Hall of Fame: Pidato Ulang Tahun Keenam POIN dan Ulang Tahun Pertama POIN Magz
oleh Bagazkarap
oleh Bagazkarap
Salam sejahtera para POINers,
Di sini saya Bagazkarap akan menyampaikan sebuah pidato singkat tentang perjalanan POIN selama enam tahun kiprahnya di dunia maya. Sebelumnya mari kita panjatkan puji syukur pada Tuhan YME. Karena tanpa izin-Nya tentu POIN tidak akan menjadi seperti yang sekarang ini.
Enam tahun lalu, tepatnya pada tanggal 16 Mei 2008, seseorang dengan ID navilink47 membuat sebuah komunitas di sebuah website bernama Multiply. Komunitas tersebut adalah sebuah komunitas yang bisa dibilang unik. Kalau biasanya orang-orang membuat komunitas seperti komunitas pecinta reptil, pecinta hiking, atau semacamnya, tapi navilink47 justru membuat sebuah komunitas Pokemon, yang kemudian ia beri nama Pokemon Indonesia, atau yang kita lebih kenal sebagai POIN. Ya, Pocket Monster, atau disingkat Pokemon, adalah franchise buatan Satoshi Tajiri, yang saat itu bisa dibilang kurang terkenal di Indonesia. Entah apa yang dipikirkan manusia yang saat ini telah menjadi seorang wartawan di Bontang Pos tersebut, sampai-sampai ia berani mengambil langkah untuk membuat sebuah komunitas pecinta Pokemon. Namun apa yang ia lakukan tidaklah salah, karena berkat dia, mungkin tidak akan pernah ada POIN yang sekarang.
Perjalanan untuk menjadi komunitas pecinta Pokemon terbesar di Indonesia tidaklah mudah bagi POIN. Mulai dari sedikitnya anggota yang bergabung, perselisihan antar anggota, dan masih banyak lagi. Namun kalau ada duka, pasti juga ada senang. Nama-nama seperti Daniel Shedley dan Nightwyvern mulai muncul mewarnai hari-hari POIN. Karena mulai aktifnya para anggota dan kompleksnya masalah yang muncul di POIN, Admin Hunt pun diadakan untuk mencari para pengurus baru POIN. Tahun 2010, POIN League, sebuah turnamen Pokemon kompetitif yang diperkirakan sebagai yang pertama di Indonesia, digelar di POIN dengan menggunakan Shoddy Battle sebagai medianya. Event-event menarik lain juga mulai menyusul, mulai dari POIN OU Circuit, Dragon Wars, POIN League 2-3, Gala Creepy Pasta, dan masih banyak lagi. Anggota-anggotanya pun semakin bertambah. Banyak juga POINers yang bergabung sekitar pada tahun 2010-2011 yang sampai sekarang masih setia pada POIN, seperti Mudcchi, Psychup, Rice2025, dan masih banyak lagi. Saking banyaknya, saat anggota POIN telah melebihi 1000 anggota, dibuatlah Sensus 1000 POINers yang memudahkan para pengurus untuk menyortir para anggotanya. Tidak sedikit juga para POINers yang mengadakan gathering antar POINers di dunia nyata. Sedikit demi sedikit, POIN mulai berkembang, bahkan menjadi komunitas pecinta Pokemon terbesar pada saat itu. Semuanya terasa sangat gemilang untuk POIN. Tidak ada sedikit pun pikiran terlintas kalau pada waktu yang akan datang, kebahagiaan ini akan sirna.
Sebuah pengumuman mencengangkan dilontarkan oleh Stefan Magdalinski, CEO Multiply pada saat itu. Pengumuman tersebut berisi tentang penghapusan fitur blog di Multiply, yang katanya agar Multiply bisa lebih fokus ke tujuan awalnya, yaitu untuk jual-beli online. Dengan adanya penghapusan fitur blog, berarti imbasnya POIN juga akan ikut dihapus. Para pengguna Multiply pun protes. Mereka berdalih kalau kesuksesan Multiply saat ini tidak lepas dari fitur blog yang dimilikinya. Sebuah petisi dibuat dengan harapan Stefan mau mengurungkan niatnya untuk menghapus fitur blog pada awal bulan Desember 2012. Para POINers pun ikut menandatangani petisi tersebut, tidak ingin komunitas kesayangannya dihapus. Sampai pada akhirnya, hari yang ditentukan pun tiba. Banyak yang begadang dan menulis kata-kata terakhirnya di guestbook POIN. Namun apa yang terjadi ternyata sangat tidak terduga. Fitur blog belum dihapus. Semua POINers bersorak gembira. “Kiamat” yang mereka takutkan tidak terjadi. Atau itulah yang mereka harapkan. Karena tiga bulan setelahnya, tanpa ada kabar apa pun, POIN sudah tidak bisa diakses, atau dengan kata lain, dihapus.
Dihapusnya POIN sungguh tidak terduga oleh para POINers. Padahal saat itu POIN sedang membuat sebuah eleksi untuk mencari pemimpin POIN yang baru. Namun apa daya, nasi sudah jadi bubur. Duka yang mendalam diterima oleh para POINers. Ada yang melampiaskan kesedihannya dengan cara menangis, mengumpat Stefan, membuat gambar yang menjelaskan isi hatinya, dan berbagai cara lainnya. Sungguh masa-masa yang sulit untuk para POINers saat itu. Para POINers pun bertanya-tanya tentang akan adanya POIN baru. Navilink47 atau yang biasa sering dipanggil Kak L menyerahkan POIN pada pengurus yang baru. Para pengurus saat itu pun mulai berdiskusi, mencoba merealisasikan ide gila yang dulu pernah mereka bahas, jauh sebelum “kiamat” POIN. Ya, ide gila untuk membanting setir dari sebuah komunitas menjadi sebuah majalah online bulanan, POIN Magz.
Persiapan untuk peluncuran perdana POIN Magz pun mulai dikerjakan. Mulai dari pencarian website sebagai rumah untuk POIN Magz, pencarian anggota redaksi, memilih bab-bab yang akan digarap, dan banyak lagi yang harus dikerjakan. Semuanya hanya untuk menjawab kerinduan para POINers akan POIN. Akhirnya, walaupun mengalami kemunduran penerbitan, setelah kurang lebih 3 bulan persiapan, edisi perdana POIN Magz pun diterbitkan pada tanggal 20 Mei 2013. Dengan ini, POIN Magz diperkirakan menjadi majalah online pertama di Indonesia yang khusus membahas tentang Pokemon.
Bulan demi bulan telah berlalu. Dimulai dari edisi perdananya pada Mei 2013, POIN Magz mulai dikenal oleh para pecinta Pokemon di Indonesia. Event-event lama seperti POIN League, Pokemon of the Year, dan Melodia pun turut mewarnai hari-hari baru POINers. Meskipun ada beberapa kasus di mana ada anggota redaksi yang mengundurkan diri, tapi tidak akan menyulutkan niat kami untuk terus menerbitkan POIN Magz tepat pada waktunya dan dengan isi yang berbobot. Dan walaupun masih belum bisa menyaingi ketenaran POIN di Multiply, tapi untuk kurun waktu hanya satu tahun, pasti ini adalah pencapaian yang luar biasa. Semua ini berkat dukungan para POINers yang setia dengan POIN sampai sekarang ini.
Dan di kesempatan yang berbahagia ini, izinkanlah saya untuk menyampaikan beberapa hal mengenai POIN Magz. Yang pertama, saya ingin meluruskan pendapat bahwa POIN Magz adalah komunitas POIN yang kedua. Pendapat itu salah kaprah. Dari bentuknya saja sudah terlihat jelas. POIN Magz adalah sebuah majalah online bulanan di Indonesia yang membahas tentang Pokemon, sementara POIN adalah sebuah komunitas pecinta Pokemon di Indonesia. Ada pun grup seperti POINers Group hanyalah wadah untuk para pembaca setia POIN Magz dan tempat untuk mengumumkan event-event di POIN Magz. POIN Magz juga tidak akan gengsi untuk menampilkan berita-berita tentang komunitas-komunitas pecinta Pokemon di Indonesia, tanpa terkecuali, dan tentu hanya jika pihak tersebut mau menyepakatinya. Jadi tolong agar para POINers tidak membanding-bandingkan POIN Magz dengan POIN di Multiply. Karena sesungguhnya mereka adalah dua hal yang berbeda. Yang kedua, untuk para redaksian, mungkin pernah terlintas di pikiran kalian kalau apa yang kalian lakukan di POIN Magz ini adalah sia-sia, atau bahkan kalian merasa lelah dan mau mengundurkan diri saja. Saya tidak akan marah. Saya juga tidak akan menyangkal kalau saya sendiri pernah berpikir demikian. Bagaimana tidak? Segiat apapun saya bekerja untuk POIN Magz, saya tidak akan dibayar sepeser pun. Namun ketahuilah, pasti ada banyak mereka di sana yang menunggu tulisan kalian, karya kalian, kerja keras kalian. Dan ketahuilah, komentar kepuasan para pembaca adalah hal yang sangat menyenangkan untuk dilihat.
Akhir kata, saya ingin mengucapkan selamat untuk ulang tahun keenam POIN dan ulang tahun pertama untuk POIN Magz. Semoga dengan bertambahnya usia ini, POIN Magz bisa menjadi lebih baik lagi, dan kebersamaan para POINers bisa lebih menjadi lebih dekat lagi. Terima kasih juga untuk dukungannya selama ini. Karena sesungguhnya tanpa ada POINers, tidak akan ada POIN.
Di sini Bagazkarap, ciao.
Di sini saya Bagazkarap akan menyampaikan sebuah pidato singkat tentang perjalanan POIN selama enam tahun kiprahnya di dunia maya. Sebelumnya mari kita panjatkan puji syukur pada Tuhan YME. Karena tanpa izin-Nya tentu POIN tidak akan menjadi seperti yang sekarang ini.
Enam tahun lalu, tepatnya pada tanggal 16 Mei 2008, seseorang dengan ID navilink47 membuat sebuah komunitas di sebuah website bernama Multiply. Komunitas tersebut adalah sebuah komunitas yang bisa dibilang unik. Kalau biasanya orang-orang membuat komunitas seperti komunitas pecinta reptil, pecinta hiking, atau semacamnya, tapi navilink47 justru membuat sebuah komunitas Pokemon, yang kemudian ia beri nama Pokemon Indonesia, atau yang kita lebih kenal sebagai POIN. Ya, Pocket Monster, atau disingkat Pokemon, adalah franchise buatan Satoshi Tajiri, yang saat itu bisa dibilang kurang terkenal di Indonesia. Entah apa yang dipikirkan manusia yang saat ini telah menjadi seorang wartawan di Bontang Pos tersebut, sampai-sampai ia berani mengambil langkah untuk membuat sebuah komunitas pecinta Pokemon. Namun apa yang ia lakukan tidaklah salah, karena berkat dia, mungkin tidak akan pernah ada POIN yang sekarang.
Perjalanan untuk menjadi komunitas pecinta Pokemon terbesar di Indonesia tidaklah mudah bagi POIN. Mulai dari sedikitnya anggota yang bergabung, perselisihan antar anggota, dan masih banyak lagi. Namun kalau ada duka, pasti juga ada senang. Nama-nama seperti Daniel Shedley dan Nightwyvern mulai muncul mewarnai hari-hari POIN. Karena mulai aktifnya para anggota dan kompleksnya masalah yang muncul di POIN, Admin Hunt pun diadakan untuk mencari para pengurus baru POIN. Tahun 2010, POIN League, sebuah turnamen Pokemon kompetitif yang diperkirakan sebagai yang pertama di Indonesia, digelar di POIN dengan menggunakan Shoddy Battle sebagai medianya. Event-event menarik lain juga mulai menyusul, mulai dari POIN OU Circuit, Dragon Wars, POIN League 2-3, Gala Creepy Pasta, dan masih banyak lagi. Anggota-anggotanya pun semakin bertambah. Banyak juga POINers yang bergabung sekitar pada tahun 2010-2011 yang sampai sekarang masih setia pada POIN, seperti Mudcchi, Psychup, Rice2025, dan masih banyak lagi. Saking banyaknya, saat anggota POIN telah melebihi 1000 anggota, dibuatlah Sensus 1000 POINers yang memudahkan para pengurus untuk menyortir para anggotanya. Tidak sedikit juga para POINers yang mengadakan gathering antar POINers di dunia nyata. Sedikit demi sedikit, POIN mulai berkembang, bahkan menjadi komunitas pecinta Pokemon terbesar pada saat itu. Semuanya terasa sangat gemilang untuk POIN. Tidak ada sedikit pun pikiran terlintas kalau pada waktu yang akan datang, kebahagiaan ini akan sirna.
Sebuah pengumuman mencengangkan dilontarkan oleh Stefan Magdalinski, CEO Multiply pada saat itu. Pengumuman tersebut berisi tentang penghapusan fitur blog di Multiply, yang katanya agar Multiply bisa lebih fokus ke tujuan awalnya, yaitu untuk jual-beli online. Dengan adanya penghapusan fitur blog, berarti imbasnya POIN juga akan ikut dihapus. Para pengguna Multiply pun protes. Mereka berdalih kalau kesuksesan Multiply saat ini tidak lepas dari fitur blog yang dimilikinya. Sebuah petisi dibuat dengan harapan Stefan mau mengurungkan niatnya untuk menghapus fitur blog pada awal bulan Desember 2012. Para POINers pun ikut menandatangani petisi tersebut, tidak ingin komunitas kesayangannya dihapus. Sampai pada akhirnya, hari yang ditentukan pun tiba. Banyak yang begadang dan menulis kata-kata terakhirnya di guestbook POIN. Namun apa yang terjadi ternyata sangat tidak terduga. Fitur blog belum dihapus. Semua POINers bersorak gembira. “Kiamat” yang mereka takutkan tidak terjadi. Atau itulah yang mereka harapkan. Karena tiga bulan setelahnya, tanpa ada kabar apa pun, POIN sudah tidak bisa diakses, atau dengan kata lain, dihapus.
Dihapusnya POIN sungguh tidak terduga oleh para POINers. Padahal saat itu POIN sedang membuat sebuah eleksi untuk mencari pemimpin POIN yang baru. Namun apa daya, nasi sudah jadi bubur. Duka yang mendalam diterima oleh para POINers. Ada yang melampiaskan kesedihannya dengan cara menangis, mengumpat Stefan, membuat gambar yang menjelaskan isi hatinya, dan berbagai cara lainnya. Sungguh masa-masa yang sulit untuk para POINers saat itu. Para POINers pun bertanya-tanya tentang akan adanya POIN baru. Navilink47 atau yang biasa sering dipanggil Kak L menyerahkan POIN pada pengurus yang baru. Para pengurus saat itu pun mulai berdiskusi, mencoba merealisasikan ide gila yang dulu pernah mereka bahas, jauh sebelum “kiamat” POIN. Ya, ide gila untuk membanting setir dari sebuah komunitas menjadi sebuah majalah online bulanan, POIN Magz.
Persiapan untuk peluncuran perdana POIN Magz pun mulai dikerjakan. Mulai dari pencarian website sebagai rumah untuk POIN Magz, pencarian anggota redaksi, memilih bab-bab yang akan digarap, dan banyak lagi yang harus dikerjakan. Semuanya hanya untuk menjawab kerinduan para POINers akan POIN. Akhirnya, walaupun mengalami kemunduran penerbitan, setelah kurang lebih 3 bulan persiapan, edisi perdana POIN Magz pun diterbitkan pada tanggal 20 Mei 2013. Dengan ini, POIN Magz diperkirakan menjadi majalah online pertama di Indonesia yang khusus membahas tentang Pokemon.
Bulan demi bulan telah berlalu. Dimulai dari edisi perdananya pada Mei 2013, POIN Magz mulai dikenal oleh para pecinta Pokemon di Indonesia. Event-event lama seperti POIN League, Pokemon of the Year, dan Melodia pun turut mewarnai hari-hari baru POINers. Meskipun ada beberapa kasus di mana ada anggota redaksi yang mengundurkan diri, tapi tidak akan menyulutkan niat kami untuk terus menerbitkan POIN Magz tepat pada waktunya dan dengan isi yang berbobot. Dan walaupun masih belum bisa menyaingi ketenaran POIN di Multiply, tapi untuk kurun waktu hanya satu tahun, pasti ini adalah pencapaian yang luar biasa. Semua ini berkat dukungan para POINers yang setia dengan POIN sampai sekarang ini.
Dan di kesempatan yang berbahagia ini, izinkanlah saya untuk menyampaikan beberapa hal mengenai POIN Magz. Yang pertama, saya ingin meluruskan pendapat bahwa POIN Magz adalah komunitas POIN yang kedua. Pendapat itu salah kaprah. Dari bentuknya saja sudah terlihat jelas. POIN Magz adalah sebuah majalah online bulanan di Indonesia yang membahas tentang Pokemon, sementara POIN adalah sebuah komunitas pecinta Pokemon di Indonesia. Ada pun grup seperti POINers Group hanyalah wadah untuk para pembaca setia POIN Magz dan tempat untuk mengumumkan event-event di POIN Magz. POIN Magz juga tidak akan gengsi untuk menampilkan berita-berita tentang komunitas-komunitas pecinta Pokemon di Indonesia, tanpa terkecuali, dan tentu hanya jika pihak tersebut mau menyepakatinya. Jadi tolong agar para POINers tidak membanding-bandingkan POIN Magz dengan POIN di Multiply. Karena sesungguhnya mereka adalah dua hal yang berbeda. Yang kedua, untuk para redaksian, mungkin pernah terlintas di pikiran kalian kalau apa yang kalian lakukan di POIN Magz ini adalah sia-sia, atau bahkan kalian merasa lelah dan mau mengundurkan diri saja. Saya tidak akan marah. Saya juga tidak akan menyangkal kalau saya sendiri pernah berpikir demikian. Bagaimana tidak? Segiat apapun saya bekerja untuk POIN Magz, saya tidak akan dibayar sepeser pun. Namun ketahuilah, pasti ada banyak mereka di sana yang menunggu tulisan kalian, karya kalian, kerja keras kalian. Dan ketahuilah, komentar kepuasan para pembaca adalah hal yang sangat menyenangkan untuk dilihat.
Akhir kata, saya ingin mengucapkan selamat untuk ulang tahun keenam POIN dan ulang tahun pertama untuk POIN Magz. Semoga dengan bertambahnya usia ini, POIN Magz bisa menjadi lebih baik lagi, dan kebersamaan para POINers bisa lebih menjadi lebih dekat lagi. Terima kasih juga untuk dukungannya selama ini. Karena sesungguhnya tanpa ada POINers, tidak akan ada POIN.
Di sini Bagazkarap, ciao.
‘Abu’ POIN dalam Sentuhan Majalah
Catatan L Maulana
-Pembina dan Penasihat POIN-
Catatan L Maulana
-Pembina dan Penasihat POIN-
Apa kabar.
Tak terasa POIN Magz, majalah online Pokemon pertama di Indonesia memasuki usia satu tahun. Sepertinya baru kemarin saja para POINers berkumpul dan memutuskan membangun kembali POIN setelah dihantam kiamat, Maret 2013. Mereka memutuskan untuk menghidupkan kembali ‘abu’, yang kemudian lahir kembali dalam bentuk baru, majalah online dengan nama POIN Magz.
Saya ingat, konsep majalah ini pernah terpikirkan saat isu kiamat santer mendera POIN. Saya membayangkan bagaimana bila POIN yang awalnya sebuah komunitas, lantas berganti bentuk menjadi sebuah majalah, online. Saya utarakan ide ini, namun sebenarnya ini hanya ide iseng. Yang kemudian, ditanggapi dalam wujud visual melalui gambar cover majalah POIN Magz buatan POINers bernama Rikukawazu. Tapi sebenarnya hanya sampai di situ. Hanya sampai di situ ide majalah ini. Walaupun ide ini kemudian menjadi obrolan di kalangan para POINers.
Rupanya, kecintaan akan komunitas POIN membuat banyak POINers tak rela bila riwayat POIN tamat begitu saja. Mereka ingin melanjutkan POIN, walaupun saya sendiri tak ada niat melanjutkannya. Karena bagi saya POIN ada di situs Multiply, dan selamanya akan ada situ. Saya lantas memberi kebebasan pada para POINers bila mereka ingin melanjutkan riwayat POIN. Khususnya pada dua calon pemimpin POIN, yang belum sempat saya lantik karena POIN keburu kiamat.
Kemudian, dua bulan kemudian, tepatnya 20 Mei 2013, ‘abu’ itu bangkit. POIN muncul kembali dalam bentuk baru, POIN Magz, di bawah kepemimpinan duet Bagazkarap dan Dilgornar, dibantu Nightwyvern, Psychup, Affifz, Rikukawazu, dan kru redaksi lainnya. Mereka bertekad untuk menghidupkan lagi POIN dalam bentuk baru, majalah online sebagaimana ide yang dulu pernah saya utarakan. Hasilnya sangat menarik, ide majalah itu menjadi nyata dan tak mengecewakan.
Saya ingat cover edisi pertamanya waktu itu menampilkan gambar para POINers dengan bayangan Navilink, sang pendiri POIN yang berbalik badan. Saya ingat pula headline majalah waktu itu tentang Pokemon X dan Pokemon Y yang sedang hangat-hangatnya. Materi-materinya pun menarik, walaupun sebagian besar masih berupa materi-materi lama yang sempat dikumpulkan Bagazkarap dan Mudcchi sebelum POIN kiamat.
Sebagai pendiri POIN, sebenarnya banyak yang menginginkan saya ikut terlibat dalam proses pembuatan majalah. Tapi saya sudah putuskan, saya sudah berhenti mengurus POIN dan kepemimpinan POIN di bawah duet pemimpin baru. Meski begitu, saya tahu sebagai wujud baru POIN, para POINers dalam redaksi POIN Magz masih membutuhkan pendampingan agar tampilan POIN Magz tak melenceng dari esensi POIN itu sendiri. Karenanya, meski tak lagi mengurus POIN, saya tetap mengawasi pekerjaan redaksi POIN Magz sebagai pembina sekaligus penasihat.
Sebagai pembina, saya tidak akan ikut campur dalam proses pembuatan majalah. Semuanya saya serahkan kepada pemimpin dan redaksi POIN Magz, yang diisi tenaga-tenaga muda. Saya hanya member nasihat, saran, dan masukan. Selebihnya, biarkan kru redaksi yang bekerja. Saya percaya dan yakin, di bawah tangan-tangan muda tersebut, POIN Magz bakal menjadi majalah yang menarik. Bagi saya, biarkan mereka yang muda yang berkreasi. Karena pastinya ide-ide mereka akan lebih segar, lebih kreatif, lebih menarik bila dibandingkan ide seorang Navilink. Buktinya, mereka bisa.
Memang, sebagai suatu wujud baru atau bahasa kerennya ‘reinkarnasi’, POIN Magz tidak akan bisa menyamai bentuk awalnya, POIN Multiply. Dari beberapa surat pembaca yang masuk, beberapa menyebut POIN Magz kalah menarik dibandingkan POIN Multiply. Misalnya dalam penggunaan tata bahasa, atau dari segi warna-warni materi dan kreativitas. Bagi saya anggapan seperti ini wajar.
Sebagai majalah baru, tentu masih banyak kekurangan dimiliki POIN Magz. Apalagi bentuknya yang berupa majalah bulanan, adalah bentuk yang belum pernah ditemui penggemar Pokemon di Indonesia sebelumnya. Karenanya, butuh waktu bagi POIN Magz untuk bisa menemukan iramanya. Butuh waktu bagi majalah ini untuk bisa menemukan karakternya. Dan di sinilah peran kru redaksi untuk terus memikirkan inovasi-inovasi terbaru untuk ditampilkan kepada pembaca. Sebagaimana POIN Multiply yang dikenal sarat berbagai inovasi.
Tapi bukan hanya kru redaksi yang memiliki peran dalam perkembangan POIN Magz. Para pembaca pun punya peran yang sama. Seorang artis takkan ada apa-apanya tanpa adanya penggemar. Pun dengan majalah, takkan berarti apa-apa tanpa adanya pembaca. Di sini, pembacalah yang menilai apakah majalah POIN Magz yang ‘dijual’ kru redaksi ini menarik, bagus, atau jelek. Dari penilaian tersebut, tentunya redaksi bakal terus memperbaiki, sehingga keinginan para pembaca POIN Magz, khususnya para POINers dapat terjawab.
Karenanya, saran dan kritik dari pembaca setia POIN Magz sangat dinantikan redaksi. Entah itu saran yang lembut ataupun kritik yang tajam sekalipun, bakal ditampung dengan legowo oleh kru redaksi. Semuanya akan jadi bahan pertimbangan untuk memutuskan langkah yang perbaikan yang perlu dilakukan. Demi menerbitkan majalah POIN yang sesuai keinginan pembaca, majalah Pokemon dengan cita rasa POIN.
Tentunya, saya berharap POIN Magz dapat terus terbit di bulan-bulan mendatang. Terus menyajikan informasi tentang Pokemon terbaru. Mulai dari berita, petunjuk permainan, ulasan anime, dan lain sebagainya. Karenanya, saya meminta semua kru redaksi dapat terus menjaga kekompakan, dan terus berinovasi, berkreasi, senantiasa mengembangkan ide-ide baru. Saya percaya kalian bisa, karena POIN Magz adalah bukti, bahwa sebuah ide dapat menjadi nyata. Selamat ulang tahun, maju terus POIN Magz dan kembangkan sayap lebih lebar lagi." (nav)
Tak terasa POIN Magz, majalah online Pokemon pertama di Indonesia memasuki usia satu tahun. Sepertinya baru kemarin saja para POINers berkumpul dan memutuskan membangun kembali POIN setelah dihantam kiamat, Maret 2013. Mereka memutuskan untuk menghidupkan kembali ‘abu’, yang kemudian lahir kembali dalam bentuk baru, majalah online dengan nama POIN Magz.
Saya ingat, konsep majalah ini pernah terpikirkan saat isu kiamat santer mendera POIN. Saya membayangkan bagaimana bila POIN yang awalnya sebuah komunitas, lantas berganti bentuk menjadi sebuah majalah, online. Saya utarakan ide ini, namun sebenarnya ini hanya ide iseng. Yang kemudian, ditanggapi dalam wujud visual melalui gambar cover majalah POIN Magz buatan POINers bernama Rikukawazu. Tapi sebenarnya hanya sampai di situ. Hanya sampai di situ ide majalah ini. Walaupun ide ini kemudian menjadi obrolan di kalangan para POINers.
Rupanya, kecintaan akan komunitas POIN membuat banyak POINers tak rela bila riwayat POIN tamat begitu saja. Mereka ingin melanjutkan POIN, walaupun saya sendiri tak ada niat melanjutkannya. Karena bagi saya POIN ada di situs Multiply, dan selamanya akan ada situ. Saya lantas memberi kebebasan pada para POINers bila mereka ingin melanjutkan riwayat POIN. Khususnya pada dua calon pemimpin POIN, yang belum sempat saya lantik karena POIN keburu kiamat.
Kemudian, dua bulan kemudian, tepatnya 20 Mei 2013, ‘abu’ itu bangkit. POIN muncul kembali dalam bentuk baru, POIN Magz, di bawah kepemimpinan duet Bagazkarap dan Dilgornar, dibantu Nightwyvern, Psychup, Affifz, Rikukawazu, dan kru redaksi lainnya. Mereka bertekad untuk menghidupkan lagi POIN dalam bentuk baru, majalah online sebagaimana ide yang dulu pernah saya utarakan. Hasilnya sangat menarik, ide majalah itu menjadi nyata dan tak mengecewakan.
Saya ingat cover edisi pertamanya waktu itu menampilkan gambar para POINers dengan bayangan Navilink, sang pendiri POIN yang berbalik badan. Saya ingat pula headline majalah waktu itu tentang Pokemon X dan Pokemon Y yang sedang hangat-hangatnya. Materi-materinya pun menarik, walaupun sebagian besar masih berupa materi-materi lama yang sempat dikumpulkan Bagazkarap dan Mudcchi sebelum POIN kiamat.
Sebagai pendiri POIN, sebenarnya banyak yang menginginkan saya ikut terlibat dalam proses pembuatan majalah. Tapi saya sudah putuskan, saya sudah berhenti mengurus POIN dan kepemimpinan POIN di bawah duet pemimpin baru. Meski begitu, saya tahu sebagai wujud baru POIN, para POINers dalam redaksi POIN Magz masih membutuhkan pendampingan agar tampilan POIN Magz tak melenceng dari esensi POIN itu sendiri. Karenanya, meski tak lagi mengurus POIN, saya tetap mengawasi pekerjaan redaksi POIN Magz sebagai pembina sekaligus penasihat.
Sebagai pembina, saya tidak akan ikut campur dalam proses pembuatan majalah. Semuanya saya serahkan kepada pemimpin dan redaksi POIN Magz, yang diisi tenaga-tenaga muda. Saya hanya member nasihat, saran, dan masukan. Selebihnya, biarkan kru redaksi yang bekerja. Saya percaya dan yakin, di bawah tangan-tangan muda tersebut, POIN Magz bakal menjadi majalah yang menarik. Bagi saya, biarkan mereka yang muda yang berkreasi. Karena pastinya ide-ide mereka akan lebih segar, lebih kreatif, lebih menarik bila dibandingkan ide seorang Navilink. Buktinya, mereka bisa.
Memang, sebagai suatu wujud baru atau bahasa kerennya ‘reinkarnasi’, POIN Magz tidak akan bisa menyamai bentuk awalnya, POIN Multiply. Dari beberapa surat pembaca yang masuk, beberapa menyebut POIN Magz kalah menarik dibandingkan POIN Multiply. Misalnya dalam penggunaan tata bahasa, atau dari segi warna-warni materi dan kreativitas. Bagi saya anggapan seperti ini wajar.
Sebagai majalah baru, tentu masih banyak kekurangan dimiliki POIN Magz. Apalagi bentuknya yang berupa majalah bulanan, adalah bentuk yang belum pernah ditemui penggemar Pokemon di Indonesia sebelumnya. Karenanya, butuh waktu bagi POIN Magz untuk bisa menemukan iramanya. Butuh waktu bagi majalah ini untuk bisa menemukan karakternya. Dan di sinilah peran kru redaksi untuk terus memikirkan inovasi-inovasi terbaru untuk ditampilkan kepada pembaca. Sebagaimana POIN Multiply yang dikenal sarat berbagai inovasi.
Tapi bukan hanya kru redaksi yang memiliki peran dalam perkembangan POIN Magz. Para pembaca pun punya peran yang sama. Seorang artis takkan ada apa-apanya tanpa adanya penggemar. Pun dengan majalah, takkan berarti apa-apa tanpa adanya pembaca. Di sini, pembacalah yang menilai apakah majalah POIN Magz yang ‘dijual’ kru redaksi ini menarik, bagus, atau jelek. Dari penilaian tersebut, tentunya redaksi bakal terus memperbaiki, sehingga keinginan para pembaca POIN Magz, khususnya para POINers dapat terjawab.
Karenanya, saran dan kritik dari pembaca setia POIN Magz sangat dinantikan redaksi. Entah itu saran yang lembut ataupun kritik yang tajam sekalipun, bakal ditampung dengan legowo oleh kru redaksi. Semuanya akan jadi bahan pertimbangan untuk memutuskan langkah yang perbaikan yang perlu dilakukan. Demi menerbitkan majalah POIN yang sesuai keinginan pembaca, majalah Pokemon dengan cita rasa POIN.
Tentunya, saya berharap POIN Magz dapat terus terbit di bulan-bulan mendatang. Terus menyajikan informasi tentang Pokemon terbaru. Mulai dari berita, petunjuk permainan, ulasan anime, dan lain sebagainya. Karenanya, saya meminta semua kru redaksi dapat terus menjaga kekompakan, dan terus berinovasi, berkreasi, senantiasa mengembangkan ide-ide baru. Saya percaya kalian bisa, karena POIN Magz adalah bukti, bahwa sebuah ide dapat menjadi nyata. Selamat ulang tahun, maju terus POIN Magz dan kembangkan sayap lebih lebar lagi." (nav)
Hall of Fame, Ulang tahun keenam POIN.
Sebuah cerita, sekaligus pesan dari Nightwyvern.
Sebuah cerita, sekaligus pesan dari Nightwyvern.
Assalamualaikum wr wb.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Mungkin sebagian besar dari pembaca tidak mengenali siapa saya. Tidak apa-apa, saya akan memperkenalkan diri sebelum masuk ke isi surat ini. Nama saya adalah Nightwyvern, tentu saja ini hanya nama yang saya pergunakan di dunia maya. Saya adalah pengurus POIN sejak 2009 atau 2010 (Saya lupa tepatnya tahun berapa), dan Alhamdulillah, sampai sekarang masih bisa mengurus POIN yang saya cintai.
Saya bergabung dengan POIN di pertengahan tahun 2009, karena pada saat itu POIN adalah satu-satunya komunitas Pokemon berbahasa Indonesia yang masuk dalam kategori menarik. Saya masih ingat saat itu member POIN sekitar 63 atau 64. Sangat berbeda jauh dari jumlah member saat POIN kiamat, yaitu lebih dari 7000 member.
Tidak terasa memang bertahun-tahun telah saya lewati. Tidak sedikit saya melihat mereka yang datang dan pergi, mereka yang kekanak-kanakan menjadi lebih dewasa, mereka yang berteman lalu berselisih, mereka yang berselisih lalu berteman, mereka yang pemalu menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi macam-macam orang yang saya saya sudah temui.
POIN saat itu seperti surga bagi para pecinta Pokemon di Indonesia. Namun, disaat-saat keemasan POIN itulah, POIN menerima sebuah berita buruk. Ya, penutupan Multiply oleh Stevan, sang CEO. Bisakah anda bayangkan bagaimana perasaan anda ketika mengurus sesuatu sejak lama, merawatnya, mengarahkan ke jalan yang lebih baik, berkembang menjadi sesuatu yang popular, lalu kandas karena sesuatu yang diluar kendali anda? Sedih? Marah? Kesal? Atau lebih parah dari itu?
Kiamat terjadi pada awal tahun 2013, sedikit terlambat dari yang dijadwalkan CEO Multiply. Jelas, kami yang awalnya mengira bahwa Multiply tidak jadi kiamat merasa down karena harapan palsu tersebut. Rasa kecewa, sedih, marah, dan kesal saya saat itu tidak bisa direlakan. Namun, Navilink atau akrab disebut dengan Kak L, datang membawa sebuah ide yang sebenarnya pernah kita bicarakan sebelumnya, yaitu “Majalah POIN”.
Diluar perkiraan saya, ternyata pembaca majalah kami lebih banyak dibanding yang saya perkirakan. Ini membuat saya lebih bersemangat dan percaya bahwa majalah yang dicetuskan oleh Kak L ini bukan sembarang ide, ini adalah ide yang brilian. Tentu saja ini memacu semangat kami untuk bergerak maju dan berkembang ke depannya.
Walau dengan sedikit ragu karena takut tidak akan se sukses POIN Multiply sebelumnya, saya tetap ikut menjalankan majalah ini bersama beberapa pengurus POIN sebelumnya. Mulai dari pencari anggota redaksi, mencari struktur dan penjadwalan yang tepat, serta membangun teamwork redaksi, kami melakukannya dengan cukup lancar. Yang akhirnya membawa kami, POIN Magz, di sini, di ulang tahun pertama kami.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Kak L, Bagazkarap, Afifz, Daniel, Alvin, dan Kudul karena sudah membawa POIN sampai ke titik ini. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada anggota redaksi, baik yang masih bekerja di redaksi, maupun pernah bekerja di redaksi, bagi kalian yang pernah berkontribusi ke majalah kami, dan membaca edisi-edisi yang kami keluarkan setiap bulannya, saya ucapkan terima kasih.
Akhir kata, saya berharap POIN Magz bisa semakin berkembang menjadi lebih baik, di tahun-tahun berikutnya, dan di Hall of Fame berikutnya. Sebelum saya tutup, saya mohon maaf jika ada salah kata dalam tulisan ini.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Mungkin sebagian besar dari pembaca tidak mengenali siapa saya. Tidak apa-apa, saya akan memperkenalkan diri sebelum masuk ke isi surat ini. Nama saya adalah Nightwyvern, tentu saja ini hanya nama yang saya pergunakan di dunia maya. Saya adalah pengurus POIN sejak 2009 atau 2010 (Saya lupa tepatnya tahun berapa), dan Alhamdulillah, sampai sekarang masih bisa mengurus POIN yang saya cintai.
Saya bergabung dengan POIN di pertengahan tahun 2009, karena pada saat itu POIN adalah satu-satunya komunitas Pokemon berbahasa Indonesia yang masuk dalam kategori menarik. Saya masih ingat saat itu member POIN sekitar 63 atau 64. Sangat berbeda jauh dari jumlah member saat POIN kiamat, yaitu lebih dari 7000 member.
Tidak terasa memang bertahun-tahun telah saya lewati. Tidak sedikit saya melihat mereka yang datang dan pergi, mereka yang kekanak-kanakan menjadi lebih dewasa, mereka yang berteman lalu berselisih, mereka yang berselisih lalu berteman, mereka yang pemalu menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi macam-macam orang yang saya saya sudah temui.
POIN saat itu seperti surga bagi para pecinta Pokemon di Indonesia. Namun, disaat-saat keemasan POIN itulah, POIN menerima sebuah berita buruk. Ya, penutupan Multiply oleh Stevan, sang CEO. Bisakah anda bayangkan bagaimana perasaan anda ketika mengurus sesuatu sejak lama, merawatnya, mengarahkan ke jalan yang lebih baik, berkembang menjadi sesuatu yang popular, lalu kandas karena sesuatu yang diluar kendali anda? Sedih? Marah? Kesal? Atau lebih parah dari itu?
Kiamat terjadi pada awal tahun 2013, sedikit terlambat dari yang dijadwalkan CEO Multiply. Jelas, kami yang awalnya mengira bahwa Multiply tidak jadi kiamat merasa down karena harapan palsu tersebut. Rasa kecewa, sedih, marah, dan kesal saya saat itu tidak bisa direlakan. Namun, Navilink atau akrab disebut dengan Kak L, datang membawa sebuah ide yang sebenarnya pernah kita bicarakan sebelumnya, yaitu “Majalah POIN”.
Diluar perkiraan saya, ternyata pembaca majalah kami lebih banyak dibanding yang saya perkirakan. Ini membuat saya lebih bersemangat dan percaya bahwa majalah yang dicetuskan oleh Kak L ini bukan sembarang ide, ini adalah ide yang brilian. Tentu saja ini memacu semangat kami untuk bergerak maju dan berkembang ke depannya.
Walau dengan sedikit ragu karena takut tidak akan se sukses POIN Multiply sebelumnya, saya tetap ikut menjalankan majalah ini bersama beberapa pengurus POIN sebelumnya. Mulai dari pencari anggota redaksi, mencari struktur dan penjadwalan yang tepat, serta membangun teamwork redaksi, kami melakukannya dengan cukup lancar. Yang akhirnya membawa kami, POIN Magz, di sini, di ulang tahun pertama kami.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Kak L, Bagazkarap, Afifz, Daniel, Alvin, dan Kudul karena sudah membawa POIN sampai ke titik ini. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada anggota redaksi, baik yang masih bekerja di redaksi, maupun pernah bekerja di redaksi, bagi kalian yang pernah berkontribusi ke majalah kami, dan membaca edisi-edisi yang kami keluarkan setiap bulannya, saya ucapkan terima kasih.
Akhir kata, saya berharap POIN Magz bisa semakin berkembang menjadi lebih baik, di tahun-tahun berikutnya, dan di Hall of Fame berikutnya. Sebelum saya tutup, saya mohon maaf jika ada salah kata dalam tulisan ini.
Sebuah tulisan seorang manusia biasa
Dipersembahkan untuk ulang tahun keenam POIN serta ulang tahun pertama POIN Magz.
Dipersembahkan untuk ulang tahun keenam POIN serta ulang tahun pertama POIN Magz.
“ Iseng-iseng aku ke komputer. "Hm... Iseng ah~ Ada ga ya, Pokemon Indonesia?"
--Alasan simpel dan ga jelas mengapa makhluk dengan panggilan Dildul Kudul bisa mendarat di dataran POIN--
_ _ _ _ _ _
Haihalo Halohai semuanya~
Pertama – tama, mari kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izinnya POIN Magz dapat terus terbit secara rutin dan telah mencapai umur 1 tahun pada tanggal 20 Mei 2014 ini. Serta selamat ulang tahun kepada Pokemon Indonesia di Multiply yang keenam karena tanpanya redaksi dan pembaca sekalian mungkin saja tidak akan pernah bertemu.
Sebelum itu, perkenalkan, nama saya Dilgolnar atau dipanggil Dildul Kudul oleh kebanyakan orang. Dalam POIN Magz, saya bertugas sebagai salah satu pengurus inti dan penulis artikel Seru – Seruan serta Kreasi POINers. Pada kesempatan ini, saya mendapat kehormatan untuk berpidato mengenai perjalanan POIN dan POIN Magz.
Well let’s see...
Saya bergabung dengan Pokemon Indonesia di Multiply pada tanggal 27 Agustus 2011 setelah sebelumnya hanya sekedar melihat artikel – artikel Pokemon Indonesia yang muncul di search engine Google. Kedatangan saya sebagai seorang silent reader diawali karena setelah begitu lama tidak bermain maupun menyentuh Pokemon, iseng – iseng pada Minggu pagi mensearch kata “Pokemon Indonesia”. Dulu, Pokemon Indonesia yang berbasis Multiply berada di urutan nomor 1 hingga tentu naluri saya langsung tertarik dan membuka link tersebut. Mengingat, dulu saya sudah memiliki akun Multiply dengan nama Dilgolnar meskipun benar – benar tidak terurus lagi. Saya berhenti menjadi seorang silent reader karena peraturan “Anda harus menjadi member terlebih dahulu untuk membaca ini.” yang ditetapkan oleh pengurus POIN saat itu. Tapi sejujurnya, karena sifat saya yang sebenarnya agak tertutup, saya baru mengisi Sensus dan ikut terjun meramaikan POIN sekitar bulan September. Bahkan saya sempat dikira laki – laki entah mungkin karena usernamenya atau gaya bicara yang mungkin agak kaku waktu itu.
Kalau dipikir, umur saya berada di POIN tidak selama Bagazkarap, Nightwyvern, Psychup, Mudcchi, maupun yang lainnya. Jadi bisa dibilang, saya termasuk salah satu member termuda yang ikut berkecimpung dengan dunia POIN hingga sekarang. Tapi yang membuat saya senang dari POIN adalah, mereka tidak membeda – bedakan atau seakan membuat kasta senior > junior. Sehingga mudah untuk ikut berbincang dan bercanda bersama mereka. Selama kita bersikap sopan dan tidak keterlaluan, seakan kita selalu disapa oleh senyuman hangat dan canda tawa yang riang oleh setiap member.
Kontribusi saya sebagai member dulu sebatas hanya ikut berkomentar di postingan maupun Guest Book, ikut dalam event menggambar (karena kebetulan, saat itu sedang ramai Fakemon dan Gijinka), membuat beberapa artikel seperti Seru – seruan, lirik lagu, dan 1 POIN News. Jujur, dibading sekarang, dulu rasanya untuk memposting tulisan karya kalian lebih menegangkan. Banyak hal yang terpikirkan, seperti reaksi member lain bagaimana, sering dibaca atau tidak, informasi dan ketikannya betul tidak, dan lain sebagainya. Tapi Alhamdulillah, semuanya mendapat respon baik. Lama kelamaan, saya mengikuti berbagai kompetisi seperti Festival Gijinka, POIN League 3, serta Melodia Poinesia. Benar – benar kenangan yang tak dapat dilupakan.
“Haah, ciyus loh?!”, mungkin itulah kalimat yang dapat mengibaratkan POIN saat menghadapi berita hangat dari CEO baru Multiply, Stevan Magdalinski, yang hendak menutup fitur blogging POIN dan fokus dengan Online Shop. Itu berarti ‘kematian’ bagi POIN. Berbagai perasaan tercampur aduk dalam benak saya dan tentu POINers lainnya saat itu. Marah, kesal, sedih, bingung, kok bisa ada hal yang tak dapat kami selesaikan. Mengingat tentu ada perselisihan yang terjadi dalam POIN pada masa itu tapi dapat terselesaikan. Sedangkan ini? Boro – boro demo, petisi yang ditandatangani oleh beribu – ribu orang untuk mengubah pikiran Stevan tak digubris bahkan seorang member dengan username Frontmission sempat datang langsung ke kantor Multiply di Jakarta.
Rencana fitur blog Multiply yang akan dihapus pada akhir bulan Desember 2012 ternyata masih bisa diakses! Tentu hampir semua POINers merayakan hal ini, meskipun tentu ada beberapa orang yang was was. Pada saat itu, Navilink47 yang dipanggil Kak L oleh seantero POIN mengumumkan adanya bentuk kepengurusan POIN yang baru serta dibukanya lowongan Perdana Menteri POIN. Saat itu beberapa member POIN ikut mendaftar tapi pada pengumuman berikutnya, kandidat yang terpilih menjadi PM POIN adalah saya dan Bagazkarap. ‘Pertarungan’ seru antara kami berdua melalui karya tulis kami untuk POIN terpaksa berhenti karena pada bulan Maret 2013, fitur blogging Multiply sudah tidak ada atau berarti POIN sudah tidak dapat diakses lagi. Pada saat kritis ini, POINers yang sudah memiliki hubungan di media sosial lainnya masih dapat berkumpul bersama tapi tentu ada POINers yang lost contact, hilang, berpisah dan tersebar kemana – mana, mengingat dulu member POIN sudah mencapai 7000 lebih. Angka yang sangat wow, bukan?
Maret 2013 juga bulan di mana kami mencari cara untuk membangkitkan POIN. Tapi sesuai keputusan Kak L, POIN lahir dan mati di Multiply, maka ide unik yang sempat muncul di masa – masa akhir POIN terealisasikan. Setelah pembicaraan yang matang dan tentu dengan membahas konsekuensi, tanggal penerbitan, dan lain sebagainya, akhirnya kami sepakat untuk menggunakan ide tersebut.
“Oke sip, kita buat majalah POIN!”
Rubrik – rubrik yang akan dikeluarkan mulai disusun, kami mencari anggota POINers yang aktif dan semangatnya untuk berkontribusi untuk POIN terlihat hingga terkumpulah penulis – penulis berbakat dan seorang editor. Rapat briefing dimulai, artikel mulai dikumpulkan, diserahkan kepada editor. Setelah editor mencheck ulang dan diberi kata pass, artikel siap dimasukkan ke dalam wadah penerbitan yang saat itu (hingga saat ini) kami mempercayakannya kepada Weebly. Hingga akhirnya penulis, editor, bahkan ilustrator bertambah, ini adalah jadwal rutin kami setiap bulannya tanpa gaji sepeserpun. Entah kekuatan niat dan pengabdian macam apa yang menguatkan kami, mungkin rasa senasib sepenanggungan yang kami rasakan sebagai sesama anggota POINers. Seperti yang saya bilang, tidak ada istilah senior > junior di POIN.
Hari – hari terus berlalu hingga pada saat ini, Ho-oh yang baru telah berumur 1 tahun. Tentu Ho-oh ini berbeda dengan Ho-oh yang sebelumnya. Saya pribadi mengerti mengapa beberapa orang banyak yang mengatakan bahwa POIN yang dulu lebih asik!! Tapi kami mohon kemaklumannya.
Ayah dan anak tidak bisa sepenuhnya serupa. POIN Magz tentu membawa gen dari POIN sebelumnya, tapi kami bangkit menjadi sosok yang berbeda tetapi dengan tujuan yang sama. Memberikan informasi seputar Pokemon kepada seluruh fans Pokemon di Indonesia dan tentu berbagi kebahagiaan kepada kalian setiap bulannya.
Meskipun kadang artikel terlihat kurang dipoles, keterlambatan dalam penerbitan, dan sebagainya terjadi, kami mohon maaf sebesar – besarnya kepada pembaca. Tak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebanyak – banyaknya dan tidak terbatas untuk pembaca, member POINers Group, anggota redaksi tersayang, surat – surat pembaca yang masuk, serta pihak – pihak lain yang telah membantu hingga yang awalnya sebuah ide dapat bangkit telah memiliki rupa dan nama.
Karena kontribusi kita bersama, pada hari ini kita dapat melihat pelangi indah oleh Ho-oh yang semoga akan selalu ada dalam hati kita.
Sekian dari saya Dilgolnarkarena sesungguhnya saya tidak pintar dalam berkata – kata, mohon doanya untuk POIN Magz, ya~!
Salam Kare~
Dilgolnar
--Alasan simpel dan ga jelas mengapa makhluk dengan panggilan Dildul Kudul bisa mendarat di dataran POIN--
_ _ _ _ _ _
Haihalo Halohai semuanya~
Pertama – tama, mari kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izinnya POIN Magz dapat terus terbit secara rutin dan telah mencapai umur 1 tahun pada tanggal 20 Mei 2014 ini. Serta selamat ulang tahun kepada Pokemon Indonesia di Multiply yang keenam karena tanpanya redaksi dan pembaca sekalian mungkin saja tidak akan pernah bertemu.
Sebelum itu, perkenalkan, nama saya Dilgolnar atau dipanggil Dildul Kudul oleh kebanyakan orang. Dalam POIN Magz, saya bertugas sebagai salah satu pengurus inti dan penulis artikel Seru – Seruan serta Kreasi POINers. Pada kesempatan ini, saya mendapat kehormatan untuk berpidato mengenai perjalanan POIN dan POIN Magz.
Well let’s see...
Saya bergabung dengan Pokemon Indonesia di Multiply pada tanggal 27 Agustus 2011 setelah sebelumnya hanya sekedar melihat artikel – artikel Pokemon Indonesia yang muncul di search engine Google. Kedatangan saya sebagai seorang silent reader diawali karena setelah begitu lama tidak bermain maupun menyentuh Pokemon, iseng – iseng pada Minggu pagi mensearch kata “Pokemon Indonesia”. Dulu, Pokemon Indonesia yang berbasis Multiply berada di urutan nomor 1 hingga tentu naluri saya langsung tertarik dan membuka link tersebut. Mengingat, dulu saya sudah memiliki akun Multiply dengan nama Dilgolnar meskipun benar – benar tidak terurus lagi. Saya berhenti menjadi seorang silent reader karena peraturan “Anda harus menjadi member terlebih dahulu untuk membaca ini.” yang ditetapkan oleh pengurus POIN saat itu. Tapi sejujurnya, karena sifat saya yang sebenarnya agak tertutup, saya baru mengisi Sensus dan ikut terjun meramaikan POIN sekitar bulan September. Bahkan saya sempat dikira laki – laki entah mungkin karena usernamenya atau gaya bicara yang mungkin agak kaku waktu itu.
Kalau dipikir, umur saya berada di POIN tidak selama Bagazkarap, Nightwyvern, Psychup, Mudcchi, maupun yang lainnya. Jadi bisa dibilang, saya termasuk salah satu member termuda yang ikut berkecimpung dengan dunia POIN hingga sekarang. Tapi yang membuat saya senang dari POIN adalah, mereka tidak membeda – bedakan atau seakan membuat kasta senior > junior. Sehingga mudah untuk ikut berbincang dan bercanda bersama mereka. Selama kita bersikap sopan dan tidak keterlaluan, seakan kita selalu disapa oleh senyuman hangat dan canda tawa yang riang oleh setiap member.
Kontribusi saya sebagai member dulu sebatas hanya ikut berkomentar di postingan maupun Guest Book, ikut dalam event menggambar (karena kebetulan, saat itu sedang ramai Fakemon dan Gijinka), membuat beberapa artikel seperti Seru – seruan, lirik lagu, dan 1 POIN News. Jujur, dibading sekarang, dulu rasanya untuk memposting tulisan karya kalian lebih menegangkan. Banyak hal yang terpikirkan, seperti reaksi member lain bagaimana, sering dibaca atau tidak, informasi dan ketikannya betul tidak, dan lain sebagainya. Tapi Alhamdulillah, semuanya mendapat respon baik. Lama kelamaan, saya mengikuti berbagai kompetisi seperti Festival Gijinka, POIN League 3, serta Melodia Poinesia. Benar – benar kenangan yang tak dapat dilupakan.
“Haah, ciyus loh?!”, mungkin itulah kalimat yang dapat mengibaratkan POIN saat menghadapi berita hangat dari CEO baru Multiply, Stevan Magdalinski, yang hendak menutup fitur blogging POIN dan fokus dengan Online Shop. Itu berarti ‘kematian’ bagi POIN. Berbagai perasaan tercampur aduk dalam benak saya dan tentu POINers lainnya saat itu. Marah, kesal, sedih, bingung, kok bisa ada hal yang tak dapat kami selesaikan. Mengingat tentu ada perselisihan yang terjadi dalam POIN pada masa itu tapi dapat terselesaikan. Sedangkan ini? Boro – boro demo, petisi yang ditandatangani oleh beribu – ribu orang untuk mengubah pikiran Stevan tak digubris bahkan seorang member dengan username Frontmission sempat datang langsung ke kantor Multiply di Jakarta.
Rencana fitur blog Multiply yang akan dihapus pada akhir bulan Desember 2012 ternyata masih bisa diakses! Tentu hampir semua POINers merayakan hal ini, meskipun tentu ada beberapa orang yang was was. Pada saat itu, Navilink47 yang dipanggil Kak L oleh seantero POIN mengumumkan adanya bentuk kepengurusan POIN yang baru serta dibukanya lowongan Perdana Menteri POIN. Saat itu beberapa member POIN ikut mendaftar tapi pada pengumuman berikutnya, kandidat yang terpilih menjadi PM POIN adalah saya dan Bagazkarap. ‘Pertarungan’ seru antara kami berdua melalui karya tulis kami untuk POIN terpaksa berhenti karena pada bulan Maret 2013, fitur blogging Multiply sudah tidak ada atau berarti POIN sudah tidak dapat diakses lagi. Pada saat kritis ini, POINers yang sudah memiliki hubungan di media sosial lainnya masih dapat berkumpul bersama tapi tentu ada POINers yang lost contact, hilang, berpisah dan tersebar kemana – mana, mengingat dulu member POIN sudah mencapai 7000 lebih. Angka yang sangat wow, bukan?
Maret 2013 juga bulan di mana kami mencari cara untuk membangkitkan POIN. Tapi sesuai keputusan Kak L, POIN lahir dan mati di Multiply, maka ide unik yang sempat muncul di masa – masa akhir POIN terealisasikan. Setelah pembicaraan yang matang dan tentu dengan membahas konsekuensi, tanggal penerbitan, dan lain sebagainya, akhirnya kami sepakat untuk menggunakan ide tersebut.
“Oke sip, kita buat majalah POIN!”
Rubrik – rubrik yang akan dikeluarkan mulai disusun, kami mencari anggota POINers yang aktif dan semangatnya untuk berkontribusi untuk POIN terlihat hingga terkumpulah penulis – penulis berbakat dan seorang editor. Rapat briefing dimulai, artikel mulai dikumpulkan, diserahkan kepada editor. Setelah editor mencheck ulang dan diberi kata pass, artikel siap dimasukkan ke dalam wadah penerbitan yang saat itu (hingga saat ini) kami mempercayakannya kepada Weebly. Hingga akhirnya penulis, editor, bahkan ilustrator bertambah, ini adalah jadwal rutin kami setiap bulannya tanpa gaji sepeserpun. Entah kekuatan niat dan pengabdian macam apa yang menguatkan kami, mungkin rasa senasib sepenanggungan yang kami rasakan sebagai sesama anggota POINers. Seperti yang saya bilang, tidak ada istilah senior > junior di POIN.
Hari – hari terus berlalu hingga pada saat ini, Ho-oh yang baru telah berumur 1 tahun. Tentu Ho-oh ini berbeda dengan Ho-oh yang sebelumnya. Saya pribadi mengerti mengapa beberapa orang banyak yang mengatakan bahwa POIN yang dulu lebih asik!! Tapi kami mohon kemaklumannya.
Ayah dan anak tidak bisa sepenuhnya serupa. POIN Magz tentu membawa gen dari POIN sebelumnya, tapi kami bangkit menjadi sosok yang berbeda tetapi dengan tujuan yang sama. Memberikan informasi seputar Pokemon kepada seluruh fans Pokemon di Indonesia dan tentu berbagi kebahagiaan kepada kalian setiap bulannya.
Meskipun kadang artikel terlihat kurang dipoles, keterlambatan dalam penerbitan, dan sebagainya terjadi, kami mohon maaf sebesar – besarnya kepada pembaca. Tak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebanyak – banyaknya dan tidak terbatas untuk pembaca, member POINers Group, anggota redaksi tersayang, surat – surat pembaca yang masuk, serta pihak – pihak lain yang telah membantu hingga yang awalnya sebuah ide dapat bangkit telah memiliki rupa dan nama.
Karena kontribusi kita bersama, pada hari ini kita dapat melihat pelangi indah oleh Ho-oh yang semoga akan selalu ada dalam hati kita.
Sekian dari saya Dilgolnarkarena sesungguhnya saya tidak pintar dalam berkata – kata, mohon doanya untuk POIN Magz, ya~!
Salam Kare~
Dilgolnar