*
"Apa kau bodoh? Datang ke markas musuhmu seperti ini?"
"Sepertinya kau sudah tahu ceritanya, ya. Tapi yang lebih bodoh adalah orang yang akhirnya memilih berbicara dengan mantan gebetannya setelah 10 tahun lebih."
"Heh, itu tidak bodoh sama sekali. Bahkan sangat wajar."
Suasana menjadi hening sementara di antara kami. Setelah malu karena memanggil namanya dengan keras di kerumunan orang-orang, gadis yang aku taksir di SMA 10 tahun lalu itu langsung menghampiriku dan mengajakku berbicara di luar ruangan. Dan seperti yang terlihat, kami baru mengatakan tiga kalimat diatas.
"Jadi, apa sebenarnya yang ingin kau katakan?"
Kau telah mengatakannya, wahai wanita. Kau telah mengatakan pertanyaan yang akan menentukan nasibmu. Aku tidak akan salah langkah kali ini. Lihatlah bagaimana aku telah mengasah kemampuanku dalam dating sim!
"Kalau aku pikir-pikir lagi, sebenarnya yang salah waktu itu adalah kau."
"...Hah?"
"Maksudku, memang apa salahnya jika aku merasa aku menyukaimu karena aku dekat denganmu? Dimana letak salahnya? Kalau tidak ada sebuah awal seperti itu, lalu menurutmu bagaimana Adam dan Hawa mau menikah dan mempunyai keturunan sampai sejauh ini? Lalu--"
"Kau ini tahu apa tentangku? Kau yang bahkan lari saat itu. Kau yang bahkan menjauhiku selama 10 tahun lebih kau--"
"Makanya itu aku mau tahu! Kenapa kau pikir aku menyatakan cintaku waktu itu?!"
"Lalu apa itu harus dengan cara berpacaran?"
"Ah.. soal itu.. ," sial, apa aku salah langkah lagi?!
"Hmph. Pada akhirnya kau yang salah, 'kan? Kau tidak tahu jawabannya," merasa sudah menang dan puas, dia mulai berjalan pergi menjauhiku. Tapi tunggu! Aku masih bisa membaliknya!
"Lalu kenapa selama ini kamu tidak punya teman? Kalau mulai dari teman kau tidak mau, berarti itu artinya aku boleh langsung jadi pacar, 'kan?" checkmate. CHECKMATE.
"...Itu karena aku orang yang busuk sampai ke akarnya."
"...Oh. Kalau begitu aku tidak bisa berkata apa-apa."
Tidak dapat membalas apa-apa lagi, kami berdua berhenti berdebat sejenak. Cukup lama, gadis yang ada di depanku memecah keheningan dengan tawanya yang keras. Dan berbeda dengan saat itu, kali ini lebih keras. Namun, juga berbeda dengan saat itu, kali ini aku turut tertawa dengannya. Kami tertawa sampai meneteskan air mata. Sudah lama sekali aku tidak tertawa dengan perasaan seperti ini. Tawa gadis itu yang sangat keras seperti ini pun, rupanya membuka kembali kenanganku pada waktu itu. Kenangan yang takkan pernah aku lupakan di masa SMA-ku. Karena kerasnya suara tawa kami berdua, seorang panitia pun datang dan menegur kami, membuat kami menghentikan tawa kami. Namun saat dia pergi, kami kembali tertawa namun tidak sekeras tadi.
"Haha.. kalau begitu, aku pulang dulu."
"Eh? Secepat ini?"
"Kau mungkin tidak tahu, tapi aku juga panitia acara ini, jadi aku sudah lama berada di sini seharian ini."
"Heeh... aku kira kau tidak mau ikut menjadi seperti itu."
"Banyak hal terjadi haha. Kalau begitu sampai bertemu kembali, Sapphire Boy."
Tak lama setelah dia pulang, aku juga pulang ke rumah setelah memakan semua jenis makanan yang disediakan. Yah, mungkin itu cukup lama sih heuheu. Tapi paling tidak malam ini aku kenyang akan banyak hal.
*
Semalam benar-benar melelahkan. Rupanya makan sebanyak itu juga punya efek sampingnya. Aku hampir saja muntah saat berkendara di jalan. Sial, lagi-lagi aku salah langkah di kehidupan nyata. Untung saja satpam kompleks masih memperbolehkanku masuk, kalau tidak mungkin malam itu bisa jadi malam terburuk dalam hidupku. Kalau sudah seperti ini, paling enak adalah bermain Pokemon dan mengalahkan para newbie di Battle Spots, haha!
"Hm? Apa ini? Sebuah Swap Note?"
Aku membuka sebuah Swap Note di 3DS XL Special Edition milikku yang dilampirkan untukku. Aku baru ingat kalau semalam aku juga membawa 3DSku ke pesta, siapa tahu bisa dapat teman StreetPass. Dan dengan itu aku membuka Swap Note tadi.
"Hahaha... Tentu saja. Dari dulu seharusnya kita melakukan ini! Dasar perempuan sok cantik!"
Tanpa basa-basi aku langsung melatih Pokemonku yang sudah aku breed selama berbulan-bulan. Aku tidak boleh kalah dalam pertarungan kali ini. Karena pertarungan kali ini... akan benar-benar menentukan akhir ruteku!
------------------------------------------------------------------------------------------------
Untuk: Alfa
Hai, Sapphire Boy. Aku masih tidak tahu siapa sebenarnya
yang salah. Jadi bagaimana kalau kita tentukan jawabannya
dengan sebuah pertarungan Pokemon?
Syaratnya adalah kita harus bawa masing-masing maskot
Legendary Pokemon game kita! Kau pasti tahu kan aku pilih apa?
Kalau begitu aku tunggu kau di tempat biasanya! Jangan lari, ya!
Pengirim: Mega
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Untuk: Alfa
Hai, Sapphire Boy. Aku masih tidak tahu siapa sebenarnya
yang salah. Jadi bagaimana kalau kita tentukan jawabannya
dengan sebuah pertarungan Pokemon?
Syaratnya adalah kita harus bawa masing-masing maskot
Legendary Pokemon game kita! Kau pasti tahu kan aku pilih apa?
Kalau begitu aku tunggu kau di tempat biasanya! Jangan lari, ya!
Pengirim: Mega
--------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-TAMAT-
_________________________________________________________________________________________________________________________________________
-TAMAT-
_________________________________________________________________________________________________________________________________________