Crepas: Endless Nightmare
*Sudut pandang cerita/ POV dari Eevee, sehingga memungkinkan Pokemon berbicara*
~ ~ ~ ~ ~
Kicauan pagi para Pidgey terdengar dekat sekali denganku, suara-suara nyaring yang saling bersahut-sahutan itu membuatku terbangun. Aku melihat ke sekeliling, semuanya tampak biasa, kasur dari jerami yang aku tiduri, dinding kayu yang berongga-rongga, serta jendela yang dimasuki oleh cahaya pagi yang cerah.
“Eevee, kamu mau tidur sampai kapan? Cepat bangun”
Aku sebenarnya masih terlalu malas untuk bergerak, tapi aku tak boleh membantah, kuturuti perintah kakakku, aku segera membasuh muka dengan air embun dingin semalam di daun lebar yang besar dan pergi ke ruang tengah.
Kulihat kakakku sedang membuat api di perapian, aku seekor Eevee dan aku tidak begitu suka dengan cuaca dingin, dan kelihatannya kakakku yang seekor Umbreon juga tidak menyukainya, ini membuatku cukup tergiur untuk mencoba berevolusi menjadi Glaceon suatu saat nanti. Tapi ternyata Glaceon tidak suka panas juga, dan hal ini membuatku bingung untuk menentukan pilihan.
“Tidurmu nyenyak semalam?” tanya kakakku begitu melihatku masuk dan memberi salam.
“Sedikit....”
Aku duduk di atas balok kayu di dekat meja makan bundar yang terbuat dari kayu pula, lalu kakakku menyodorkan sarapan pagi untukku, beberapa potong Oran berry yang segar.
Yah, beginilah kehidupan kami, orang tua kami telah mati diserang sekelompok Pokemon liar yang ganas, kakakku lalu melarikan diri sambil membawaku yang waktu itu masih kecil, meskipun dia beberapa kali diserang tapi dia terus melindungiku, pipi kakak dicakar sewaktu pelarian itu, sehingga kini dia memiliki bekas cakaran di pipinya.
Setelah melarikan diri cukup jauh, kami akhirnya beruntung menemukan pohon yang besar ini, bawahnya berlubang dan menjadi pintu keluar masuk untuk kami. Pohon ini cukup kuat untuk melindungi aku dan kakakku di musim dingin maupun musim badai.
“Siang ini kakak harus keluar mencari beberapa buah berry lagi. Kamu tinggal disini saja.”
Aku ingin menolak, aku juga sudah cukup besar untuk ikut mencari buah berry, tapi ketika kutanya kakak menggeleng “kamu tinggal disini Eevee... titik.”
Aku diam, tak berani membantah lagi.
Akhirnya sewaktu siang tiba, aku hanya bisa diam di rumah melihat kakak pergi ke arah hutan.
Kakak memang terlalu sering melindungiku, dia takut sesuatu terjadi padaku, tapi aku merasa caranya itu sudah keterlaluan. Tadi malam saja dia masuk dua kali ke kamarku, dengan sinar bulan samar-samar kulihat bekas cakarannya berdiri dekat denganku, hanya berdiri saja, tak berbuat apa-apa, aku tak ambil pusing aku terlalu lelah dan mengantuk sehingga kupejamkan mataku. Beberapa saat sebelum tertidur aku merasa dibelai hangat olehnya kemudian tanpa aku sadari dia telah keluar dari ruangan itu.
Aku belum lama tertidur ketika dia kembali datang ke kamarku dan lagi-lagi berdiri di dekatku. Aku jadi kesal sendiri, kenapa dia harus mengecekku sering-sering begini?
Kemudian beberapa menit kemudian aku telah kembali tertidur.
Aku menunggu di kamarku, bermain-main sendiri, dan tak terasa sekelompok Murkrow telah saling berkoak-koak mengucapkan selamat sore menjelang malam. Aku melihat ke luar lewat lubang di pohon, cahaya kuning keemasan terlihat terang dan indah. Aku menunggu di ruang tengah, kakakku pasti sudah akan pulang. Aku menundukan mukaku di atas meja bundar sambil terus menunggu kakak.
Tak lama kulihat dia datang sambil membawa keranjang beri yang penuh, aku sangat gembira, kulihat dia mulai mengeluarkan satu persatu buah dari keranjang yang ditutupi kain itu, Pecha berry, Oran berry, Rawst berry, dan yang terakhir, aku melihat kakak mengeluarkan sesuatu..... tidak begitu jelas apa itu, kemudian aku melihat dari dekat, aku kaget sekali! Itu bola mata! Anehnya bola mata itu masih bisa bergerak-gerak, aku menjerit dan seketika juga aku terbangun. Ternyata aku bermimpi buruk.
Hari telah gelap, sepi sekali, rumah pohon itu gelap gulita. Hanya terdengar tetesan sedikit dari arah luar.hujan gerimis turun sedikit, awan tebal meliputi langit, dan akhirnya sebuah guruh yang besar terdengar, hujan lebat pun turun. Guruh hujan terdengar keras sekali, aku tidak bisa melihat apapun di kegelapan pekat itu, angin dingin berhembus dan telah memadamkan sisa bara dari tungku yang tadi dinyalakan kakak.
Aku sangat ketakutan, apalagi aku baru bermimpi buruk, tak ada yang bisa kulakukan di kegelapan pekat itu selain tetap duduk tenang di atas balok itu dan menunggu kakak datang.
Kemudian samar-samar kurasakan sesuatu yang hangat, dekat sekali denganku. Perasaan ini, seperti sedang diamati, seperti yang kurasakan tadi malam. Bulu di sekitar leherku langsung terasa berdiri, aku langsung menoleh ke tempat aku merasa diamati, kosong.
Aku yakin ada seseorang disini, dia tadi berdiri dekat sekali denganku.... persis seperti yang kurasakan tadi malam. Ketika kakak berdiri di sampingku. Sekejap saja aku gemetaran, kemudian kilat menyambar, sesaat rumah pohon itu menjadi terang benderang, dan sesaat itu juga aku melihat sosok seseorang di dinding sana. Berdiri tertegun tak berbuat apapun, belum sempat aku terkejut melihat sosok itu, cahaya petir meredup, ruangan kembali menjadi gelap tapi aku tetap merasa di awasi oleh sosok tadi. Aku tak tahu apa yang bakal diperbuat olehnya. Ataupun dari arah mana dia akan kembali muncul.
Aku ketakutan dan mulai menangis, kemudian di tempat sosok tadi berada berpendar sinar luminasi berwarna kuning, lingkaran, ah!
Sosok tadi ternyata..... kakak! Aku langsung lega dan berlari ke arahnya, dia memelukku hangat, tubuhnya dingin, pasti karena hujan.
“kakak! Aku takut...takut sekali, aku senang kakak datang...” aku mulai terseyum pada kakak, kakakku mukanya tetap datar, tanpa reaksi, namun dia membelai kepalaku, tentu dia juga shock melihatku ketakutan seperti ini. Aku merasa tenang dan aman, kakakku sudah berada di dekatku. Akupun tertidur di pelukannya.
Aku kembali bangun, samar-samar kulihat rumah pohon itu, masih gelap, dan hujan masih turun dengan derasnya di luar, aku tak lagi merasakan tatapan sosok seram tadi, kakak pasti telah mengalahkannya, begitulah pikirku. Kemudian aku pergi ke ruang tengah, dan aneh. Ruangan itu masih gelap, biasanya kakak ada di situ, dengan bantuan perapian dia biasanya mengumpulkan dan menghitung kayu bakar yang dikumpulkannya, tapi ruangan itu kosong, dan gelap.
Aku tahu tadi kakak pulang, itu bukan mimpi, dia ada di rumah pohon ini..... di suatu tempat.
Aku mencarinya kemana-mana dengan bantuan cahaya kilat tapi dia tidak ada...
Ketika akhirnya aku mulai menyerah dan kembali merasa takut, dari pintu keluar masuk aku melihat sinar iluminasi datang mendekat dengan keranjang buah beri dibawa di mulutnya, itu dia kakakku... kenapa dia keluar lagi di tengah hujan begini? Pikirku.
Kemudian dia berhenti berlari mendadak di depan pintu hingga menabrak aku, aku menjerit.
“Eevee?? Eevee?? Oh... kau baik-baik saja?” mata kakakku yang terang bisa melihat di balik gelapnya malam, dia langsung memelukku. Bulunya basah kuyup karena kehujanan.
“Wah... kamu gemetaran... maaf ya, kakak keluar begini lama.”
“ti...tidak apa-apa, kakak kan sudah pulang tadi dan menidurkan aku....” aku tersenyum.
“haha...apa maksudmu anak manis?”
“iya.... tadi kakak pulang, kakak memelukku dan membuatku tertidur...”
Umbreon itu terdiam.
“Ehh.... mungkin kamu bermimpi...? Ini kakak baru pulang kok. Mana mungkin tadi kakak sempat memelukmu?”
Aku kaget, dan kembali berpikir, benar! Bulu kakak yang kupeluk sebelum tertidur tadi.......tidak basah, dingin tapi tidak basah! Dia pasti datang dari dalam rumah dan lagi, dia bukan datang dari arah pintu masuk.
“ka....kakak membuatku takut. Tadi malam juga kan? Kakak berdiri dua kali di dekatku saat aku tidur!”
“Berdiri dua kali?? Apa maksudmu? Tadi malam kakak tetap berada di ruang depan sampai pagi, sama sekali tidak memasuki kamarmu.” Balas kakakku.
Aku pucat, siapa yang tadi malam mengunjungiku di tempat tidur...? dan siapa yang memelukku malam ini...?
Aku baru saja berpikir demikian ketika aku kembali merasakan tatapan dari sosok itu, di pojokan rumah pohon yang gelap.
~ ~ ~ ~ ~
Kicauan pagi para Pidgey terdengar dekat sekali denganku, suara-suara nyaring yang saling bersahut-sahutan itu membuatku terbangun. Aku melihat ke sekeliling, semuanya tampak biasa, kasur dari jerami yang aku tiduri, dinding kayu yang berongga-rongga, serta jendela yang dimasuki oleh cahaya pagi yang cerah.
“Eevee, kamu mau tidur sampai kapan? Cepat bangun”
Aku sebenarnya masih terlalu malas untuk bergerak, tapi aku tak boleh membantah, kuturuti perintah kakakku, aku segera membasuh muka dengan air embun dingin semalam di daun lebar yang besar dan pergi ke ruang tengah.
Kulihat kakakku sedang membuat api di perapian, aku seekor Eevee dan aku tidak begitu suka dengan cuaca dingin, dan kelihatannya kakakku yang seekor Umbreon juga tidak menyukainya, ini membuatku cukup tergiur untuk mencoba berevolusi menjadi Glaceon suatu saat nanti. Tapi ternyata Glaceon tidak suka panas juga, dan hal ini membuatku bingung untuk menentukan pilihan.
“Tidurmu nyenyak semalam?” tanya kakakku begitu melihatku masuk dan memberi salam.
“Sedikit....”
Aku duduk di atas balok kayu di dekat meja makan bundar yang terbuat dari kayu pula, lalu kakakku menyodorkan sarapan pagi untukku, beberapa potong Oran berry yang segar.
Yah, beginilah kehidupan kami, orang tua kami telah mati diserang sekelompok Pokemon liar yang ganas, kakakku lalu melarikan diri sambil membawaku yang waktu itu masih kecil, meskipun dia beberapa kali diserang tapi dia terus melindungiku, pipi kakak dicakar sewaktu pelarian itu, sehingga kini dia memiliki bekas cakaran di pipinya.
Setelah melarikan diri cukup jauh, kami akhirnya beruntung menemukan pohon yang besar ini, bawahnya berlubang dan menjadi pintu keluar masuk untuk kami. Pohon ini cukup kuat untuk melindungi aku dan kakakku di musim dingin maupun musim badai.
“Siang ini kakak harus keluar mencari beberapa buah berry lagi. Kamu tinggal disini saja.”
Aku ingin menolak, aku juga sudah cukup besar untuk ikut mencari buah berry, tapi ketika kutanya kakak menggeleng “kamu tinggal disini Eevee... titik.”
Aku diam, tak berani membantah lagi.
Akhirnya sewaktu siang tiba, aku hanya bisa diam di rumah melihat kakak pergi ke arah hutan.
Kakak memang terlalu sering melindungiku, dia takut sesuatu terjadi padaku, tapi aku merasa caranya itu sudah keterlaluan. Tadi malam saja dia masuk dua kali ke kamarku, dengan sinar bulan samar-samar kulihat bekas cakarannya berdiri dekat denganku, hanya berdiri saja, tak berbuat apa-apa, aku tak ambil pusing aku terlalu lelah dan mengantuk sehingga kupejamkan mataku. Beberapa saat sebelum tertidur aku merasa dibelai hangat olehnya kemudian tanpa aku sadari dia telah keluar dari ruangan itu.
Aku belum lama tertidur ketika dia kembali datang ke kamarku dan lagi-lagi berdiri di dekatku. Aku jadi kesal sendiri, kenapa dia harus mengecekku sering-sering begini?
Kemudian beberapa menit kemudian aku telah kembali tertidur.
Aku menunggu di kamarku, bermain-main sendiri, dan tak terasa sekelompok Murkrow telah saling berkoak-koak mengucapkan selamat sore menjelang malam. Aku melihat ke luar lewat lubang di pohon, cahaya kuning keemasan terlihat terang dan indah. Aku menunggu di ruang tengah, kakakku pasti sudah akan pulang. Aku menundukan mukaku di atas meja bundar sambil terus menunggu kakak.
Tak lama kulihat dia datang sambil membawa keranjang beri yang penuh, aku sangat gembira, kulihat dia mulai mengeluarkan satu persatu buah dari keranjang yang ditutupi kain itu, Pecha berry, Oran berry, Rawst berry, dan yang terakhir, aku melihat kakak mengeluarkan sesuatu..... tidak begitu jelas apa itu, kemudian aku melihat dari dekat, aku kaget sekali! Itu bola mata! Anehnya bola mata itu masih bisa bergerak-gerak, aku menjerit dan seketika juga aku terbangun. Ternyata aku bermimpi buruk.
Hari telah gelap, sepi sekali, rumah pohon itu gelap gulita. Hanya terdengar tetesan sedikit dari arah luar.hujan gerimis turun sedikit, awan tebal meliputi langit, dan akhirnya sebuah guruh yang besar terdengar, hujan lebat pun turun. Guruh hujan terdengar keras sekali, aku tidak bisa melihat apapun di kegelapan pekat itu, angin dingin berhembus dan telah memadamkan sisa bara dari tungku yang tadi dinyalakan kakak.
Aku sangat ketakutan, apalagi aku baru bermimpi buruk, tak ada yang bisa kulakukan di kegelapan pekat itu selain tetap duduk tenang di atas balok itu dan menunggu kakak datang.
Kemudian samar-samar kurasakan sesuatu yang hangat, dekat sekali denganku. Perasaan ini, seperti sedang diamati, seperti yang kurasakan tadi malam. Bulu di sekitar leherku langsung terasa berdiri, aku langsung menoleh ke tempat aku merasa diamati, kosong.
Aku yakin ada seseorang disini, dia tadi berdiri dekat sekali denganku.... persis seperti yang kurasakan tadi malam. Ketika kakak berdiri di sampingku. Sekejap saja aku gemetaran, kemudian kilat menyambar, sesaat rumah pohon itu menjadi terang benderang, dan sesaat itu juga aku melihat sosok seseorang di dinding sana. Berdiri tertegun tak berbuat apapun, belum sempat aku terkejut melihat sosok itu, cahaya petir meredup, ruangan kembali menjadi gelap tapi aku tetap merasa di awasi oleh sosok tadi. Aku tak tahu apa yang bakal diperbuat olehnya. Ataupun dari arah mana dia akan kembali muncul.
Aku ketakutan dan mulai menangis, kemudian di tempat sosok tadi berada berpendar sinar luminasi berwarna kuning, lingkaran, ah!
Sosok tadi ternyata..... kakak! Aku langsung lega dan berlari ke arahnya, dia memelukku hangat, tubuhnya dingin, pasti karena hujan.
“kakak! Aku takut...takut sekali, aku senang kakak datang...” aku mulai terseyum pada kakak, kakakku mukanya tetap datar, tanpa reaksi, namun dia membelai kepalaku, tentu dia juga shock melihatku ketakutan seperti ini. Aku merasa tenang dan aman, kakakku sudah berada di dekatku. Akupun tertidur di pelukannya.
Aku kembali bangun, samar-samar kulihat rumah pohon itu, masih gelap, dan hujan masih turun dengan derasnya di luar, aku tak lagi merasakan tatapan sosok seram tadi, kakak pasti telah mengalahkannya, begitulah pikirku. Kemudian aku pergi ke ruang tengah, dan aneh. Ruangan itu masih gelap, biasanya kakak ada di situ, dengan bantuan perapian dia biasanya mengumpulkan dan menghitung kayu bakar yang dikumpulkannya, tapi ruangan itu kosong, dan gelap.
Aku tahu tadi kakak pulang, itu bukan mimpi, dia ada di rumah pohon ini..... di suatu tempat.
Aku mencarinya kemana-mana dengan bantuan cahaya kilat tapi dia tidak ada...
Ketika akhirnya aku mulai menyerah dan kembali merasa takut, dari pintu keluar masuk aku melihat sinar iluminasi datang mendekat dengan keranjang buah beri dibawa di mulutnya, itu dia kakakku... kenapa dia keluar lagi di tengah hujan begini? Pikirku.
Kemudian dia berhenti berlari mendadak di depan pintu hingga menabrak aku, aku menjerit.
“Eevee?? Eevee?? Oh... kau baik-baik saja?” mata kakakku yang terang bisa melihat di balik gelapnya malam, dia langsung memelukku. Bulunya basah kuyup karena kehujanan.
“Wah... kamu gemetaran... maaf ya, kakak keluar begini lama.”
“ti...tidak apa-apa, kakak kan sudah pulang tadi dan menidurkan aku....” aku tersenyum.
“haha...apa maksudmu anak manis?”
“iya.... tadi kakak pulang, kakak memelukku dan membuatku tertidur...”
Umbreon itu terdiam.
“Ehh.... mungkin kamu bermimpi...? Ini kakak baru pulang kok. Mana mungkin tadi kakak sempat memelukmu?”
Aku kaget, dan kembali berpikir, benar! Bulu kakak yang kupeluk sebelum tertidur tadi.......tidak basah, dingin tapi tidak basah! Dia pasti datang dari dalam rumah dan lagi, dia bukan datang dari arah pintu masuk.
“ka....kakak membuatku takut. Tadi malam juga kan? Kakak berdiri dua kali di dekatku saat aku tidur!”
“Berdiri dua kali?? Apa maksudmu? Tadi malam kakak tetap berada di ruang depan sampai pagi, sama sekali tidak memasuki kamarmu.” Balas kakakku.
Aku pucat, siapa yang tadi malam mengunjungiku di tempat tidur...? dan siapa yang memelukku malam ini...?
Aku baru saja berpikir demikian ketika aku kembali merasakan tatapan dari sosok itu, di pojokan rumah pohon yang gelap.
- - -
Disusun oleh: Abusorugia
Gambar dari: http://abusorugia.deviantart.com
Disusun oleh: Abusorugia
Gambar dari: http://abusorugia.deviantart.com