cerpen : Holon's phantom
Di taman kota, tampak kerumunan orang-orang menonton pertandingan pokemon antara dua orang Trainer. Saat ini, tengah diadakan partai Final dari Turnamen Mingguan Main Holon City antara Willie yang membawa Mareep dan Emilia yang membawa Corsola.
Kerumunan penonton tersebut tampak antusias menonton pertandingan penentuan tersebut.
“Mareep, Discharge!” teriak Willie memberi komando pada Mareep untuk menyerang.
“Corsola! Protect!” balas Emilia. Dalam sekejap, Corsola membentuk perisai energi di depannya yang menangkis Discharge. “Serang balik, Ice Beam!” perintah Emilia.
“Mareep, menghindar!” perintah Willie kepada pokemonnya yang lanjut berlari menghindari tembakan es dari Corsola. Pertandingan pun berlanjut dengan tempo cepat, mata para penonton yang pada umumnya non-Trainer tidak dapat beranjak.
“Mareep! Iron Tail!” Mareep langsung mengarayunkan ekornya yang mengeras sepadat besi ke arah Corsola sambil mengikis meriam es pokemon air itu.
“Hmm… Lumayan juga. Corsola, Protect!”
Mareep mencoba menghantam perisai energi Corsola dengan ekornya, tapi sia-sia saja.
Dan lebih buruknya lagi, ia sekarang berada tepat di hadapan Corsola…
“Sayang sekali Earth Power milik Corsola akan merusak taman ini jika digunakan, jadi akan kugunakan serangan yang ini saja; Hidden Power: Ground!” perintah Emilia.
“Hah!?” Willie tampak terkejut.
Corsola pun mengeluarkan cahaya energi kecoklatan dari tubuhnya yang menghantam Mareep. Pokemon domba listrik itupun terlempar jauh dan terpelanting ke tanah, serangan tadi tampaknya berhasil membuatnya kehabisan tenaga.
“Yup, sampai disitu saja. Mareep tidak dapat melanjutkan pertandingan, pemenang partai Final Turnamen Mingguan Main Holon City adalah Emilia dan Corsola!” seru wasit menghentikan pertandingan; para penonton langsung bersorak dan bertepuk tangan kepada kedua partisipan pertandingan itu.
“Yaaay! Kita berhasil, Corsola!” teriak Emilia, gadis pemilik Corsola itu sambil meloncat kegirangan.
“Hey, good game… Kapan-kapan kita bertanding lagi, ya?” kata Emilia seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan lawan tandingnya.
But they’re not the Main Actors…
“Pertandingan tadi lumayan seru juga…” kata seorang pemuda berambut hitam pekat kepada seorang gadis berambut biru tua di sampingnya. “Sayang aku gagal di babak penyisihan; Crobat tampaknya kurang fit belakangan ini…” tambahnya.
“Itu karena kamu terlalu banyak ngasih obat yang aneh-aneh ke dia, Arthur; keadaannya jadi nggak optimal, kan? Padahal kamu lumayan loh…” jawab gadis itu. “Oh, iya… Kamu suka sama Emilia, kan? Sana, kasih selamat ke dia. Dia juara loh…” tambahnya sedikit datar.
“Sebenarnya iya juga sih, tapi dia selalu bilang kalau dia suka banget sama si Van; aku tidak punya kesempatan kayaknya…” jawab Arthur dengan nada agak bercanda sambil menggaruk kepalanya.
“Ah, ngomong-ngomong, kok Albus nggak kelihatan? Katanya dia bakal sampai di sini sebelum pertandingan. Ini pertandingannya udah selesai…” kata gadis berambut biru sambil berpikir.
“Eh, ya… Aku juga nggak melihat dia pas pertandingan. Kira-kira di mana dia?” kata Arthur bingung.
“Heeeey! Arthur! Serah!” tampak seorang pemuda berambut putih yang tidak lain adalah Albus berseru memanggil Arthur dan gadis berambut biru yang bernama Serah tersebut.
“Kenapa baru muncul?” tanya Serah.
“Iya… Udah kami tunggu dari tadi, loh…” timpal Arthur.
“Aah, maaf, maaf… Tadi pas lagi di jalan, aku ketemu sama pokemon ini, dan nangkapnya lama banget!” jawab Albus sambil mengeluarkan sebuah pokeball dari ranselnya. “Pokemon itu adalah…” lanjunya melemparkan pokeball tersebut, mengeluarkan pokemon di dalamnya.
Tampak seekor Teddiursa keluar dari pokeball Albus.
Teddiursa itu memiliki penampilan yang tidak biasa; tampak nyala kemerahan terpancar lemah dari tubuhnya.
“I… Ini…” kata Arthur gugup.
“Mungkinkah?” timpal Serah.
“Yup, aku kelamaan karena mencoba menangkap ini! Ini adalah pokemon Delta Species!” seru Albus bersemangat. “Coba lihat…” kata Albus seraya mengeluarkan HolonDex miliknya, memperlihatkan tipe Teddiursa miliknya sebagai NORMAL dan FIRE.
“Delta Species tidak selangka pokemon Shiny, tapi kemungkinan menakapnya sangat kecil… Jadi karena ini kamu kelamaan yah?” Arthur tampak shock.
“Pokemon Delta Species… Mereka pada awalnya hanya pokemon biasa, namun karena radiasi dari Delta Crystal yang “tumbuh” secara alami di region ini, mereka mendapat kemampuan elemen yang berbeda dari biasa. Radiasi itu juga mengganggu kinerja capsule system, menurunkan performa bola yang digunakan untuk menangkap mereka, dan kamu menangkap pokemon ini dengan pokeball biasa…” jelas Serah tampak kagum, namun tenang.
“Kira-kira 25 pokeball habis untuk menangkap pokemon ini, hehee…” Albus tampak riang sambil menggendong Teddiursa yang tampak senang.
Arthur dan Serah hanya terdiam mendengar jumlahnya.
“Eeh, lepas dari itu, apa yang pengen kamu bicarakan sama kita, Albus?” tanya Arthur.
“Oh, ya… Itu! Aku sebenarnya mau ngajak kalian buat melakukan sesuatu!” jawab Albus antusias.
“Huh? Ngajak ke mana?” Serah tampak bingung.
“Begini, nih… Kalian tahu legenda soal Holon’s Phantom, kan?” tanya Albus.
“Uhh… Tentu saja.” Jawab Arthur.
“Konon, sebelum penduduk region Holon yang sekarang bermukim di sini, peradaban asli tempat ini membuat sebuah kuil di tengah hutan untuk menyimpan artefak legendaris yang menyegel makhluk misterius dengan kekuatan besar. Setelah peradaban yang dulu musnah dan penduduk yang sekarang bermukim di Holon, orang-orang yang mengaku pernah berjumpa dengan makhluk itu di dalam kuil memberi nama makhluk itu Holon’s Phantom. Hingga sekarang, legenda itu masih dikenal luas… Apa kamu ingin kita mengunjungi kuil itu, Albus?” jelas Serah seraya bertanya.
“Yup! Memang itu hanya legenda, tetapi berkat risetku belakangan ini mengenai legenda lokal dan hubungannya dengan fenomena di dunia sekarang ini, legenda itu mungkin saja benar-benar ada!” jelas Albus bersemangat.
“Jika memang ada, apa penjelasan yang paling masuk akal tentang makhluk legendaris yang disegel itu? Pokemon?” kata Serah.
“Ya! Mungkin saja itu pokemon baru yang belum di index! Bukankah hebat jika kita bisa menemukannya?” jawab Albus.
“Hmm… Menarik! Kapan kita pergi?” kata Arthur tertarik.
“Arthur, apa kita akan benar-benar pergi? Aku ragu akan mebuahkan hasil; dan lagi, kegiatan ini dapat membahayakan kita…” kata Serah.
“Setidaknya kita bertualang… Anak 10 tahun saja bisa menjelajah satu region dan pulang hidup-hidup sebagai Champion, kenapa kita yang sudah remaja ini tidak bisa keluar kota?” sergah Arthur.
“Kalau kamu nggak mau ikut sih, nggak apa-apa…” kata Albus kepada Serah.
“O… Oke kalau begitu, aku ikut. Kapan kita pergi?” tanya Serah.
“Besok!” kata Albus bersemangat. “Aku akan sediakan obat-obatan, gadget, dan peralatan lain! Aku pergi yah!” seru Albus seraya berlari pergi.
“Hhh… Albus sebenarnya orangnya pintar, tapi dia kadang bisa terlalu hiperaktif…” gumam Serah.
“Ya, kamu benar.” Timpal Arthur.
* * *
Keesokan harinya, di gerbang kota Main Holon…
“Hei, Arthur! Kamu terlambat! Ayo cepat…” seru Albus.
“Sepertinya aku didahului oleh anak perempuan walikota Main Holon City…” kata Arthur sedikit menggoda Serah. Serah terdiam.
“Baiklah, semuanya sudah pamitan, kan?” sahut Albus.
Arthur dan Serah mengangguk.
“Oke! Ayo kita pergi!” seru Albus menunjuk ke arah luar gerbang seakan dia yang akan menjadi lead character cerita ini…
Akhirnya, perjalanan Arthur dan kedua sahabatnya dimulai…
Di jalan luar kota, Arthur dan kawan-kawan tampak tengah membicarakan rute perjalanan mereka;
“Jadi, dari peta region Holon ini, untuk mencapai Holon Temple Ruins, jalan yang paling cepat adalah melewati selatan Mirage Forest, kemudian bergerak melalui Dark Green Swamp, lalu berjalan lurus ke arah utara. Tetapi, rute itu terlalu berbahaya, terutama di bagian Dark Green Swamp; selain itu, kita akan menggunakan Holon Tower di kota sebagai acuan, maka dataran tinggi di mana menara bisa terlihat dengan jelas akan lebih baik. Karena itu, kita akan melewati bagian selatan Mirage Forest, berputar kearah barat melalui Southern Cross Formation, lalu lurus ke timur. Southern Cross Formation adalah formasi bukit batuan yang cukup aman, dan dataran di sana juga baik sebagai tempat melihat menara acuan kita.” Jelas Albus.
“Wow… Kamu benar-benar semangat, Albus!” Arthur tampak kagum.
Albus tampak tersenyum bersemangat.
“Baiklah, dari sini Arthur akan memimpin rombongan, karena meskipun dari segi overall pokemon milik Serah jauh lebih kuat dari miliknya, pokemon Arthur memiliki manuver yang lebih baik di area terbuka seperti Southern Cross Formation.” Jelas Albus.
Arthur dan Serah mengangguk paham.
* * *
Mirage Forest…
Setelah beberapa lama berjalan kaki dari bagian luar kota Main Holon, Arthur dan kawan-kawan sampai ke bagian selatan Mirage Forest;
“Phew… Akhirnya sampai juga~” sahut Arthur sambil meregangkan tubuhnya.
“Hah… Hah… Cukup melelahkan juga… Phew! (Harusnya aku nggak terlalu sering melakukan hal itu… Sial…)” Albus tampak kewalahan.
“Kita sudah masuk ke Mirage Forest. Sebaiknya kita istirahat dulu…” kata Serah seraya mengedarkan air mineral botolan yang mereka bawa.
Arthur dan kawan-kawan pun duduk di bawah sebuah pohon besar di hutan.
“Hey, setelah liburan usai nanti, kira-kira cerita pengalaman kita ini bakal mendapat reaksi apa di akademi, yah?” sahut Arthur setelah meneguk air minumnya.
“Tergantung… Kalau kita cerita kita cuma kunjungan ke reruntuhan kosong, rata-rata Trainer yang cukup kuat juga bisa… Coba lihat Red dari Kanto. Dia pernah mengalahkan pokemon legendaris pada saat usianya masih 10 tahun; dan itupun saat Trainer belum tahu cara meng-eksploit Ability pokemon mereka.” Jawab Serah.
“Region besar, yah… Aku ingin ke sana suatu saat nanti…” gumam Arthur, menatap jauh.
“Tapi menurutk ini bakal berbuah besar, kok… Hipotesis aku mengenai peradaban kuno di Holon hampir akurat. Hehe…” kata Albus, tersenyum.
Angin berhembus sepoi-sepoi di hutan lebat itu. Semuanya terasa nyaman hingga…
SREK, SREK
Semak-semak yang terletak agak dekat dengan tempat peristirahatan Athur dan kawan-kawan bergerak-gerak dengan cepat.
“Pokemon liar?” Serah tampak berdiri perlahan menyiapkan pokeball miliknya.
Arthur dan Albus juga ikut menyiapkan pokeball mereka.
Dan benarlah, dari dalam semak-semak di sekitar tempat Arthur dan kawan-kawan muncul beberapa ekor Seviper yang langsung mengepung mereka.
“Seviper? Jika hanya ada satu atau dua ekor, mungkin tidak terlalu sulit, tetapi ini?” keluh Arthur seraya memperhatikan kawanan beranggotakan kira-kira tujuh ekor, lebih dari dua kali lipat jumlah mereka.
“Cheh… Maju, Crobat!” seru Arthur.
“Manectric, keluarlah!” sahut Serah.
“Ayo, Zangoose!” seru Albus.
Tanpa membiarkan Arthur dan kawan-kawannya menyiapkan pokemon mereka dengan baik, para Seviper langsung berkerumun menyerang mereka sambil mengarahkan taring beracun mereka.
Seekor Seviper melontarkan dirinya ke arah Albus, hendak menggigitnya.
“Zangoose, Return!” seru Albus.
Zangoose langsung bergerak hendak melindungi tuannya, dilanjutkan dengan mencakar penyerang tuannya, tepat di matanya.
“Bagus! Sekarang, Crush Claw!” Zangoose segera membenamkan kedua cakarnya ke tubuh Seviper itu dengan penuh hasrat, hampir menghabisinya.
“Ini bukan Trainer battle, jadi aku nggak akan segan-segan. Zangoose, habisi!” seru Albus.
Zangoose menghabisi Seviper itu dengan cakarnya, namun dua ekor Seviper lainnya mengerumuninya.
Sementara itu, Arthur sendiri juga sedang sibuk.
“Crobat, Air Slash!” teriaknya.
Namun, Seviper berhasil menghindari serangan tadi, dan sekarang berhasil menyayat tangan kiri Arthur.
“Argh!” Athur berteriak karena rasa sakitnya.
“Sial… Crobat! Aerial Ace!”
Kali ini, serangan Crobat tak terhindarkan, menyayat tubuh Seviper, menghabisinya.
Sementara di bagian Serah, pertandingan berjalan lancar.
“Shock Wave.”
Tiga ekor Seviper tampak tersengat gelombang listrik dari Manectric, membunuh mereka dengan sekali serangan. “Empat ekor.” Kata Serah tenang.
Zangoose milik Albus baru saja mengalahkan Seviper keduanya ketika Seviper yang tersisa terlihat panik dan akhirnya melarikan diri.
“Hah… Hah… Akhirnya selesai juga…” Arthur dan yang lainnya tampak kewalahan.
“Orangtua kita melarang kita keluar kota tanpa pokemon bukan tanpa alasan…” gumam Serah, tampak tidak terlalu lelah.
“Arthur, tanganmu!” seru Serah ketika ia melihat tangan kanan Arthur yang tersayat ekor Seviper.
Terdapat luka menganga di tangan itu, sementara tangan itu sendiri berubah warna menjadi keunguan.
“Poison Tail Seviper… Sepertinya aku kurang beruntung.” Kata Arthur.
Albus langsung mencuci luka tersebut dengan alkohol, memberikan beberapa tetes Antidote ke atasnya, dan membalutnya dengan perban.
“Sebentar lagi baru kita lanjutkan perjalanan… Kita butuh istirahat sedikit lagi.” Nasihat Serah.
Akhirnya Arthur dan kawan-kawan beristirahat sebentar setelah mengobati pokemon mereka.
Setelah mengobati pokemon mereka dan beristirahat, Arthur dan kawan-kawan akhirnya melanjutkan perjalanan ke arah Southern Cross Formation.
* * *
Sementara mereka berjalan melewati bagian selatan Mirage Forest…
“Jika tadi kita lewat rute Dark Green Swamp, kita pasti sudah mati dibunuh Muk dan Victreebell…” gumam Arthur santai.
“Rute pilihanku benar, kan? Di Southern Cross Formation nanti, tidak akan ada pokemon liar yang cukup berbahaya. Di sana juga kita dapat mengacu pada Holon Tower di kota sebagai tanda.” Sahut Albus.
“Oh, ya… Bicara soal Holon Tower, kalian ingat kan mengapa menara itu dibangun?” tanya Serah tersenyum.
“Yup! Pada awalnya, menara Holon dibangun sebagai pemancar gelombang spesial yang dapat menarik perhatian pokemon legendaris, Mew. Namun, karena penggunaan Delta Crystal sebagai inti pemancar gelombang, struktur genetis banyak pokemon di sekitar tower tersusun ulang, mengubah mereka menjadi Delta Species dan sulit ditangkap.” Jelas Albus.
“Benar… Memangnya kenapa, Serah?” tanya Arthur.
“Katanya, ada seorang petualang wanita yang berhasil bertemu dengan Mew.” Jawab Serah.
“Hah? Beneran, nih? Terus?” tanya Albus, antusias.
“Katanya sih, awalnya dia hanya sedang mengumpulkan Sitrus Berry untuk pokemonnya di dalam hutan, tetapi dengan seketika muncul Mew yang tampak tertarik dengan Berry miliknya. Setelah ia memberikan beberapa butir, Mew Menyembuhkannya dan pokemonnya dari luka-luka mereka, lalu pergi…” jelas Serah.
“Woah… Keren! Sayang dia nggak nangkap pokemon itu…” komentar Albus.
“Kalau aku sih bakal kasihan buat nangkap penyelamat aku. Haha…” komentar Arthur.
Setelah beberapa lama berjalan di tengah hutan, Arthur dan kawan-kawan akhirnya sampai di tanjakan yang menuju ke arah Southern Cross Formation, dan langsung berjalan ke puncak bukit.
“Hei, setelah kita sampai di atas nanti, kita makan dulu, yuk… Aku dah lapar nih…” kata Albus.
“Setuju. Pemandangan di atas juga bagus…” balas Serah, tersenyum.
Arthur ikut mengiyakan.
* * *
Di puncak perbukitan Southern Cross Formation…
Setelah sekitar 10 menit mendaki bukit, akhirnya Arthur dan kawan-kawan berhasi mencapai puncak Southern Cross Formation.
Langit biru yang luas dengan sedikit awan di atas mereka…
Hutan lebat yang terbentang (terhampar?) luas di bawah mereka…
Dari kejauhan, menara Holon tampak menjulang tinggi di tengah-tengah kota Main Holon.
“Aah.. Pemandangan ini indah sekali…” gumam Arthur seraya meneguk air botolannya.
“Kita istirahat sebentar!” seru Albus, yang kemudian mulai menyiapkan makan siang dari ranselnya.
“Indah sekali…” tampak Serah memandang langit yang luas di atasnya sambil tersenyum.
Ketika tengah makan-makan di atas bukit, Arthur dan Albus pecah pada sebuah pembicaraan;
“Hey, apa menurutmu… Holon’s Phantom benar-benar ada?” tanya Albus.
“Huh? Bukannya kamu sendiri yang pertama paling yakin? Kenapa kamu ragu sekarang?” tanya Arthur.
“Kalau aku sih percaya-nggak percaya. Aku juga masih penasaran…” tambahnya sambil melahap roti isi.
“Entah… Tetapi, setelah berbagai ekspedisi, apa kamu nggak bingung kenapa para ahli sejarah belum menemukan apa-apa di sana? Aku takut kalau ‘ekspedisi’ kita tidak akan berjalan baik…” kata Albus.
“Masih banyak tempat misterius yang belum terjamah di region kecil ini; bahkan Holon Ruins juga belum terjamah sepenuhnya, kan? Jika iya, pasti itu sudah jadi tempat wisata…” sahut Arthur optimis.
“Karena itu, aku yakin. Kita pasti dapat menemukan sesuatu yang hebat di sana nanti…” tambahnya.
“Ya… Pasti!” jawab Albus.
Kedua sahabat itupun saling mengadu kepalan tangan tanda persahabatan mereka, kemudian lanjut makan dan melihat pemandangan.
Tengah hari. Matahari bersinar terang dengan panasnya yang terik.
“Baiklah, ayo kita lanjutkan perjalanannya!” seru Albus.
“Tunggu! Aku segera kembali!” seru Arthur, berlari ke arah sebuah gua batu, membawa ranselnya.
Beberapa lama kemudian, Arthur kembali.
“Ayo lanjut!” serunya.
“Ada apa tadi?” tanya Serah.
“Aku cuma BAB tadi kok…” jawab Arthur.
“Eh.” Jawab Serah datar.
“Jadi, sekarang kita akan menyusuri perbukitan ini sampai ke arah barat, lalu masuk kembali ke hutan. Setelah itu kita tinggal berjalan terus ke timur, menuju ke reruntuhan. Oke…” jelas Arthur singkat sambil melihat peta miliknya dan teman-temannya.
Meskipun panas terik, angin yang baik di atas perbukitan menyegarkan tubuh Arthur dan teman-temannya yang basah oleh keringat. Benarlah kata Albus, tidak ada pokemon liar yang memiliki tingkat bahaya yang signifikan di atas sana. Tetapi pada akhirnya, mereka harus turun ke hutan lagi.
* * *
“Masuk hutan lagi…” keluh Albus ketika menyadari bahwa mereka harus bersiap menghadapi pokemon yang berbahaya lagi. Serangan Seviper tadi saja sudah membuat mereka kehabisan tenaga. Sekarang apa lagi? Sceptile? Vileplume? …Regirock? Nevermind the later.
Dan benar sajalah… Baru beberapa lama mereka bergerak di dalam hutan, tiga ekor Sceptile sudah menyergap mereka langsung dengan Leaf Blade ke arah mereka.
“Hah? Kita diserang!” sahut Arthur.
“Maju, Crobat!” Arthur mengeluarkan pokemonnya yang biasa.
Serah mengeluarkan Manectric, satu-satunya pokemon miliknya, tetapi terlihat agak ragu;
“Serangan listrik tidak terlalu baik menghadapi mereka…”
Belum berapa lama ia berkata demikian, seekor Golem berguling dari arah bukit, siap menabraknya.
“Ugh, Manectric! Magnet Rise!” komando Serah.
Manectric kemudian menggunakan medan elektromagnet untuk mengangkat Serah dan teman-temannya besertanya, serangan Golem meleset.
“Dengan ini serangan GROUND juga tidak akan kena…” gumam Serah.
“Teman-teman, Manectric akan mempertahankan Magnet Rise pada pertarungan ini; tolong kalian lindungi dia dan serang semua pokemon di bawah.” Sahut Serah mengkoodinir.
“Kita terbang? Keren!” seru Albus.
“Baiklah…” jawab Arthur.
Para Sceptile dibawah langsung melompat ke ketinggian Arthur dan kawan-kawan.
“Crobat, Air Slash!” komando Arthur.
Pisau angin dari Crobat mengenai seekor Sceptile, melemparkannya ke tanah, ke atas Golem.
“Baiklah, maju Teddiursa! Fire Blast!” perintah Albus kepada Teddiursa miliknya, yang langsung membakar kedua Sceptile itu, mengalahkan mereka.
“Hebat… Teddiursa milikmu luar biasa, Albus!” puji Arthur.
“Untung aku nangkap dia kemarin…” sahut Albus.
Sementara itu, Sceptile yang pertama tadi sudah dikalahkan oleh Golem di bawah, yang telah bersiap melontarkan dirinya ke atas, karena serangan GROUND miliknya tidak dapat mengenai Arthur dan yang lainnya di atas.
“Awas!” teriak Serah, namun terlambat.
Golem mengenai mereka semua, termasuk Manectric, sehingga efek Magnet Rise menghilang, dan
Mereka semua jatuh ke tanah.
“Guh… Yang tadi itu kasar sekali…” kata Arthur.
Sementara itu, Golem berhenti, dan meraung kearah Arthur dan kawan-kawannya.
“Satu-satunya yang dapat menyelamatkan kita sekarang ini… Maju, Mawile!” sahut Arthur, mengeluarkan Mawile.
“Mawile? Sejak kapan kamu punya itu?” tanya Albus kaget.
“Akan kujelaskan nanti, Iron Head!” perintah Arthur.
Mawile langsung menghantam Golem dengan ‘kepala’ ekstra miliknya, serangan tersebut kena telak.
“Bagus, Mawile…” kata Athur sambil tersenyum.
Golem mencoba melontarkan dirinya pada Mawile, dan mengenainya. Tetapi Mawile tampaknya tidak bergeming. Satu serangan lagi dari Mawile, hingga akhirnya Golem berhasil dikalahkan.
* * *
“Jadi, tadi di bukit batu tadi kamu bukan BAB tapi lagi nolong Mawile yang sekarat?” tanya Albus yang tengah mengobati luka-luka pokemonnya dan teman-temannya.
“Yup, tadi dia tertelan batu aneh ini…” kata Arthur sambil menunjukkan sebuah batu semi-transparan dengan bentuk bulat sempurna di tangannya.
“Aneh sekali… Aku belum pernah melihat batu seperti ini…” kata Albus sambil memperhatikan batu aneh itu.
“Sebenarnya aku mau bilang soal ini pas udah sampai di reruntuhan, tapi berhubung kita hampir mati tadi, yah… Apa boleh buat…” sahut Arthur santai.
“Hhh… Untung saja ada Mawile…” kata Albus lega.
“Setelah beristirahat sebentar, kita lanjutkan perjalanan. Kita sudah hampir sampai…” kata Arthur.
Kedua sahabatnya menangguk.
Setelah beristirahat sebentar, Arthur dan kawan-kawannya melanjutkan perjalanan mereka menembus hutan, hingga akhirnya mereka sampai ke depan sebuah bangunan besar yang tampak menyatu dengan sebuah bukit besar di belakangnya…
“Tidak salah lagi… Holon Ruins…” gumam Albus.
“Akhirnya… Kita sampai di sini…” kata Arthur, tersenyum bangga.
“Aku penasaran apa Holon’s Phantom memang benar-benar ada… Hmm…” gumam Serah.
* * *
Sementara itu, di suatu tempat…
Tampak seorang gadis di sebuah ruangan luas dengan air menggenanginya sampai ke mata kakinya. Ia tengah sibuk bertarung melawan puluhan ekor Kabuto yang terus-terusan saja melontarkan diri mereka kearah Linoone, Bayleef, dan Scyther miliknya.
Linone dan Bayleef sibuk menahan serangan Kabuto, sementara Scyther melawan musuh yang lebih besar, sama-sama menggunakan sabit.
Gadis itu terlihat panik ketika Linoone miliknya terbenam oleh kumpulan Kabuto dan telah dihabisi oleh serangan keroyokan mereka, sementara Scyther dan Bayleef miliknya terbakar habis oleh serangan sabit berapi musuh yang satunya.
Akhirnya, gadis itu tak memiliki petahanan lagi, dan sabit musuh itu tersayat tepat di perutnya. Gadis itu rubuh di lantai yang tergenang air, namun tidak sebelum ia melontarkan bom distraksi yang menjauhkan musuh-musuhnya untuk beberapa waktu…
Ia ingin meminta tolong, kepada siapapun ia tidak peduli.
Tetapi tidak, tak ada suara yang keluar dari mulutnya…
* * *
-To Be Continued-
Kerumunan penonton tersebut tampak antusias menonton pertandingan penentuan tersebut.
“Mareep, Discharge!” teriak Willie memberi komando pada Mareep untuk menyerang.
“Corsola! Protect!” balas Emilia. Dalam sekejap, Corsola membentuk perisai energi di depannya yang menangkis Discharge. “Serang balik, Ice Beam!” perintah Emilia.
“Mareep, menghindar!” perintah Willie kepada pokemonnya yang lanjut berlari menghindari tembakan es dari Corsola. Pertandingan pun berlanjut dengan tempo cepat, mata para penonton yang pada umumnya non-Trainer tidak dapat beranjak.
“Mareep! Iron Tail!” Mareep langsung mengarayunkan ekornya yang mengeras sepadat besi ke arah Corsola sambil mengikis meriam es pokemon air itu.
“Hmm… Lumayan juga. Corsola, Protect!”
Mareep mencoba menghantam perisai energi Corsola dengan ekornya, tapi sia-sia saja.
Dan lebih buruknya lagi, ia sekarang berada tepat di hadapan Corsola…
“Sayang sekali Earth Power milik Corsola akan merusak taman ini jika digunakan, jadi akan kugunakan serangan yang ini saja; Hidden Power: Ground!” perintah Emilia.
“Hah!?” Willie tampak terkejut.
Corsola pun mengeluarkan cahaya energi kecoklatan dari tubuhnya yang menghantam Mareep. Pokemon domba listrik itupun terlempar jauh dan terpelanting ke tanah, serangan tadi tampaknya berhasil membuatnya kehabisan tenaga.
“Yup, sampai disitu saja. Mareep tidak dapat melanjutkan pertandingan, pemenang partai Final Turnamen Mingguan Main Holon City adalah Emilia dan Corsola!” seru wasit menghentikan pertandingan; para penonton langsung bersorak dan bertepuk tangan kepada kedua partisipan pertandingan itu.
“Yaaay! Kita berhasil, Corsola!” teriak Emilia, gadis pemilik Corsola itu sambil meloncat kegirangan.
“Hey, good game… Kapan-kapan kita bertanding lagi, ya?” kata Emilia seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan lawan tandingnya.
But they’re not the Main Actors…
“Pertandingan tadi lumayan seru juga…” kata seorang pemuda berambut hitam pekat kepada seorang gadis berambut biru tua di sampingnya. “Sayang aku gagal di babak penyisihan; Crobat tampaknya kurang fit belakangan ini…” tambahnya.
“Itu karena kamu terlalu banyak ngasih obat yang aneh-aneh ke dia, Arthur; keadaannya jadi nggak optimal, kan? Padahal kamu lumayan loh…” jawab gadis itu. “Oh, iya… Kamu suka sama Emilia, kan? Sana, kasih selamat ke dia. Dia juara loh…” tambahnya sedikit datar.
“Sebenarnya iya juga sih, tapi dia selalu bilang kalau dia suka banget sama si Van; aku tidak punya kesempatan kayaknya…” jawab Arthur dengan nada agak bercanda sambil menggaruk kepalanya.
“Ah, ngomong-ngomong, kok Albus nggak kelihatan? Katanya dia bakal sampai di sini sebelum pertandingan. Ini pertandingannya udah selesai…” kata gadis berambut biru sambil berpikir.
“Eh, ya… Aku juga nggak melihat dia pas pertandingan. Kira-kira di mana dia?” kata Arthur bingung.
“Heeeey! Arthur! Serah!” tampak seorang pemuda berambut putih yang tidak lain adalah Albus berseru memanggil Arthur dan gadis berambut biru yang bernama Serah tersebut.
“Kenapa baru muncul?” tanya Serah.
“Iya… Udah kami tunggu dari tadi, loh…” timpal Arthur.
“Aah, maaf, maaf… Tadi pas lagi di jalan, aku ketemu sama pokemon ini, dan nangkapnya lama banget!” jawab Albus sambil mengeluarkan sebuah pokeball dari ranselnya. “Pokemon itu adalah…” lanjunya melemparkan pokeball tersebut, mengeluarkan pokemon di dalamnya.
Tampak seekor Teddiursa keluar dari pokeball Albus.
Teddiursa itu memiliki penampilan yang tidak biasa; tampak nyala kemerahan terpancar lemah dari tubuhnya.
“I… Ini…” kata Arthur gugup.
“Mungkinkah?” timpal Serah.
“Yup, aku kelamaan karena mencoba menangkap ini! Ini adalah pokemon Delta Species!” seru Albus bersemangat. “Coba lihat…” kata Albus seraya mengeluarkan HolonDex miliknya, memperlihatkan tipe Teddiursa miliknya sebagai NORMAL dan FIRE.
“Delta Species tidak selangka pokemon Shiny, tapi kemungkinan menakapnya sangat kecil… Jadi karena ini kamu kelamaan yah?” Arthur tampak shock.
“Pokemon Delta Species… Mereka pada awalnya hanya pokemon biasa, namun karena radiasi dari Delta Crystal yang “tumbuh” secara alami di region ini, mereka mendapat kemampuan elemen yang berbeda dari biasa. Radiasi itu juga mengganggu kinerja capsule system, menurunkan performa bola yang digunakan untuk menangkap mereka, dan kamu menangkap pokemon ini dengan pokeball biasa…” jelas Serah tampak kagum, namun tenang.
“Kira-kira 25 pokeball habis untuk menangkap pokemon ini, hehee…” Albus tampak riang sambil menggendong Teddiursa yang tampak senang.
Arthur dan Serah hanya terdiam mendengar jumlahnya.
“Eeh, lepas dari itu, apa yang pengen kamu bicarakan sama kita, Albus?” tanya Arthur.
“Oh, ya… Itu! Aku sebenarnya mau ngajak kalian buat melakukan sesuatu!” jawab Albus antusias.
“Huh? Ngajak ke mana?” Serah tampak bingung.
“Begini, nih… Kalian tahu legenda soal Holon’s Phantom, kan?” tanya Albus.
“Uhh… Tentu saja.” Jawab Arthur.
“Konon, sebelum penduduk region Holon yang sekarang bermukim di sini, peradaban asli tempat ini membuat sebuah kuil di tengah hutan untuk menyimpan artefak legendaris yang menyegel makhluk misterius dengan kekuatan besar. Setelah peradaban yang dulu musnah dan penduduk yang sekarang bermukim di Holon, orang-orang yang mengaku pernah berjumpa dengan makhluk itu di dalam kuil memberi nama makhluk itu Holon’s Phantom. Hingga sekarang, legenda itu masih dikenal luas… Apa kamu ingin kita mengunjungi kuil itu, Albus?” jelas Serah seraya bertanya.
“Yup! Memang itu hanya legenda, tetapi berkat risetku belakangan ini mengenai legenda lokal dan hubungannya dengan fenomena di dunia sekarang ini, legenda itu mungkin saja benar-benar ada!” jelas Albus bersemangat.
“Jika memang ada, apa penjelasan yang paling masuk akal tentang makhluk legendaris yang disegel itu? Pokemon?” kata Serah.
“Ya! Mungkin saja itu pokemon baru yang belum di index! Bukankah hebat jika kita bisa menemukannya?” jawab Albus.
“Hmm… Menarik! Kapan kita pergi?” kata Arthur tertarik.
“Arthur, apa kita akan benar-benar pergi? Aku ragu akan mebuahkan hasil; dan lagi, kegiatan ini dapat membahayakan kita…” kata Serah.
“Setidaknya kita bertualang… Anak 10 tahun saja bisa menjelajah satu region dan pulang hidup-hidup sebagai Champion, kenapa kita yang sudah remaja ini tidak bisa keluar kota?” sergah Arthur.
“Kalau kamu nggak mau ikut sih, nggak apa-apa…” kata Albus kepada Serah.
“O… Oke kalau begitu, aku ikut. Kapan kita pergi?” tanya Serah.
“Besok!” kata Albus bersemangat. “Aku akan sediakan obat-obatan, gadget, dan peralatan lain! Aku pergi yah!” seru Albus seraya berlari pergi.
“Hhh… Albus sebenarnya orangnya pintar, tapi dia kadang bisa terlalu hiperaktif…” gumam Serah.
“Ya, kamu benar.” Timpal Arthur.
* * *
Keesokan harinya, di gerbang kota Main Holon…
“Hei, Arthur! Kamu terlambat! Ayo cepat…” seru Albus.
“Sepertinya aku didahului oleh anak perempuan walikota Main Holon City…” kata Arthur sedikit menggoda Serah. Serah terdiam.
“Baiklah, semuanya sudah pamitan, kan?” sahut Albus.
Arthur dan Serah mengangguk.
“Oke! Ayo kita pergi!” seru Albus menunjuk ke arah luar gerbang seakan dia yang akan menjadi lead character cerita ini…
Akhirnya, perjalanan Arthur dan kedua sahabatnya dimulai…
Di jalan luar kota, Arthur dan kawan-kawan tampak tengah membicarakan rute perjalanan mereka;
“Jadi, dari peta region Holon ini, untuk mencapai Holon Temple Ruins, jalan yang paling cepat adalah melewati selatan Mirage Forest, kemudian bergerak melalui Dark Green Swamp, lalu berjalan lurus ke arah utara. Tetapi, rute itu terlalu berbahaya, terutama di bagian Dark Green Swamp; selain itu, kita akan menggunakan Holon Tower di kota sebagai acuan, maka dataran tinggi di mana menara bisa terlihat dengan jelas akan lebih baik. Karena itu, kita akan melewati bagian selatan Mirage Forest, berputar kearah barat melalui Southern Cross Formation, lalu lurus ke timur. Southern Cross Formation adalah formasi bukit batuan yang cukup aman, dan dataran di sana juga baik sebagai tempat melihat menara acuan kita.” Jelas Albus.
“Wow… Kamu benar-benar semangat, Albus!” Arthur tampak kagum.
Albus tampak tersenyum bersemangat.
“Baiklah, dari sini Arthur akan memimpin rombongan, karena meskipun dari segi overall pokemon milik Serah jauh lebih kuat dari miliknya, pokemon Arthur memiliki manuver yang lebih baik di area terbuka seperti Southern Cross Formation.” Jelas Albus.
Arthur dan Serah mengangguk paham.
* * *
Mirage Forest…
Setelah beberapa lama berjalan kaki dari bagian luar kota Main Holon, Arthur dan kawan-kawan sampai ke bagian selatan Mirage Forest;
“Phew… Akhirnya sampai juga~” sahut Arthur sambil meregangkan tubuhnya.
“Hah… Hah… Cukup melelahkan juga… Phew! (Harusnya aku nggak terlalu sering melakukan hal itu… Sial…)” Albus tampak kewalahan.
“Kita sudah masuk ke Mirage Forest. Sebaiknya kita istirahat dulu…” kata Serah seraya mengedarkan air mineral botolan yang mereka bawa.
Arthur dan kawan-kawan pun duduk di bawah sebuah pohon besar di hutan.
“Hey, setelah liburan usai nanti, kira-kira cerita pengalaman kita ini bakal mendapat reaksi apa di akademi, yah?” sahut Arthur setelah meneguk air minumnya.
“Tergantung… Kalau kita cerita kita cuma kunjungan ke reruntuhan kosong, rata-rata Trainer yang cukup kuat juga bisa… Coba lihat Red dari Kanto. Dia pernah mengalahkan pokemon legendaris pada saat usianya masih 10 tahun; dan itupun saat Trainer belum tahu cara meng-eksploit Ability pokemon mereka.” Jawab Serah.
“Region besar, yah… Aku ingin ke sana suatu saat nanti…” gumam Arthur, menatap jauh.
“Tapi menurutk ini bakal berbuah besar, kok… Hipotesis aku mengenai peradaban kuno di Holon hampir akurat. Hehe…” kata Albus, tersenyum.
Angin berhembus sepoi-sepoi di hutan lebat itu. Semuanya terasa nyaman hingga…
SREK, SREK
Semak-semak yang terletak agak dekat dengan tempat peristirahatan Athur dan kawan-kawan bergerak-gerak dengan cepat.
“Pokemon liar?” Serah tampak berdiri perlahan menyiapkan pokeball miliknya.
Arthur dan Albus juga ikut menyiapkan pokeball mereka.
Dan benarlah, dari dalam semak-semak di sekitar tempat Arthur dan kawan-kawan muncul beberapa ekor Seviper yang langsung mengepung mereka.
“Seviper? Jika hanya ada satu atau dua ekor, mungkin tidak terlalu sulit, tetapi ini?” keluh Arthur seraya memperhatikan kawanan beranggotakan kira-kira tujuh ekor, lebih dari dua kali lipat jumlah mereka.
“Cheh… Maju, Crobat!” seru Arthur.
“Manectric, keluarlah!” sahut Serah.
“Ayo, Zangoose!” seru Albus.
Tanpa membiarkan Arthur dan kawan-kawannya menyiapkan pokemon mereka dengan baik, para Seviper langsung berkerumun menyerang mereka sambil mengarahkan taring beracun mereka.
Seekor Seviper melontarkan dirinya ke arah Albus, hendak menggigitnya.
“Zangoose, Return!” seru Albus.
Zangoose langsung bergerak hendak melindungi tuannya, dilanjutkan dengan mencakar penyerang tuannya, tepat di matanya.
“Bagus! Sekarang, Crush Claw!” Zangoose segera membenamkan kedua cakarnya ke tubuh Seviper itu dengan penuh hasrat, hampir menghabisinya.
“Ini bukan Trainer battle, jadi aku nggak akan segan-segan. Zangoose, habisi!” seru Albus.
Zangoose menghabisi Seviper itu dengan cakarnya, namun dua ekor Seviper lainnya mengerumuninya.
Sementara itu, Arthur sendiri juga sedang sibuk.
“Crobat, Air Slash!” teriaknya.
Namun, Seviper berhasil menghindari serangan tadi, dan sekarang berhasil menyayat tangan kiri Arthur.
“Argh!” Athur berteriak karena rasa sakitnya.
“Sial… Crobat! Aerial Ace!”
Kali ini, serangan Crobat tak terhindarkan, menyayat tubuh Seviper, menghabisinya.
Sementara di bagian Serah, pertandingan berjalan lancar.
“Shock Wave.”
Tiga ekor Seviper tampak tersengat gelombang listrik dari Manectric, membunuh mereka dengan sekali serangan. “Empat ekor.” Kata Serah tenang.
Zangoose milik Albus baru saja mengalahkan Seviper keduanya ketika Seviper yang tersisa terlihat panik dan akhirnya melarikan diri.
“Hah… Hah… Akhirnya selesai juga…” Arthur dan yang lainnya tampak kewalahan.
“Orangtua kita melarang kita keluar kota tanpa pokemon bukan tanpa alasan…” gumam Serah, tampak tidak terlalu lelah.
“Arthur, tanganmu!” seru Serah ketika ia melihat tangan kanan Arthur yang tersayat ekor Seviper.
Terdapat luka menganga di tangan itu, sementara tangan itu sendiri berubah warna menjadi keunguan.
“Poison Tail Seviper… Sepertinya aku kurang beruntung.” Kata Arthur.
Albus langsung mencuci luka tersebut dengan alkohol, memberikan beberapa tetes Antidote ke atasnya, dan membalutnya dengan perban.
“Sebentar lagi baru kita lanjutkan perjalanan… Kita butuh istirahat sedikit lagi.” Nasihat Serah.
Akhirnya Arthur dan kawan-kawan beristirahat sebentar setelah mengobati pokemon mereka.
Setelah mengobati pokemon mereka dan beristirahat, Arthur dan kawan-kawan akhirnya melanjutkan perjalanan ke arah Southern Cross Formation.
* * *
Sementara mereka berjalan melewati bagian selatan Mirage Forest…
“Jika tadi kita lewat rute Dark Green Swamp, kita pasti sudah mati dibunuh Muk dan Victreebell…” gumam Arthur santai.
“Rute pilihanku benar, kan? Di Southern Cross Formation nanti, tidak akan ada pokemon liar yang cukup berbahaya. Di sana juga kita dapat mengacu pada Holon Tower di kota sebagai tanda.” Sahut Albus.
“Oh, ya… Bicara soal Holon Tower, kalian ingat kan mengapa menara itu dibangun?” tanya Serah tersenyum.
“Yup! Pada awalnya, menara Holon dibangun sebagai pemancar gelombang spesial yang dapat menarik perhatian pokemon legendaris, Mew. Namun, karena penggunaan Delta Crystal sebagai inti pemancar gelombang, struktur genetis banyak pokemon di sekitar tower tersusun ulang, mengubah mereka menjadi Delta Species dan sulit ditangkap.” Jelas Albus.
“Benar… Memangnya kenapa, Serah?” tanya Arthur.
“Katanya, ada seorang petualang wanita yang berhasil bertemu dengan Mew.” Jawab Serah.
“Hah? Beneran, nih? Terus?” tanya Albus, antusias.
“Katanya sih, awalnya dia hanya sedang mengumpulkan Sitrus Berry untuk pokemonnya di dalam hutan, tetapi dengan seketika muncul Mew yang tampak tertarik dengan Berry miliknya. Setelah ia memberikan beberapa butir, Mew Menyembuhkannya dan pokemonnya dari luka-luka mereka, lalu pergi…” jelas Serah.
“Woah… Keren! Sayang dia nggak nangkap pokemon itu…” komentar Albus.
“Kalau aku sih bakal kasihan buat nangkap penyelamat aku. Haha…” komentar Arthur.
Setelah beberapa lama berjalan di tengah hutan, Arthur dan kawan-kawan akhirnya sampai di tanjakan yang menuju ke arah Southern Cross Formation, dan langsung berjalan ke puncak bukit.
“Hei, setelah kita sampai di atas nanti, kita makan dulu, yuk… Aku dah lapar nih…” kata Albus.
“Setuju. Pemandangan di atas juga bagus…” balas Serah, tersenyum.
Arthur ikut mengiyakan.
* * *
Di puncak perbukitan Southern Cross Formation…
Setelah sekitar 10 menit mendaki bukit, akhirnya Arthur dan kawan-kawan berhasi mencapai puncak Southern Cross Formation.
Langit biru yang luas dengan sedikit awan di atas mereka…
Hutan lebat yang terbentang (terhampar?) luas di bawah mereka…
Dari kejauhan, menara Holon tampak menjulang tinggi di tengah-tengah kota Main Holon.
“Aah.. Pemandangan ini indah sekali…” gumam Arthur seraya meneguk air botolannya.
“Kita istirahat sebentar!” seru Albus, yang kemudian mulai menyiapkan makan siang dari ranselnya.
“Indah sekali…” tampak Serah memandang langit yang luas di atasnya sambil tersenyum.
Ketika tengah makan-makan di atas bukit, Arthur dan Albus pecah pada sebuah pembicaraan;
“Hey, apa menurutmu… Holon’s Phantom benar-benar ada?” tanya Albus.
“Huh? Bukannya kamu sendiri yang pertama paling yakin? Kenapa kamu ragu sekarang?” tanya Arthur.
“Kalau aku sih percaya-nggak percaya. Aku juga masih penasaran…” tambahnya sambil melahap roti isi.
“Entah… Tetapi, setelah berbagai ekspedisi, apa kamu nggak bingung kenapa para ahli sejarah belum menemukan apa-apa di sana? Aku takut kalau ‘ekspedisi’ kita tidak akan berjalan baik…” kata Albus.
“Masih banyak tempat misterius yang belum terjamah di region kecil ini; bahkan Holon Ruins juga belum terjamah sepenuhnya, kan? Jika iya, pasti itu sudah jadi tempat wisata…” sahut Arthur optimis.
“Karena itu, aku yakin. Kita pasti dapat menemukan sesuatu yang hebat di sana nanti…” tambahnya.
“Ya… Pasti!” jawab Albus.
Kedua sahabat itupun saling mengadu kepalan tangan tanda persahabatan mereka, kemudian lanjut makan dan melihat pemandangan.
Tengah hari. Matahari bersinar terang dengan panasnya yang terik.
“Baiklah, ayo kita lanjutkan perjalanannya!” seru Albus.
“Tunggu! Aku segera kembali!” seru Arthur, berlari ke arah sebuah gua batu, membawa ranselnya.
Beberapa lama kemudian, Arthur kembali.
“Ayo lanjut!” serunya.
“Ada apa tadi?” tanya Serah.
“Aku cuma BAB tadi kok…” jawab Arthur.
“Eh.” Jawab Serah datar.
“Jadi, sekarang kita akan menyusuri perbukitan ini sampai ke arah barat, lalu masuk kembali ke hutan. Setelah itu kita tinggal berjalan terus ke timur, menuju ke reruntuhan. Oke…” jelas Arthur singkat sambil melihat peta miliknya dan teman-temannya.
Meskipun panas terik, angin yang baik di atas perbukitan menyegarkan tubuh Arthur dan teman-temannya yang basah oleh keringat. Benarlah kata Albus, tidak ada pokemon liar yang memiliki tingkat bahaya yang signifikan di atas sana. Tetapi pada akhirnya, mereka harus turun ke hutan lagi.
* * *
“Masuk hutan lagi…” keluh Albus ketika menyadari bahwa mereka harus bersiap menghadapi pokemon yang berbahaya lagi. Serangan Seviper tadi saja sudah membuat mereka kehabisan tenaga. Sekarang apa lagi? Sceptile? Vileplume? …Regirock? Nevermind the later.
Dan benar sajalah… Baru beberapa lama mereka bergerak di dalam hutan, tiga ekor Sceptile sudah menyergap mereka langsung dengan Leaf Blade ke arah mereka.
“Hah? Kita diserang!” sahut Arthur.
“Maju, Crobat!” Arthur mengeluarkan pokemonnya yang biasa.
Serah mengeluarkan Manectric, satu-satunya pokemon miliknya, tetapi terlihat agak ragu;
“Serangan listrik tidak terlalu baik menghadapi mereka…”
Belum berapa lama ia berkata demikian, seekor Golem berguling dari arah bukit, siap menabraknya.
“Ugh, Manectric! Magnet Rise!” komando Serah.
Manectric kemudian menggunakan medan elektromagnet untuk mengangkat Serah dan teman-temannya besertanya, serangan Golem meleset.
“Dengan ini serangan GROUND juga tidak akan kena…” gumam Serah.
“Teman-teman, Manectric akan mempertahankan Magnet Rise pada pertarungan ini; tolong kalian lindungi dia dan serang semua pokemon di bawah.” Sahut Serah mengkoodinir.
“Kita terbang? Keren!” seru Albus.
“Baiklah…” jawab Arthur.
Para Sceptile dibawah langsung melompat ke ketinggian Arthur dan kawan-kawan.
“Crobat, Air Slash!” komando Arthur.
Pisau angin dari Crobat mengenai seekor Sceptile, melemparkannya ke tanah, ke atas Golem.
“Baiklah, maju Teddiursa! Fire Blast!” perintah Albus kepada Teddiursa miliknya, yang langsung membakar kedua Sceptile itu, mengalahkan mereka.
“Hebat… Teddiursa milikmu luar biasa, Albus!” puji Arthur.
“Untung aku nangkap dia kemarin…” sahut Albus.
Sementara itu, Sceptile yang pertama tadi sudah dikalahkan oleh Golem di bawah, yang telah bersiap melontarkan dirinya ke atas, karena serangan GROUND miliknya tidak dapat mengenai Arthur dan yang lainnya di atas.
“Awas!” teriak Serah, namun terlambat.
Golem mengenai mereka semua, termasuk Manectric, sehingga efek Magnet Rise menghilang, dan
Mereka semua jatuh ke tanah.
“Guh… Yang tadi itu kasar sekali…” kata Arthur.
Sementara itu, Golem berhenti, dan meraung kearah Arthur dan kawan-kawannya.
“Satu-satunya yang dapat menyelamatkan kita sekarang ini… Maju, Mawile!” sahut Arthur, mengeluarkan Mawile.
“Mawile? Sejak kapan kamu punya itu?” tanya Albus kaget.
“Akan kujelaskan nanti, Iron Head!” perintah Arthur.
Mawile langsung menghantam Golem dengan ‘kepala’ ekstra miliknya, serangan tersebut kena telak.
“Bagus, Mawile…” kata Athur sambil tersenyum.
Golem mencoba melontarkan dirinya pada Mawile, dan mengenainya. Tetapi Mawile tampaknya tidak bergeming. Satu serangan lagi dari Mawile, hingga akhirnya Golem berhasil dikalahkan.
* * *
“Jadi, tadi di bukit batu tadi kamu bukan BAB tapi lagi nolong Mawile yang sekarat?” tanya Albus yang tengah mengobati luka-luka pokemonnya dan teman-temannya.
“Yup, tadi dia tertelan batu aneh ini…” kata Arthur sambil menunjukkan sebuah batu semi-transparan dengan bentuk bulat sempurna di tangannya.
“Aneh sekali… Aku belum pernah melihat batu seperti ini…” kata Albus sambil memperhatikan batu aneh itu.
“Sebenarnya aku mau bilang soal ini pas udah sampai di reruntuhan, tapi berhubung kita hampir mati tadi, yah… Apa boleh buat…” sahut Arthur santai.
“Hhh… Untung saja ada Mawile…” kata Albus lega.
“Setelah beristirahat sebentar, kita lanjutkan perjalanan. Kita sudah hampir sampai…” kata Arthur.
Kedua sahabatnya menangguk.
Setelah beristirahat sebentar, Arthur dan kawan-kawannya melanjutkan perjalanan mereka menembus hutan, hingga akhirnya mereka sampai ke depan sebuah bangunan besar yang tampak menyatu dengan sebuah bukit besar di belakangnya…
“Tidak salah lagi… Holon Ruins…” gumam Albus.
“Akhirnya… Kita sampai di sini…” kata Arthur, tersenyum bangga.
“Aku penasaran apa Holon’s Phantom memang benar-benar ada… Hmm…” gumam Serah.
* * *
Sementara itu, di suatu tempat…
Tampak seorang gadis di sebuah ruangan luas dengan air menggenanginya sampai ke mata kakinya. Ia tengah sibuk bertarung melawan puluhan ekor Kabuto yang terus-terusan saja melontarkan diri mereka kearah Linoone, Bayleef, dan Scyther miliknya.
Linone dan Bayleef sibuk menahan serangan Kabuto, sementara Scyther melawan musuh yang lebih besar, sama-sama menggunakan sabit.
Gadis itu terlihat panik ketika Linoone miliknya terbenam oleh kumpulan Kabuto dan telah dihabisi oleh serangan keroyokan mereka, sementara Scyther dan Bayleef miliknya terbakar habis oleh serangan sabit berapi musuh yang satunya.
Akhirnya, gadis itu tak memiliki petahanan lagi, dan sabit musuh itu tersayat tepat di perutnya. Gadis itu rubuh di lantai yang tergenang air, namun tidak sebelum ia melontarkan bom distraksi yang menjauhkan musuh-musuhnya untuk beberapa waktu…
Ia ingin meminta tolong, kepada siapapun ia tidak peduli.
Tetapi tidak, tak ada suara yang keluar dari mulutnya…
* * *
-To Be Continued-