Our (un)promised hour
PART 1
-------------------------------------------------
Fa, besok Sabtu ikut reunian, gak?
- Gilang
--------------------------------------------------
Aku menutup smartphoneku dan memikirkan kembali isi SMS dari Gilang barusan. Reunian, ya... Rupanya sudah 10 tahun berlalu. Rasanya baru kemarin aku bercermin dengan bangga sambil mengenakan baju putih abu-abu. Well, meski begitu sebenarnya aku tidak punya kenangan berarti di masa SMA. Tidak seperti anak SMA pada umumnya, aku tidak punya banyak teman kala itu. Jadi tidak heran kalau aku sering lupa sesuatu yang berhubungan dengan SMA, karena memang pada awalnya tak ada yang perlu diingat. Bukan tanpa alasan, sih. Selain karena aku orangnya cenderung introvert, aku juga punya hobi yang berbeda daripada anak SMA biasanya, sehingga aku tidak mudah bergaul dengan bahkan teman sekelasku. Aku suka bermain Pokemon. Ya. Ketimbang sibuk ngikutin tren hape dan fashion kala itu, aku lebih suka bermain Pokemon Sapphire di GameBoy Advance berwarna biru milikku. Sampai sekarang pun aku juga masih mengikuti perkembangan game Pokemon. Apalagi dunia Pokemon kompetitif sedang maraknya sekarang. Aku tidak punya pilihan selain semakin terpikat bermain Pokemon... Tunggu, Pokemon? Benar juga... Kalau dipikir-pikir lagi sebenarnya aku punya satu kenangan berarti saat aku SMA. Aku tidak percaya rentang waktu 10 tahun dapat membuatku lupa pada waktu itu. Tentu saja. Bagaimana aku bisa lupa? Waktu itu...
* * *
Fa, besok Sabtu ikut reunian, gak?
- Gilang
--------------------------------------------------
Aku menutup smartphoneku dan memikirkan kembali isi SMS dari Gilang barusan. Reunian, ya... Rupanya sudah 10 tahun berlalu. Rasanya baru kemarin aku bercermin dengan bangga sambil mengenakan baju putih abu-abu. Well, meski begitu sebenarnya aku tidak punya kenangan berarti di masa SMA. Tidak seperti anak SMA pada umumnya, aku tidak punya banyak teman kala itu. Jadi tidak heran kalau aku sering lupa sesuatu yang berhubungan dengan SMA, karena memang pada awalnya tak ada yang perlu diingat. Bukan tanpa alasan, sih. Selain karena aku orangnya cenderung introvert, aku juga punya hobi yang berbeda daripada anak SMA biasanya, sehingga aku tidak mudah bergaul dengan bahkan teman sekelasku. Aku suka bermain Pokemon. Ya. Ketimbang sibuk ngikutin tren hape dan fashion kala itu, aku lebih suka bermain Pokemon Sapphire di GameBoy Advance berwarna biru milikku. Sampai sekarang pun aku juga masih mengikuti perkembangan game Pokemon. Apalagi dunia Pokemon kompetitif sedang maraknya sekarang. Aku tidak punya pilihan selain semakin terpikat bermain Pokemon... Tunggu, Pokemon? Benar juga... Kalau dipikir-pikir lagi sebenarnya aku punya satu kenangan berarti saat aku SMA. Aku tidak percaya rentang waktu 10 tahun dapat membuatku lupa pada waktu itu. Tentu saja. Bagaimana aku bisa lupa? Waktu itu...
* * *
"Karena kalian sekarang adalah kelas 3, mulai hari Senin besok kalian akan mendapatkan tambahan pelajaran selama 1 jam setelah pulang sekolah untuk mempersiapkan UN nanti. Sekian pembinaan dari bapak hari ini."
Seisi kelas langsung riuh setelah mendengar pengumuman dari Pak Okki tadi. Mereka mengeluhkan mulai dari kenapa harus ada tambahan pelajaran, durasi yang lama, bentrok dengan waktu pacaran mereka, dan beberapa hal lainnya yang aku tidak paham filsafatnya. Jujur saja sebenarnya aku tidak terlalu perduli dengan ide mau diadakanya jam tambahan ini. Aku akan tetap melakukan ritual harianku seperti biasa.
Setiap hari sepulang sekolah aku selalu pergi ke lab kimia di lantai 2 untuk bermain Pokemon. Lab kimia kami memang tidak pernah dikunci entah kenapa, jadi aku aman-aman saja pergi ke sana selama ini. Apalagi Pokemon Sapphire baru saja rilis beberapa minggu lalu, dan aku baru saja sampai di Gym 7. Aku tidak ada waktu untuk belajar sementara Hoenn sedang dilanda bahaya. Aku sudah melakukan ritual harianku ini sejak aku kelas 2, saat kakakku baru saja membelikanku GameBoy Color dan game Pokemon Silver. Sejak saat itu aku mulai suka dengan Pokemon, dan aku sering memainkannya di sekolah karena aku tidak punya teman di sini. Aku bukan korban bully atau apa. Aku hanya suka menyendiri.
*
Bel pulang sudah berbunyi. Dengan wajah malas siswa-siwi di kelasku pergi ke luar kelas bukan untuk pulang melainkan hanya untuk sekedar istirahat karena setelah ini akan ada jam tambahan. Aku? Tentu saja aku langsung mengambil tasku dan pergi ke lab kimia. Baru tiga langkah aku keluar dari kelas, seseorang memegang pundakku.
"Kenapa, Fa? Sakit, ya?", tanya Gilang, teman sekelasku yang juga adalah ketua kelas.
Aku hanya mengangguk pelan untuk membalasnya, mencoba mengimplementasikan pernyataannya tadi supaya orang itu tidak akan menganggu ritual harianku. "Oh, yaudah. Cepet sembuh, ya", ucapnya sambil tersenyum kepadaku. Dia memang pantas jadi ketua kelas.
Setelah menaiki kurang lebih 20 anak tangga, aku sampai di lantai dua. Lab kimia berada tepat di sebelah tangga yang aku gunakan, jadi sesampainya aku di atas aku bisa melihat ke dalam ruangan apakah ada orang lain atau tidak di dalam. Tidak ada, seperti biasa. Karena tempatnya yang fleksibel seperti ini lab kimia memang sering digunakan oleh anak-anak nakal untuk membolos pelajaran. Namun kalau sudah pulang begini biasanya sepi seperti sekarang ini. Para cleaning service juga pasti membersihkan lantai satu lebih dulu, jadi aku bisa menikmati waktu cukup lama di sini.
Aku masuk ke lab, menutup pintu, dan langsung duduk di tempat kesukaanku: pojok dekat rak penyimpanan alat praktek. Entah kenapa aku suka mencium bau pembersih yang terkadang tercium dari alat-alat praktek yang baru usai digunakan praktek sambil aku bermain. Aku mengeluarkan GameBoy Advance warna biru milikku dan kembali melanjutkan Pokemon Sapphireku. Aku sekarang sudah berada di dalam Cave of Origin dan bersiap menangkap Kyogre. Aku memasang volumeku keras-keras karena aku ingin merasakan intensnya pertarunganku dengan Kyogre. Musiknya terasa menegangkan sekali! Ini salah satu yang aku suka dari Pokemon, selain pertarungannya yang seru, musik-musiknya pun enak di dengar di telinga. Saat sedang asyik-asyiknya menikmati pertarunganku itulah aku mendengar suara seperti pintu yang dibuka. Sontak aku mengecilkan volumeku ke paling rendah. Cleaning service? Tidak mungkin. Harusnya mereka masih membersihkan lantai satu sekarang. Suara langkah kaki yang semakin terasa dekat membuatku penasaran dan takut mengetahui siapa sebenarnya yang masuk. Aku mengintip ke celah-celah bawah meja dan terlihat orang tersebut memakai kaos kaki dan sepatu. Gawat, ternyata malah salah seorang murid yang masuk. Aku paling tidak bisa menghadapi orang sebayaku. Aku langsung memasukkan GameBoy Advanceku kembali ke tas dan berdiri dari tempatku duduk. Aku menunduk untuk menghindari kontak mata dengan orang tersebut dan berjalan cepat hendak keluar dari ruangan.
"Tadi itu kau sedang melawan Kyogre, kan?"
Sebuah suara yang lembut menghentikan langkahku. Aku menoleh ke belakang untuk mendapati seorang gadis berambut panjang sedang berdiri menatapku dari tempatku duduk tadi. Parasnya cantik. Rambutnya digerai sampai ke punggung. Dia tidak terlalu tinggi. Proporsi tubuhnya bisa dibilang ideal untuk tingginya. Matanya sayu. Caranya memandangku seperti dia sedang berusaha mendekati sesuatu yang rapuh.
"Ba-bagaimana kau bisa tahu?"
Gadis itu tidak menjawab pertanyaanku. Tidak, lebih tepatnya dia tidak sempat menjawab. Dia sibuk berdiri disana sambil menutupi sebuah senyum kecil dengan tangan kanannya. Aku meyakinkan pada diriku sendiri, "Aku telah jatuh cinta".
*
Gadis itu ternyata juga murid kelas 3, lebih tepatnya kelas 3-A. Dia bilang dia datang kemari karena dia tidak ingin mengikuti jam tambahan pelajaran. Dia sudah ikut les, jadi dia bilang dia bisa meledak kalau sampai dia dijejali lagi dengan tambahan pelajaran selama satu jam. Dari perawakannya aku kira dia adalah tipe tuan putri atau sebangsanya, namun rupanya gadis ini cukup humoris. Awalnya dia memang agak malu untuk bicara, namun sekarang dia bahkan sudah bisa tertawa di depanku. Pada akhirnya aku kembali duduk di pojokan sambil berbincang-bincang dengan gadis ini.
"Oh iya, soal tadi. Bagaimana kau bisa tahu aku tadi sedang melawan Kyogre?", terlalu asyik mengobrol, aku sampai lupa alasan dari kenapa kita mengobrol panjang lebar sampai sekarang ini. Mendengar pertanyaanku, bukannya menjawab, gadis itu justru mengambil tasnya dan mencoba merogoh sesuatu yang ada di dalamnya. Sebuah benda yang familiar denganku pun keluar bersamaan dengan tangan manisnya. Sebuah GameBoy Advance! Dan warnanya merah! Wow.
"Memangnya bagaimana caranya aku bisa tahu kalau aku tidak memainkannya? Hehehe...", kata gadis itu sambil tersenyum dan menunjukkan GameBoy Advance merah miliknya.
"Hee? Kau juga bermain Pokemon Sapphire?", tanyaku.
"Tidak. Aku bermain yang Ruby. Musik untuk pertarungan melawan Kyogre dan Groudon kan sama, hehe", katanya sambil menghidupkan mesin miliknya.
"Oh... aku baru tahu. Soalnya aku tidak pernah mencoba versi selain yang aku mainkan". Gadis itu lagi-lagi hanya tersenyum setelah mendengar pernyataanku tadi.
Suasana mulai hening. Gadis itu kelihatannya mulai memainkan Pokemon Ruby miliknya. Aku sendiri juga sudah melanjutkan kembali pertarunganku melawan Kyogre tadi. Sesekali aku akan curi-curi pandang ke arahnya. Ah, semakin dilihat gadis ini makin terlihat cantik. Aku jadi tidak bisa berkonsentrasi bermain. Tak tahan dengan suasana hatiku, aku mendekat ke arahnya dan mencoba mengintip apa yang sedang dia lakukan di permainannya.
"Lho? Ini dimana? Kok aku rasanya gak pernah ke sini", tanyaku terheran setelah melihat sebuah pulau dengan hanya ada bangunan menjulang di pulau itu.
"Ini di Battle Tower. Kau baru bisa kesini kalau sudah mengalahkan Pokemon League," jawab gadis itu.
"Whoa, ternyata kau hebat juga, ya, dalam bermain. Aku saja baru melawan Kyogre."
"Hehe, aku kalau bermain game gini memang suka cepat-cepat. Aku sudah bermain dari jaman Red dan Blue juga, lho."
"Wah, ternyata memang sudah veteran. Aku baru bermain sejak Gold dan Silver."
Dan kami pun mulai saling bercerita tentang sejarah kami mulai bermain Pokemon. Ternyata awalnya dia bermain Pokemon saat dia diberi hadiah GameBoy dan Pokemon Red di hari ulang tahunnya yang ke-10. Katanya Pokemon pertamanya adalah Charmander. Well, aku tidak heran. Kelihatannya gadis ini memang suka sekali warna merah. Bahkan bando yang dipakainya pun berwarna merah. Kami pun berbincang-bincang panjang tentang Pokemon. Apa Pokemon kesukaan kami, karakter kesukaan kami, Gym Leader paling sulit, dan banyak lagi. Aku mengobrol dengannya sambil melihatnya melakukan Double Battle di Battle Tower. Namun seperti mencoba untuk menyuruh kami menyudahi percakapan kami hari ini, bel pulang pun berbunyi. Gadis itu mematikan GameBoy Advance merahnya, memasukkannya ke dalam tasnya, dan beranjak berdiri.
"Terimakasih untuk hari ini. Tak kusangka aku dapat bertemu dengan penggemar Pokemon lainnya di tempat eperti ini," katanya sambil tersenyum sementara aku sedang memasukkan GameBoy Advance biru milikku.
"Tidak, aku yang harus berterimakasih. Hari ini menyenangkan!"
Gadis itu sekali lagi tersenyum. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia berjalan pergi dari ruangan. Namun, sebelum dia benar-benar keluar, dia kembali menoleh ke arahku dan kembali memberikan senyumannya yang manis, lalu berjalan pergi.
"Well, mungkin jam tambahan adalah ide yang bagus," batinku.
Seisi kelas langsung riuh setelah mendengar pengumuman dari Pak Okki tadi. Mereka mengeluhkan mulai dari kenapa harus ada tambahan pelajaran, durasi yang lama, bentrok dengan waktu pacaran mereka, dan beberapa hal lainnya yang aku tidak paham filsafatnya. Jujur saja sebenarnya aku tidak terlalu perduli dengan ide mau diadakanya jam tambahan ini. Aku akan tetap melakukan ritual harianku seperti biasa.
Setiap hari sepulang sekolah aku selalu pergi ke lab kimia di lantai 2 untuk bermain Pokemon. Lab kimia kami memang tidak pernah dikunci entah kenapa, jadi aku aman-aman saja pergi ke sana selama ini. Apalagi Pokemon Sapphire baru saja rilis beberapa minggu lalu, dan aku baru saja sampai di Gym 7. Aku tidak ada waktu untuk belajar sementara Hoenn sedang dilanda bahaya. Aku sudah melakukan ritual harianku ini sejak aku kelas 2, saat kakakku baru saja membelikanku GameBoy Color dan game Pokemon Silver. Sejak saat itu aku mulai suka dengan Pokemon, dan aku sering memainkannya di sekolah karena aku tidak punya teman di sini. Aku bukan korban bully atau apa. Aku hanya suka menyendiri.
*
Bel pulang sudah berbunyi. Dengan wajah malas siswa-siwi di kelasku pergi ke luar kelas bukan untuk pulang melainkan hanya untuk sekedar istirahat karena setelah ini akan ada jam tambahan. Aku? Tentu saja aku langsung mengambil tasku dan pergi ke lab kimia. Baru tiga langkah aku keluar dari kelas, seseorang memegang pundakku.
"Kenapa, Fa? Sakit, ya?", tanya Gilang, teman sekelasku yang juga adalah ketua kelas.
Aku hanya mengangguk pelan untuk membalasnya, mencoba mengimplementasikan pernyataannya tadi supaya orang itu tidak akan menganggu ritual harianku. "Oh, yaudah. Cepet sembuh, ya", ucapnya sambil tersenyum kepadaku. Dia memang pantas jadi ketua kelas.
Setelah menaiki kurang lebih 20 anak tangga, aku sampai di lantai dua. Lab kimia berada tepat di sebelah tangga yang aku gunakan, jadi sesampainya aku di atas aku bisa melihat ke dalam ruangan apakah ada orang lain atau tidak di dalam. Tidak ada, seperti biasa. Karena tempatnya yang fleksibel seperti ini lab kimia memang sering digunakan oleh anak-anak nakal untuk membolos pelajaran. Namun kalau sudah pulang begini biasanya sepi seperti sekarang ini. Para cleaning service juga pasti membersihkan lantai satu lebih dulu, jadi aku bisa menikmati waktu cukup lama di sini.
Aku masuk ke lab, menutup pintu, dan langsung duduk di tempat kesukaanku: pojok dekat rak penyimpanan alat praktek. Entah kenapa aku suka mencium bau pembersih yang terkadang tercium dari alat-alat praktek yang baru usai digunakan praktek sambil aku bermain. Aku mengeluarkan GameBoy Advance warna biru milikku dan kembali melanjutkan Pokemon Sapphireku. Aku sekarang sudah berada di dalam Cave of Origin dan bersiap menangkap Kyogre. Aku memasang volumeku keras-keras karena aku ingin merasakan intensnya pertarunganku dengan Kyogre. Musiknya terasa menegangkan sekali! Ini salah satu yang aku suka dari Pokemon, selain pertarungannya yang seru, musik-musiknya pun enak di dengar di telinga. Saat sedang asyik-asyiknya menikmati pertarunganku itulah aku mendengar suara seperti pintu yang dibuka. Sontak aku mengecilkan volumeku ke paling rendah. Cleaning service? Tidak mungkin. Harusnya mereka masih membersihkan lantai satu sekarang. Suara langkah kaki yang semakin terasa dekat membuatku penasaran dan takut mengetahui siapa sebenarnya yang masuk. Aku mengintip ke celah-celah bawah meja dan terlihat orang tersebut memakai kaos kaki dan sepatu. Gawat, ternyata malah salah seorang murid yang masuk. Aku paling tidak bisa menghadapi orang sebayaku. Aku langsung memasukkan GameBoy Advanceku kembali ke tas dan berdiri dari tempatku duduk. Aku menunduk untuk menghindari kontak mata dengan orang tersebut dan berjalan cepat hendak keluar dari ruangan.
"Tadi itu kau sedang melawan Kyogre, kan?"
Sebuah suara yang lembut menghentikan langkahku. Aku menoleh ke belakang untuk mendapati seorang gadis berambut panjang sedang berdiri menatapku dari tempatku duduk tadi. Parasnya cantik. Rambutnya digerai sampai ke punggung. Dia tidak terlalu tinggi. Proporsi tubuhnya bisa dibilang ideal untuk tingginya. Matanya sayu. Caranya memandangku seperti dia sedang berusaha mendekati sesuatu yang rapuh.
"Ba-bagaimana kau bisa tahu?"
Gadis itu tidak menjawab pertanyaanku. Tidak, lebih tepatnya dia tidak sempat menjawab. Dia sibuk berdiri disana sambil menutupi sebuah senyum kecil dengan tangan kanannya. Aku meyakinkan pada diriku sendiri, "Aku telah jatuh cinta".
*
Gadis itu ternyata juga murid kelas 3, lebih tepatnya kelas 3-A. Dia bilang dia datang kemari karena dia tidak ingin mengikuti jam tambahan pelajaran. Dia sudah ikut les, jadi dia bilang dia bisa meledak kalau sampai dia dijejali lagi dengan tambahan pelajaran selama satu jam. Dari perawakannya aku kira dia adalah tipe tuan putri atau sebangsanya, namun rupanya gadis ini cukup humoris. Awalnya dia memang agak malu untuk bicara, namun sekarang dia bahkan sudah bisa tertawa di depanku. Pada akhirnya aku kembali duduk di pojokan sambil berbincang-bincang dengan gadis ini.
"Oh iya, soal tadi. Bagaimana kau bisa tahu aku tadi sedang melawan Kyogre?", terlalu asyik mengobrol, aku sampai lupa alasan dari kenapa kita mengobrol panjang lebar sampai sekarang ini. Mendengar pertanyaanku, bukannya menjawab, gadis itu justru mengambil tasnya dan mencoba merogoh sesuatu yang ada di dalamnya. Sebuah benda yang familiar denganku pun keluar bersamaan dengan tangan manisnya. Sebuah GameBoy Advance! Dan warnanya merah! Wow.
"Memangnya bagaimana caranya aku bisa tahu kalau aku tidak memainkannya? Hehehe...", kata gadis itu sambil tersenyum dan menunjukkan GameBoy Advance merah miliknya.
"Hee? Kau juga bermain Pokemon Sapphire?", tanyaku.
"Tidak. Aku bermain yang Ruby. Musik untuk pertarungan melawan Kyogre dan Groudon kan sama, hehe", katanya sambil menghidupkan mesin miliknya.
"Oh... aku baru tahu. Soalnya aku tidak pernah mencoba versi selain yang aku mainkan". Gadis itu lagi-lagi hanya tersenyum setelah mendengar pernyataanku tadi.
Suasana mulai hening. Gadis itu kelihatannya mulai memainkan Pokemon Ruby miliknya. Aku sendiri juga sudah melanjutkan kembali pertarunganku melawan Kyogre tadi. Sesekali aku akan curi-curi pandang ke arahnya. Ah, semakin dilihat gadis ini makin terlihat cantik. Aku jadi tidak bisa berkonsentrasi bermain. Tak tahan dengan suasana hatiku, aku mendekat ke arahnya dan mencoba mengintip apa yang sedang dia lakukan di permainannya.
"Lho? Ini dimana? Kok aku rasanya gak pernah ke sini", tanyaku terheran setelah melihat sebuah pulau dengan hanya ada bangunan menjulang di pulau itu.
"Ini di Battle Tower. Kau baru bisa kesini kalau sudah mengalahkan Pokemon League," jawab gadis itu.
"Whoa, ternyata kau hebat juga, ya, dalam bermain. Aku saja baru melawan Kyogre."
"Hehe, aku kalau bermain game gini memang suka cepat-cepat. Aku sudah bermain dari jaman Red dan Blue juga, lho."
"Wah, ternyata memang sudah veteran. Aku baru bermain sejak Gold dan Silver."
Dan kami pun mulai saling bercerita tentang sejarah kami mulai bermain Pokemon. Ternyata awalnya dia bermain Pokemon saat dia diberi hadiah GameBoy dan Pokemon Red di hari ulang tahunnya yang ke-10. Katanya Pokemon pertamanya adalah Charmander. Well, aku tidak heran. Kelihatannya gadis ini memang suka sekali warna merah. Bahkan bando yang dipakainya pun berwarna merah. Kami pun berbincang-bincang panjang tentang Pokemon. Apa Pokemon kesukaan kami, karakter kesukaan kami, Gym Leader paling sulit, dan banyak lagi. Aku mengobrol dengannya sambil melihatnya melakukan Double Battle di Battle Tower. Namun seperti mencoba untuk menyuruh kami menyudahi percakapan kami hari ini, bel pulang pun berbunyi. Gadis itu mematikan GameBoy Advance merahnya, memasukkannya ke dalam tasnya, dan beranjak berdiri.
"Terimakasih untuk hari ini. Tak kusangka aku dapat bertemu dengan penggemar Pokemon lainnya di tempat eperti ini," katanya sambil tersenyum sementara aku sedang memasukkan GameBoy Advance biru milikku.
"Tidak, aku yang harus berterimakasih. Hari ini menyenangkan!"
Gadis itu sekali lagi tersenyum. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia berjalan pergi dari ruangan. Namun, sebelum dia benar-benar keluar, dia kembali menoleh ke arahku dan kembali memberikan senyumannya yang manis, lalu berjalan pergi.
"Well, mungkin jam tambahan adalah ide yang bagus," batinku.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-bersambung-
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-bersambung-
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------