TiMEpiece
"Celebi".
Begitulah sebagaimana aku dipanggil. Aku dikenal sebagai penerobos ruang dan penjelajah waktu. Aku dapat kembali maupun maju ke masa apapun yang aku mau.
Banyak bagian dari keluargaku yang memilih untuk hidup di masa-masa yang berbeda, dan banyak dari kami pun berpisah. Begitupun dengan diriku.
Aku tidak tahu ada di masa apa diriku sekarang. Yang kutahu, aku berada di sebuah hutan, hutan yang begitu tenang dan damai. Telingaku dapat mendengar suara gemercik air yang tidak begitu jauh dari tempat dimana aku berada. Namun suara air itu terdengar tenang, dapat dipastikan bahwa itu sebuah genangan--atau tidak? Perlukah aku periksa? Aku begitu penasaran dengan apa yang ada di sekelilingku.
Akhirnya, aku pun mengepakan sepasang sayap kecilku dan bergerak maju mengikuti arah dari suara air tersebut.
Kedua mataku tak henti-hentinya melirik kesana-kemari, ke kanan dan ke kiri, melihat ke area sekitarku. Banyak hal yang tak kuketahui berada di dalam hutan ini. Mulai dari spesies-spesies makhluk baru yang berjalan dan terbang di sekitar hutan. Mereka terlihat dalam berbagai macam ukuran, ada yang besar, sedang, maupun kecil. Sesekali, aku mendekatkan diriku ke makhluk-makhluk di sekitarku dan mencoba berinteraksi dengan mereka. Beberapa dari mereka masih ada yang malu-malu bertemu denganku, namun ada juga yang menyambutku dengan sukacita. Senang rasanya bisa bertemu dengan mereka, namun aku masih terus melanjutkan perjalananku menuju ke sumber suara air itu.
Tanpa kusadari, beberapa makhluk yag kutemui tadi itu mengikutiku selagi aku melayang pergi. Tidak buruk untuk membawa beberapa teman baru bersamaku, selama mereka tidak mengganggu...
Setelah berjalan entah berapa lamanya dari tempatku berasal, akhirnya aku sampai di sebuah genangan air raksasa--ah, bukan. Ini adalah danau jika aku tidak salah.
Warna danau itu keruh dan coklat, seperti tercampur lumpur dan tanah. Karena penasaran, aku pun mencicipi rasa air tersebut.
"....!?"
R-Rasa apa ini? Bahkan aku tidak sanggup menelannya. Rasanya tidak segar sama sekali. Terlebih, ada beberapa kerikil dan pasir yang menyangkut di tenggorokanku. Rasa gatal kini mulai menjalar di tenggorokanku. Ingin rasanya menetralkan rasa gatal tersebut dengan air yang segar, namun dimana aku bisa menemukannya?
Tiba-tiba, seekor makhluk berkaki empat berwarna biru dengan surai ungunya yang bergelombang tertiup angin muncul di sampingku.
Siapa dia? Mau apa dia disini? Apa dia juga mengikutiku tadi? Tapi sepertinya ini adalah kali pertama aku melihat sosoknya...
Makhluk itu melompat dan berpijak di permukaan danau itu, langkah demi langkah ia pijakkan di danau tersebut, pijakan kakinya itu meninggalkan jejak-jejak berupa cahaya putih yang menyebar ke seluruh danau, dan dengan seketika, danau tersebut berubah menjadi biru jernih. Banyak penghuni-penghuni hutan lainnya yang senang melihat danau itu menjadi bersih. Beberapa dari mereka ada yang melompat masuk ke danau itu dan berenang-renang dengan riangnya.
Aku pun mencoba meminum air di danau itu untuk menghilangkan dahagaku. Namun, seketika aku mencelupkan tanganku ke air itu, tiba-tiba saja tubuhku diselimuti oleh cahaya putih, dan dalam sekejap, tubuhku terasa sangat segar, seolah aku seperti baru dilahirkan kembali. Tenagaku pulih, penglihatanku jernih, ini benar-benar luar biasa! Apakah ini air ajaib? Ataukah makhluk berkaki empat itu memberikan suatu kekuatan pada air ini? Aku harus bertemu dengannya!
.... Sayangnya, makhluk itu menghilang tanpa meninggalkan sekelebat bayangan.
Rasa penasaran tentu semakin memuncak pada diriku. Banyak hal yang ingin kuketahui tentang dunia di masa ini. Aku ingin menjelajahinya lebih banyak!
Diriku yang haus akan pengetahuan mengenai masa ini telah mengantarku ke berbagai macam cerita dalam hidupku. Mulai dari yang menyenangkan, mengejutkan, mengecewakan, dan yang lainnya.
Tak hanya itu, akhirnya aku bertemu dengan makhluk berkaki empat itu, dan namanya adalah Suicune. Suicune memang tidak banyak berbicara, namun aku senang bermain dengannya. Ia sudah seperti keluargaku sendiri.
Selain Suicune, aku juga bertemu dengan makhluk lain, dan makhluk itu adalah manusia. Manusia yang kutemui ini adalah seorang gadis berambut pirang bernama Ethel. Aku tidak tahu kenapa dan sejak kapan ia tinggal di hutan ini. Tapi yang pasti, bertemu dengannya bukanlah hal yang dapat kusesali. Justru dengannya dan Suicune di sisiku, hari-hariku menjadi jauuuuuhhh lebih menyenangkan.
Aku senang bisa bersama mereka! Aku senang bisa bermain di danau bersama Suicune, aku senang bisa tidur bersama Suicune di malam hari, aku senang bisa mendengarkan berbagai cerita dari Ethel, aku juga senang dengan makanan lezat yang Ethel buat.
Mereka sangat berharga bagiku. Aku ingin bisa selamanya bersama mereka--mengarungi ruang dan waktu bersama mereka.
..... Di sisi lain dari kegembiraanku bersama mereka, aku melupakan sebuah konsep yang begitu menyedihkan dari dunia yang aku tinggali ini. Yaitu konsep "waktu" dan konsep "tak ada yang abadi".
Begitupun dengan salah satu temanku, Ethel. Ia tidak akan selamanya bersamaku. Hari demi hari telah berlalu antara diriku, Suicune, dan Ethel. Tidak ada perubahan yang berarti dari Ethel. Minggu demi miggu, bulan demi bulan, hingga tahun demi tahun aku bersama mereka, baru kusadari sesuatu sekarang ini. Ethel yang dulunya memiliki rambut pirang yang berkilau, kini telah memudar menjadi berwarna putih kelabu. Ethel yang dulunya memiliki kulit yang halus, kini menjadi kasar dan keriput. Ethel yang dulunya begitu aktif dan energik, kini menjadi semakin lemah dan semakin lemah. Ia hanya bisa duduk di kursinya sambil membaca buku sekarang. Aku dan Suicune harus membantunya untuk berjalan ke ranjangya di malam hari, atau pun menyiapkan makanan sehari-harinya.
Pada waktu itu, nampaknya hanya Suicune yang tahu kalau Ethel tidak akan bertahan lama. Entah karena suatu alasan atau karena ia tahu bahwa hidup Ethel tidak panjang, Suicune menjadi begitu lengket dengan sang gadis. Di malam hari, Suicune tampak seperti hendak menangis. Tapi aku tidak begitu mengerti.
Hingga akhirnya waktu terakhir dimana aku bisa duduk di pangkuan Ethel pun tiba.
Di musim panas yang terik, aku merasakan belaian lembut dari Ethel. Ia tampak mengatakan sesuatu padaku, namun suaranya yang parau membuatnya agak samar.
"Jaga dirimu baik-baik. Kau akan menemukan teman baru nantinya."
Tangannya yang memelukku dengan erat seketika mulai melemah, melemah, dan melemah. Tentu aku bingung. Kenapa ia melepaskan tangannya dariku? Apakah ia mengantuk? Tubuhnya entah mengapa semakin lemas...
.... Tubuh Ethel yang hangat, kini menjadi dingin dan kaku. Matanya terpejam, namun terlihat seulas senyuman kecil di wajahnya yang sudah keriput.
===
Sambil duduk bersandar di sebuah monumen yang terukir nama "Ethel" di sana, aku menatap ke langit senja. Untuk pertama kalinya, ada rasa hampa yang kurasakan ketika melihat ke langit senja itu.
.... Biasanya... Aku, Suicune, dan Ethel melihat pemandangan ini bersama.
Kami selalu menghabiskan waktu bersama hingga warna langit berubah menjadi jingga. Bahkan ketika malam pun, aku dan Suicune masih berkunjung ke rumah kecilnya dan bermain bersamanya hingga larut malam, dan kemudian dilanjutkan dengan acara tidur bersama.
Sayangnya, kini aku dan Suicune tidak bisa melakukan itu lagi. Kami sudah tidak bisa melihat senyuman Ethel, tawa Ethel, dan kami juga sudah tidak bisa mendengar suara Ethel.
Semenjak para penghuni hutan mengubur Ethel, Suicune sudah tidak terlihat lagi. Ia sudah pergi entah kemana tanpa mengatakan sepatah katapun. Begitu pun dengan para penghuni hutan. Entah kenapa, mereka menjadi lebih diam, seolah seperti hampir tidak mengenal satu sama lain.
Akhirnya, aku pun kembali sendirian, seperti ketika pertama kali aku menginjakan kaki di masa ini. Telah lama aku menunggu kedatangan "teman baru", namun hingga kini tak kunjung datang juga.
"Sebenarnya ini ada apa? Aku tidak mengerti..."
Untuk pertama kalinya, aku merasakan sesuatu yang menyakitkan di dadaku. Rasanya seperti tertusuk oleh sesuatu yang tajam hingga menembus masuk tubuhku. Ada sesuatu yang terasa hampa, sesuatu yang membuatku merasa hidupku seperti tidak begitu berharga lagi seperti sebelumnya.
.... Jujur, aku lebih suka ketika masih bersama Ethel dan Suicune. Aku suka ketika kita menghabiskan waktu bersama-sama dalam suka maupun duka.
Karena itu, aku akan kembali ke masa-masa indah dimana kita masih bersama, dan jika hal ini kembali terulang, aku akan terus kembali ke masa-masa indah itu. Dengan begitu, kita bisa terus bersama selamanya.
Begitulah sebagaimana aku dipanggil. Aku dikenal sebagai penerobos ruang dan penjelajah waktu. Aku dapat kembali maupun maju ke masa apapun yang aku mau.
Banyak bagian dari keluargaku yang memilih untuk hidup di masa-masa yang berbeda, dan banyak dari kami pun berpisah. Begitupun dengan diriku.
Aku tidak tahu ada di masa apa diriku sekarang. Yang kutahu, aku berada di sebuah hutan, hutan yang begitu tenang dan damai. Telingaku dapat mendengar suara gemercik air yang tidak begitu jauh dari tempat dimana aku berada. Namun suara air itu terdengar tenang, dapat dipastikan bahwa itu sebuah genangan--atau tidak? Perlukah aku periksa? Aku begitu penasaran dengan apa yang ada di sekelilingku.
Akhirnya, aku pun mengepakan sepasang sayap kecilku dan bergerak maju mengikuti arah dari suara air tersebut.
Kedua mataku tak henti-hentinya melirik kesana-kemari, ke kanan dan ke kiri, melihat ke area sekitarku. Banyak hal yang tak kuketahui berada di dalam hutan ini. Mulai dari spesies-spesies makhluk baru yang berjalan dan terbang di sekitar hutan. Mereka terlihat dalam berbagai macam ukuran, ada yang besar, sedang, maupun kecil. Sesekali, aku mendekatkan diriku ke makhluk-makhluk di sekitarku dan mencoba berinteraksi dengan mereka. Beberapa dari mereka masih ada yang malu-malu bertemu denganku, namun ada juga yang menyambutku dengan sukacita. Senang rasanya bisa bertemu dengan mereka, namun aku masih terus melanjutkan perjalananku menuju ke sumber suara air itu.
Tanpa kusadari, beberapa makhluk yag kutemui tadi itu mengikutiku selagi aku melayang pergi. Tidak buruk untuk membawa beberapa teman baru bersamaku, selama mereka tidak mengganggu...
Setelah berjalan entah berapa lamanya dari tempatku berasal, akhirnya aku sampai di sebuah genangan air raksasa--ah, bukan. Ini adalah danau jika aku tidak salah.
Warna danau itu keruh dan coklat, seperti tercampur lumpur dan tanah. Karena penasaran, aku pun mencicipi rasa air tersebut.
"....!?"
R-Rasa apa ini? Bahkan aku tidak sanggup menelannya. Rasanya tidak segar sama sekali. Terlebih, ada beberapa kerikil dan pasir yang menyangkut di tenggorokanku. Rasa gatal kini mulai menjalar di tenggorokanku. Ingin rasanya menetralkan rasa gatal tersebut dengan air yang segar, namun dimana aku bisa menemukannya?
Tiba-tiba, seekor makhluk berkaki empat berwarna biru dengan surai ungunya yang bergelombang tertiup angin muncul di sampingku.
Siapa dia? Mau apa dia disini? Apa dia juga mengikutiku tadi? Tapi sepertinya ini adalah kali pertama aku melihat sosoknya...
Makhluk itu melompat dan berpijak di permukaan danau itu, langkah demi langkah ia pijakkan di danau tersebut, pijakan kakinya itu meninggalkan jejak-jejak berupa cahaya putih yang menyebar ke seluruh danau, dan dengan seketika, danau tersebut berubah menjadi biru jernih. Banyak penghuni-penghuni hutan lainnya yang senang melihat danau itu menjadi bersih. Beberapa dari mereka ada yang melompat masuk ke danau itu dan berenang-renang dengan riangnya.
Aku pun mencoba meminum air di danau itu untuk menghilangkan dahagaku. Namun, seketika aku mencelupkan tanganku ke air itu, tiba-tiba saja tubuhku diselimuti oleh cahaya putih, dan dalam sekejap, tubuhku terasa sangat segar, seolah aku seperti baru dilahirkan kembali. Tenagaku pulih, penglihatanku jernih, ini benar-benar luar biasa! Apakah ini air ajaib? Ataukah makhluk berkaki empat itu memberikan suatu kekuatan pada air ini? Aku harus bertemu dengannya!
.... Sayangnya, makhluk itu menghilang tanpa meninggalkan sekelebat bayangan.
Rasa penasaran tentu semakin memuncak pada diriku. Banyak hal yang ingin kuketahui tentang dunia di masa ini. Aku ingin menjelajahinya lebih banyak!
Diriku yang haus akan pengetahuan mengenai masa ini telah mengantarku ke berbagai macam cerita dalam hidupku. Mulai dari yang menyenangkan, mengejutkan, mengecewakan, dan yang lainnya.
Tak hanya itu, akhirnya aku bertemu dengan makhluk berkaki empat itu, dan namanya adalah Suicune. Suicune memang tidak banyak berbicara, namun aku senang bermain dengannya. Ia sudah seperti keluargaku sendiri.
Selain Suicune, aku juga bertemu dengan makhluk lain, dan makhluk itu adalah manusia. Manusia yang kutemui ini adalah seorang gadis berambut pirang bernama Ethel. Aku tidak tahu kenapa dan sejak kapan ia tinggal di hutan ini. Tapi yang pasti, bertemu dengannya bukanlah hal yang dapat kusesali. Justru dengannya dan Suicune di sisiku, hari-hariku menjadi jauuuuuhhh lebih menyenangkan.
Aku senang bisa bersama mereka! Aku senang bisa bermain di danau bersama Suicune, aku senang bisa tidur bersama Suicune di malam hari, aku senang bisa mendengarkan berbagai cerita dari Ethel, aku juga senang dengan makanan lezat yang Ethel buat.
Mereka sangat berharga bagiku. Aku ingin bisa selamanya bersama mereka--mengarungi ruang dan waktu bersama mereka.
..... Di sisi lain dari kegembiraanku bersama mereka, aku melupakan sebuah konsep yang begitu menyedihkan dari dunia yang aku tinggali ini. Yaitu konsep "waktu" dan konsep "tak ada yang abadi".
Begitupun dengan salah satu temanku, Ethel. Ia tidak akan selamanya bersamaku. Hari demi hari telah berlalu antara diriku, Suicune, dan Ethel. Tidak ada perubahan yang berarti dari Ethel. Minggu demi miggu, bulan demi bulan, hingga tahun demi tahun aku bersama mereka, baru kusadari sesuatu sekarang ini. Ethel yang dulunya memiliki rambut pirang yang berkilau, kini telah memudar menjadi berwarna putih kelabu. Ethel yang dulunya memiliki kulit yang halus, kini menjadi kasar dan keriput. Ethel yang dulunya begitu aktif dan energik, kini menjadi semakin lemah dan semakin lemah. Ia hanya bisa duduk di kursinya sambil membaca buku sekarang. Aku dan Suicune harus membantunya untuk berjalan ke ranjangya di malam hari, atau pun menyiapkan makanan sehari-harinya.
Pada waktu itu, nampaknya hanya Suicune yang tahu kalau Ethel tidak akan bertahan lama. Entah karena suatu alasan atau karena ia tahu bahwa hidup Ethel tidak panjang, Suicune menjadi begitu lengket dengan sang gadis. Di malam hari, Suicune tampak seperti hendak menangis. Tapi aku tidak begitu mengerti.
Hingga akhirnya waktu terakhir dimana aku bisa duduk di pangkuan Ethel pun tiba.
Di musim panas yang terik, aku merasakan belaian lembut dari Ethel. Ia tampak mengatakan sesuatu padaku, namun suaranya yang parau membuatnya agak samar.
"Jaga dirimu baik-baik. Kau akan menemukan teman baru nantinya."
Tangannya yang memelukku dengan erat seketika mulai melemah, melemah, dan melemah. Tentu aku bingung. Kenapa ia melepaskan tangannya dariku? Apakah ia mengantuk? Tubuhnya entah mengapa semakin lemas...
.... Tubuh Ethel yang hangat, kini menjadi dingin dan kaku. Matanya terpejam, namun terlihat seulas senyuman kecil di wajahnya yang sudah keriput.
===
Sambil duduk bersandar di sebuah monumen yang terukir nama "Ethel" di sana, aku menatap ke langit senja. Untuk pertama kalinya, ada rasa hampa yang kurasakan ketika melihat ke langit senja itu.
.... Biasanya... Aku, Suicune, dan Ethel melihat pemandangan ini bersama.
Kami selalu menghabiskan waktu bersama hingga warna langit berubah menjadi jingga. Bahkan ketika malam pun, aku dan Suicune masih berkunjung ke rumah kecilnya dan bermain bersamanya hingga larut malam, dan kemudian dilanjutkan dengan acara tidur bersama.
Sayangnya, kini aku dan Suicune tidak bisa melakukan itu lagi. Kami sudah tidak bisa melihat senyuman Ethel, tawa Ethel, dan kami juga sudah tidak bisa mendengar suara Ethel.
Semenjak para penghuni hutan mengubur Ethel, Suicune sudah tidak terlihat lagi. Ia sudah pergi entah kemana tanpa mengatakan sepatah katapun. Begitu pun dengan para penghuni hutan. Entah kenapa, mereka menjadi lebih diam, seolah seperti hampir tidak mengenal satu sama lain.
Akhirnya, aku pun kembali sendirian, seperti ketika pertama kali aku menginjakan kaki di masa ini. Telah lama aku menunggu kedatangan "teman baru", namun hingga kini tak kunjung datang juga.
"Sebenarnya ini ada apa? Aku tidak mengerti..."
Untuk pertama kalinya, aku merasakan sesuatu yang menyakitkan di dadaku. Rasanya seperti tertusuk oleh sesuatu yang tajam hingga menembus masuk tubuhku. Ada sesuatu yang terasa hampa, sesuatu yang membuatku merasa hidupku seperti tidak begitu berharga lagi seperti sebelumnya.
.... Jujur, aku lebih suka ketika masih bersama Ethel dan Suicune. Aku suka ketika kita menghabiskan waktu bersama-sama dalam suka maupun duka.
Karena itu, aku akan kembali ke masa-masa indah dimana kita masih bersama, dan jika hal ini kembali terulang, aku akan terus kembali ke masa-masa indah itu. Dengan begitu, kita bisa terus bersama selamanya.