Final Snowfall
*PIIIIP* *PIIIIP* *PIIIIIP*
Mngh? Kumatikan alarm dari jam digital yang kuletakkan di samping tempat tidurku seraya mengecek waktu. “Pukul 04:30. Alarm itu menjengkelkan, tapi setidaknya ia dapat membangunkanku sepagi ini… Heh.”
Akupun bangkit berdiri dari tempat tidur dan meregangkan badanku. Kusingkapkan tirai jendela kamarku. Keadaan di luar rumah masih gelap, sementara salju turun dengan derasnya. “Aah, sepertinya aku tidak dapat keluar pagi ini…” gumamku jengkel, masih mengantuk.
Setelah duduk-duduk selama beberapa saat, akupun segera meminum obat-obatan yang terletak di meja kamarku, dan terus mandi. Setelah mandi dan berganti pakaian, kulihat kembali cuaca di luar; sepertinya salju sudah cukup tenang. Aku tersenyum seraya memasangkan Pokeball dan mengenakan tas ranselku. “Ibu, aku pergi yaah~” seruku pada ibu seraya berlari keluar rumah.
Apa yang aku lakukan pada pagi dingin ini? Lari pagi tentunya. Yah, aneh.
***
Salju di luar cukup lebat juga. Salju masih turun dengan tenang dari langit kelabu di atasku. Lampu-lampu dengan cahaya putih menerangi pinggiran jalan yang kulewati. Agak sulit melangkahkan kaki ditengah salju yang menutupi jalan. Aku ingat berita kemarin mengatakan bahwa salju akan berhenti turun samasekali dalam 2-3 hari. “Hmmh… Musim dingin kali ini begitu cepat.” Gumamku sambil berlari.
“He?” langkahku terhenti ketika kulihat sesosok tubuh duduk tertunduk sambil bersandar di depan sebuah bangunan yang baru saja kulewati. Aku lumayan terkejut melihat sosok itu, bukan hanya karena ia mengenakan mantel dan topi tebal hitam, tetapi karena posisinya yang sekilas tampak seperti mayat. Atau orang yang tidur dipinggiran jalan. Jalan yang kulalui ini berada di pinggiran kota, jadi biasanya tidak banyak orang terlihat disini. Apalagi jam segini—ini bahkan belum jam 5 pagi.
Perlahan-lahan, aku mendekati sosok itu. Tangan kiriku memegang Pokeball di ikat pinggangku, yang siap aku lemparkan dalam keadaan gawat. Dari dekat, tampak sosok itu memegangi lengan kirinya dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya tampak terkulai lemah. Apa ia terluka? Aku terkejut ketika sosok itu mengangkat kepalanya, dan lebih terkejut lagi ketika mengetahui siapa sosok itu sebenarnya.
“Yuuka!?” seruku terkejut.
Yuuka tampak terkejut melihatku sepagi ini. “Akira? Se-selamat pagi…” sapanya aneh dengan senyum gugup.
Yuuka adalah teman sekelasku di SMA Kota Amatsu—kami juga sudah berteman sejak kecil. Gadis itu tinggal sendirian di apartemen di tengah kota. Apa yang ia lakukan di tempat seperti ini? Ngg… Mungkin orang juga akan menanyakan pertanyaan yang sama kepadaku sekarang, tetapi tetap saja…
“Apa yang kamu lakukan sepagi ini, Yuuka?” tanyaku.
“Eh… Aku hanya… A-Aku ada perlu. Ya. Cuma Itu.” Jawab Yuuka gugup sambil berdiri sambil terus memegangi lengan kirinya.
Perhatianku kembali tertuju pada lengan itu. “Tanganmu kenapa?” tanyaku.
“Ini… Tadi aku diserang pokemon liar. Tidak parah, kok…” jawabnya. Namun jawabannya diikuti dengan rintihan kecil, membuatku langsung tidak percaya pada ucapannya.
“Sini, kulihat.” Kataku sambil memegangi lengan kirinya perlahan. Yuuka segera mengangkat tangan kanannya, memperlihatkan lengan kirinya yang terluka cukup parah. Akupun dengan hati-hati memeriksa luka itu. “Ikut aku.” Lanjutku.
***
“Aku pulang~!” sahutku seraya melangkah masuk.
Kami memutuskan untuk pergi ke rumahku untuk mengobati luka Yuuka. Ketika di perjalanan tadi, Yuuka menceritakan bahwa ia mendapat telepon dari orangtuanya di kota sebelah. Katanya penyakit ibunya mendadak kambuh. Jadi, Yuuka pergi keluar saat subuh untuk menjenguknya dengan segera. Tapi di Rute antar kota tadi ia diserang oleh segerombolan Poochyena liar. Gadis itu… Nekad sekali ia keluar sesubuh itu.
“Ah, kamu sudah pulang Akira…Eh? Ada Yuuka juga. Ada apa pagi-pagi begini?” sapa ibu yang tengah membersihkan meja ruang tamu.
“Yuuka diserang pokemon liar… Aku menemukan dia ketika sedang jogging tadi.” Jawabku santai sementara Yuuka berdiri di belakangku.
“Hah? Coba ibu lihat.” Sahut ibu dengan nada kuatir seraya menghampiri Yuuka.
Setelah pemeriksaan lebih lanjut dari ibu dan aku, ternyata luka yang di lengan Yuuka memang cukup berat. Sebuah luka gigitan dan beberapa luka cakaran. Bagian mantel Yuuka yang sobek juga menunjukkan bahwa pokemon yang menyerangnya sangat agresif. Adamant?
Ibu segera mengeluarkan kotak obat besar dari belakang. Ibu mencuci lengan Yuuka yang terluka dengan alkohol, sementara aku menyiapkan dan meramu obat-obatan. Ibu membalut lukanya dengan campuran obat-obatan hasil ramuanku, kemudian kulanjutkan dengan membalut perban sementara ibu membereskan kotak obat. Aku suka kerjasama tim kami.
“Kalian hebat… Eh. Terima kasih…” jawab Yuuka, wajahnya tampak merah karena malu.
“Sama-sama~” jawabku.
“Tidak apa-apa, nak Yuuka. Kami hanya melakukan apa yang seharusnya.” Jawab ibu.
Kami selesai mengobati Yuuka kira-kira pukul 06:35 pagi.
***
Setelah mandi, aku menyalakan televisi, dan langsung mencari saluran berita pagi. Ada berita yang sangat menarik perhatianku.
Tampaknya, sebuah ledakan terjadi di pusat penelitian pokemon kota Amatsu subuh tadi. Pusat penelitian itu terletak di pinggiran kota, agak jauh dari sini. Ledakkan itu terjadi sekitar pukul 3 subuh.
Selain itu, sepertinya sebuah benda dicuri dari pusat penelitian itu—Kriolite, atau yang sering disebut Nijuuku atau Frost Holder. Polisi tengah menyelidiki kasus ini sekarang. Sepertinya dampaknya tidak mencapai daerah jogging yang kulewati tadi pagi, karena disana sangat sepi.
Berita itu juga menyampaikan bahwa gas khusus yang merangsang pokemon liar juga ikut terlepas karena ledakan tadi. Hmm… Apa itu yang menyebabkan gerombolan Poochyena liar mengeroyok Yuuka subuh tadi?
Karena merasa bosan di rumah, akupun memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman kota.
***
Taman kota tampak begitu indah di musim dingin. Salju tebal menutupi pepohonan dan bukit-bukit kecil, sementara danau kecil di sungai membeku, memungkinkan orang-orang berjalan dan bermain ski diatasnya. Langit diatas masih kelabu, tetapi tidak mengurangi keindahan taman ini.
“Yup, keluarlah Floette!” seruku seraya mengeluarkan pokemon kesayanganku, Floette. Pokemon peri itu melayang di udara sambil mengibaskan bunga putih miliknya, kemudian jatuh terduduk ke tanah.
Aku berusaha menahan tawa, meskipun itu sangat sulit. Floette terlihat kecewa karena tidak ada bunga yang bermekaran di taman, tetapi aku berusaha menjelaskan kepadanya bahwa musim semi akan segera datang, dan sepertinya ia mengerti…
Jalan-jalan kami berlangsung dengan damai dan menyenangkan, hingga…
*BOOOM!*
Terdengar sebuah ledakan dari tengah taman.
Orang-orang tampak panik dan berhamburan, sementara beberapa orang berseragam hitam tampak berdiri di sekitar bekas ledakan yang ternyata adalah danau beku di tengah taman.
Salah seorang pria berambut pirang diantara orang-orang itu mengeluarkan sebuah benda biru berkulauan dari koper dan mengarahkannya ke kolam yang sekarang telah tergali dalam. Dalam sekejap, air dalam kolam terangkat dan membeku seperti menara pendek di tengah taman.
“Kita berhasil, kapten!” seru seorang pria berseragam hitam. “Misi sukses!” seru yang lainnya.
“Ini memang Nijuuku yang asli. Ia tidak berbohong pada kita.” Kata pria pirang.
Akupun tersadar bahwa tinggal aku seorang diri yang berada di taman, selain dari orang-orang itu tentunya. Mereka melihat kearahku, dan dalam sekejap mengeluarkan pokemon-pokemon mereka, semuanya Manectric. Tunggu… Mereka ingin menghabisiku atau apa…?
“Kapten. Perintah anda.” Sahut seorang pria berseragam hitam.
“Urus saja dia. Aku sudah menyelesaikan urusanku disini.” Kata pria pirang. “Shell Pidgeot.” Ujar pria pirang dengan tenang seraya mengeluarkan seekor pokemon aneh berwujud seperti seekor Pidgeot dari pokeball berwarna krem miliknya. “Bawa aku pergi dari sini…” perintahnya, dan pokemon aneh itu membawanya terbang pergi.
Namun sekarang, akupun memiliki urusanku sendiri. Orang-orang ini…
Enam orang pria dengan Manectric, sepertinya semuanya terlatih. Apa aku bisa menghadapi mereka?
“B-Baiklah, Floette! Ayo kita selesaikan!” sahutku, sementara Floette yang sedari tadi mengambang disampingku langsung memasang kuda-kuda.
“Manectric! Leer!” seru beberapa orang dari mereka. Mata para Manectric mulai menyala, tetapi aku hanya tersenyum kecil. Sepertinya mereka tidak begitu terlatih seperti perkiraanku.
Floette tampak tidak bergeming, membuat orang-orang tadi bingung. “Ke-Kenapa tidak berhasil?”
“Sayang sekali… Ability Flower Veil dari Floette mencegah penurunan stat Floette lewat serangan musuh.”
“Manectric! Thunder Fang!” seru mereka berenam bersama, mencoba mengeroyok Floette.
“Floette! Menghindar!” seruku. “Magical Leaf!”
Magical Leaf mengenai seekor Manectric, tetapi tidak mengalahkannya. Tsk…
Seekor Manectric meloncat dengan Thunder Fang, namun sekali lagi Floette berhasil menghindar dan membalas dengan Magical Leaf.
Pertarungan berjalan dengan monoton, dan Floette telah berhasil menumbangkan dua ekor Manectric. Mereka tampaknya mulai kesal dengan kelincahan Floette yang abnormal. Obat kelincahan racikan ibu memang yang terbaik~!
“Grr… Manectric! Thunder Wave!” seru keempat lawanku. Keempat Manectric langsung melepaskan gelombang listrik dari tubuh mereka.
“Floette! Magic Coat!” seruku.
Floette langsung menutupi tubuhnya dengan cahaya bening seperti kaca, yang memantulkan gelombang petir dari Manectric kembali kepada mereka. Sayangnya Manectric adalah pokemon listrik, sehingga Thunder Wave juga tidak berpengaruh pada mereka.
“Floette! Magical Leaf!” perintahku. Dengan serangan itu, Manectric ketiga jatuh. Sepertinya semuanya berjalan baik sejauh ini…
“Floette—Ugh!” teriakanku terhenti ketika aku merasakan beban di paru-paruku.
Ugh… Kenapa sekarang? Aku kesulitan bernapas, dan jatuh berlutut di salju. Pandanganku semakin kabur, hal yang kulihat adalah orang-orang berseragam hitam yang… Berjalan mundur ke belakang?
***
Ketika kubuka mataku, hal pertama yang kulihat adalah… Yuuka? Dan Floette? Wajah mereka terlihat kuatir. Aku kemudian menyadari bahwa aku tengah duduk bersandar di pohon besar di taman. Entah kenapa aku merasa pohon ini memberikanku kehangatan yang… Menghidupkan…
“Fyuuh! Akhirnya kamu sadar!” seru Yuuka lega. Floette juga terlihat lega.
“Apa… Apa yang terjadi?” tanyaku.
“Tadi aku menemukanmu pingsan di dekat danau. Waktu itu Floette tengah berusaha membangunkanmu…” Jawab Yuuka.
“Aah… Terima kasih, Yuuka. Maaf, Floette…” jawabku.
“Tidak apa-apa… Kamu juga menolongku tadi pagi, kan?” jawab Yuuka sambil mengedipkan sebelah matanya. Floette juga tampaknya memaafkanku.
“Ungh… Tunggu. Bagaimana dengan orang-orang tadi?” tanyaku.
“Orang-orang yang menyerang taman? Oh! Mereka tadi diringkus polisi. Tetapi dua dari mereka sepertinya berhasil lolos…” jawab Yuuka.
“Aah, begitu yah…”
“Tapi kamu hebat, kok! Berhasil menghadapi enam orang hanya dengan Floette…” sahut Yuuka.
“Aku tidak berhasil, kok… Aku hampir berhasil karena bantuan Floette yang telah kuberi ramuan ibu… Kalau saja paru-paruku tidak kambuh lagi…” jawabku menyesal.
“Lain kali, jangan paksakan dirimu…” ujar Yuuka. “A-Aku tidak ingin terdengar menggurui. Ma-Maaf—“
“Tidak. Kamu benar, kok… Aku terlalu memaksakan diriku.” Potongku.
Tidak enak hidup dengan paru-paru abnormal seperti ini. Bahkan dengan obat-obatan yang kuminum tiap pagi dan malam, dan dengan ramauan racikan ibu, paru-paruku tidak akan kembali normal. Dokter dan ibu dua-duanya berkata demikian. Semua obat yang aku minum hanya akan mengurangi frekuensi dan keganasan serangan-serangan mendadak ini… Tetapi itu bukan alasanku untuk kehilangan semangat hidup!
“Yosh! Semuanya sudah selesai, kan? Ayo kita lupakan kejadian tadi! Semangat!” seruku sambil bangkit berdiri. Entah kenapa, aku merasa segar kembali.
Yuuka tersenyum, dan Floette ikut “meloncat-loncat” di udara.
Kamipun menghabiskan sisa hari ini dengan berjalan santai mengelilingi kota kecil kami. Kami pergi ke kafe (Aku baru tahu kalau Yuuka sangat menyukai tiramisu hangat), tempat karaoke (Nyanyianku fals seperti biasanya, tapi aku suka bagian “Tatataratta” dari lagu yang aku dan Yuuka nyanyikan), dan jembatan di tengah kota. Aku sampai di rumah pukul enam, dan menghabiskan malam di rumah.
***
*PIIIIP* *PIIIIP* *PIIIIIP*
“Mngh? Pukul 05:30.” Segera setelah alarm membangunkanku, akupun meminum obat-obatan di meja kamarku dan mengecek cuaca diluar. Salju turun tipis-tipis, tetapi sepertinya aku masih bisa jogging pagi ini… Akupun segera bersiap untuk mandi pagi.
Selama mandi, aku memikirkan hari kemarin. Kemarin benar-benar… Istimewa. Aku senang bisa menghabiskan waktu dengan Yuuka… Tetapi masih ada hal-hal yang mengganjal pikiranku. Siapa sebenarnya orang-orang kemarin?
Apa benda yang dikeluarkan pria pirang kemarin benar-benar Kriolite?
Apa yang mereka inginkan dengan Kriolite?
Pokemon aneh yang dikeluarkan oleh pria pirang itu…
Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja membayangiku, meskipun aku berusaha menyapu mereka ke pinggiran pikiranku.
Setelah mandi, aku langsung membuat roti bakar untuk sarapan. Setelah sarapan, aku segera berpamitan kepada ibu untuk lari pagi.
Selama jogging, aku akhirnya bisa sedikit membersihkan pikiranku. Hmm… Pikiranku yang telah segar kembali sepertinya menyarankanku untuk mengunjungi Yuuka. A-Aku tidak tahu kenapa, tetapi aku hanya… Ingin mengunjunginya. Yup. Jam tanganku menunjukkan pukul 08:37. Ia pasti sudah bangun sekarang…
“Lantai 3, kamar nomor 100…” gumamku seraya menaiki elevator di apartemen.
Setelah sampai di depan kamar yang tepat, aku segera mengetuk pintunya. “Selamat pagi! Yuuka? Kamu ada di dalam?” sahutku. Tidak ada jawaban.
Setelah beberapa kali mengulang dengan hasil yang sama, akupun menyerah. Mungkin ia memang tidak ada di rumah. Akupun memutuskan untuk pulang saja.
Sesampainya di rumah, aku teringat bahwa aku memiliki nomor telepon Yuuka. Argh! Akupun segera meneleponnya. Anehnya, tetapi tidak ada jawaban. Apa dia sangat sibuk hari ini?
“Ah! Pasti ia ada di kota sebelah mengunjungi orangtuanya… Tetapi kenapa ia tidak mengunjungi mereka kemarin saja?” gumamku.
Hari berlalu dengan sangat lama. Aku hanya menghabiskan waktu di rumah, di depan komputer. Pukul sepuluh malam, rasa kantuk sudah mengalahkanku. Akupun berjalan masuk ke kamarku dan tertidur pulas.
***
*TRILILILILILILILIT!* *TRILILILILILILILIT!*
“Huh!?”
Suara deringan telepon genggamku membangunkanku. “Sekarang baru jam 03:30… Siapa yang menelepon di saat-saat begini?” gumamku jengkel. Dengan terkejut, aku mengetahui bahwa yang meneleponku adalah Yuuka.
“Halo? Ada apa, Yuuka?” tanyaku.
“A-Akira… Tolong… Cepat kemari! Me***a ****h k****li dan sekarang—BZZZZTTT” Suara Yuuka terdengar terputus-putus dan panggilan tiba-tiba terputus total.
“Yu… Yuuka…”
Tanpa pikir panjang, aku segera mengabil dua buah pokeball dan ransel milikku, dan segera berlari keluar rumah dengan tujuan apartemen Yuuka. Di depan rumah, aku segera mengeluarkan satu lagi pokemon milikku, “Tolonglah, Swanna! Fly!”
Meskipun salju turun dengan sangat derasnya, aku dan Swanna akhirnya dapat sampai ke depan apartemen Yuuka—Tepatnya ke depan jendela kamar apartemen Yuuka, dan masuk dengan dynamic entry.
Kamar Yuuka berantakan, tampak secarik kertas tergeletak di tengah tempat tidur. Kertas itu berisi ancaman bagiku. Ancaman untuk segera datang ke landasan di Gray Port.
Gray Port adalah sebuah lapangan terbang tua yang terletak di pinggiran kota Amatsu. Lapangan terbang itu sudah tidak terpakai lagi, dan daerah sekitarnya sekarang telah terkenal berbahaya karena pokemon liar dan penjahat.
Setelah perjalanan yang keras karena salju yang turun sangat deras, aku dan Swanna akhirnya sampai ke pinggiran landasan. Tidak jauh dari kami, tampak sesosok figur berdiri. Sosok itu berjalan kearah kami, dan ia ternyata adalah Yuuka!
“Hai, Akira. Kamu datang…” kata Yuuka sambil tersenyum. Yuuka tampak menggunakan seragam hitam yang tidak asing lagi bagiku—Tunggu dulu.
“Yuuka, kenapa kamu—“
Belum saja aku selesai berbicara, sesosok figur lain datang berjalan, dari arah yang berlawanan dengan kami. Ia adalah si pria pirang.
“Hai, Hyugo… Atau mungkin harus kupanggil… Adora.” Kata Yuuka dengan polosnya pada pria berambut pirang, yang ternyata bernama asli Adora itu.
Adora tampak sedikit kesal. “Apa maksud dari semua ini, Yuuka?”
“Untuk memancingmu. Aku mengundang Akira kemari juga. Setelah melihat kemampuannya kemarin, aku percaya bahwa kekuatan kekuatan gabungan dariku dan dia… Akan berhasil menghancurkanmu.” Jelas Yuuka.
Adora terdiam. Ia menatapku dengan tajam, tampak waspada.
Selama beberapa detik, hanya suara deru salju yang mulai mereda yang dapat terdengar.
“Maju, Liepard! Serang Adora!” seru Yuuka mengeluarkan Liepard, yang kemudian menerkam Adora dengan cepat.
“Tsk… Kau pikir serangan seperti itu dapat mengalahkanku? Maju, Manectric!” seru Adora.
Adora kemudian mengeluarkan sebutir batu aneh dari sakunya, dan menerawang Manectric dengan batu itu. Tampak sebuah batu lain yang dikalungkan pada Manectric bersinar, mengubah wujud Manectric menjadi Mega Manectric.
“Mega Manectric! Spark!”
Mega Manectric memancarkan listrik seperti badai dari sekujur tubuhnya, menyetrum dan melemparkan Liepard kearah Yuuka.
“Lebih baik kamu menjelaskan semua ini nanti, Yuuka! Ayo, Floette!” seruku.
“Aku dapat menjelaskan ini sekarang, kok… Aku adalah anggota dari kelompok Adora. Liepard, Dark Pulse!” sahut Yuuka mulai menjelaskan.
Aku terkejut mendengarnya. “Magical Leaf! Serang Manectric!” seruku.
Mega Manectric sedikit bergeming dengan seranganku. “Hoo… Sepertinya kamu melatih pokemonmu dengan cukup baik. Mega Manectric, Charge!”
“Akulah yang mencuri Kriolite dari pusat penelitian waktu itu. Luka yang kudapat waktu itu, adalah luka dari pokemon pelacak milik polisi. Liepard, Night Slash!”
Liepard menyambar dengan cepat, membatalkan proses pengumpulan tenaga Mega Manectric.
“Grr… Manectric, Wild Charge!”
Mega Manectric dan Liepard saling bertabrakan, namun hanya Liepard yang terlempar mundur.
Yuuka segera berlari menghampiri Liepard. “Liepard, kamu tidak apa-apa? Istirahatlah…”
Liepard kemudian mulai menggunakan move Rest, sementara Yuuka mengambil sebutir pokeball dari ikat pinggangnya.
Adora tersenyum. “Kamu… Begitu bodoh. Kamu tidak sadar sedari tadi, yah…”
Tiba-tiba listrik memancar dari bawah Liepard, yang langsung tersadar.
“Electric Terrain. Adalah perangkap yang kupasang menggunakan Mega Manectric ketika ia bertabrakan dengan Liepard tadi. Perangkap ini mencegah pokemon di atas areanya dari beristirahat dan tidur. Selain itu, perangkap ini juga meningkatkan kemampuan serangan listrik pokemon sebesar 50%... Mengerikan, bukan?” jelas Adora.
Mata Yuuka terbelalak setelah ia menyadari artinya.
“Mega Manectric, Spark!”
Petir menyambar Yuuka dan Liepard, sementara lantai dibawah mereka terangsang oleh petir untuk ikut menyetrum mereka.
“Sudah selesai…” ujar Adora.
Namun, ternyata Yuuka masih dapat berdiri. Sepertinya Liepard mengorbankan dirinya dengan menerima serangan Spark dari Mega Manectric tadi. Namun Yuuka juga terluka karena Electric Terrain, yang kemudian menghilang dari arena. Ia kemudian meletakkan jasad Liepard di sampingnya.
Salju berhenti turun, dan langit di atas kami tampak terbuka…
“Yuuka!” akupun segera berlari menghampiri Yuuka yang berusaha berdiri dengan susah payah, yang langsung terjatuh ke rangkulan kedua tanganku.
“Kamu lihat, anak muda? Kekuatan sebenarnya dari pokemon… Jika manusia memiliki akses yang sangat bebas untuk kekuatan seperti itu, apa yang akan mereka lakukan dengan itu? Perang. Perusakan. Kesedihan. Kehancuran. Kita menguasai alam ini. Kita pulalah yang menjadi penyebab kehancurannya.” Sahut Adora.
“Bahkan Yuuka… Yang kehilangan kedua orangtuanya dalam perang bertahun-tahun yang lalu. Yang bergabung dengan kami setelah merasakan kekejaman dunia ini. Ia tahu, bahwa kekuatan pokemon adalah sesuatu yang akan sangat menguntungkan manusia. Ia mencuri Nijuuku demi menyelesaikan proyek besar kami. Demi dunia ini.” Tambahnya.
“Aku… Aku hanya ingin dunia yang indah. Kalian… Kita… Kita berjanji untuk membuat dunia yang demikian. Tetapi bukan dengan hal seperti itu.” Ujar Yuuka, berusaha berdiri.
“Setelah semuanya selesai, dunia akan menjadi indah, Yuuka… Dengan membersihkan dunia ini dari segala kotoran, kita bisa membuat dunia baru yang indah. Dengan menggambar kembali lewat kanvas yang putih bersih.” Jelas Adora. Ia kemudian merongoh kantong jasnya hendak mencari sesuatu, namun tidak mendapatkannya.
Yuuka tersenyum, “Kamu… Begitu bodoh. Kamu tidak sadar sedari tadi, yah…”
Yuuka kemudian mengeluarkan objek berwarna biru muda, bening seperti kristal. Objek itu tampak berbentuk seperti sebuah kepingan salju yang diukir dengan sangat detil.
“Serangan ‘tidak berarti’ yang kulancarkan pertama kalinya… Adalah… Thief.” Ujar Yuuka, agak tertawa.
“Akira… Simpanlah ini. Dan jaga baik-baik.” Kata Yuuka.
“Kau… Saatnya berbincang sudah selesai! Mega Manectric… Thunder!” teriak Adora.
“Floette! Magic Coat!”
Floette memantulkan Thunder pada Mega Manectric, yang sepertinya tidak terluka berat karena serangannya itu.
“Floette! Magical Leaf!”
Serangannya telak mengenai Mega Manectric, mendorongnya mundur ke depan Adora.
“Mega Manectric! Iron Tail!” Serangannya telak mengenai Floette, yang terlempar ke belakangku. “Floette!” teriakku.
Adora langsung mengambil kesempatan ini untuk melanjutkan serangannya.
“Mega Manectric…” Adora tampak berpikir sebentar.
“Signal Beam!” seru Adora.
Signal Beam? Serangan itu tidak begitu efektif pada Floette…
Namun, ternyata ia tidak menyerangku.
“AAAAAAARGH!” Yuuka tampak berteriak mencoba menutup telinganya, namun ia tampak terlalu lemah untuk melakukannya.
“Yuuka!”
“Sekarang, serahkan Nijuuku… Atau gadis ini akan berakhir disini.” Ancam Adora.
“Jangan… Serahkan. Jangan serahkan, Akira!” sahut Yuuka.
Adora kemudian memerintahkan Mega Manectric untuk menambah intensitas Signal Beam. Yuuka berteriak kesakitan, sebelum terdengar suara krekk kecil dan Yuuka berhenti bergerak.
Aku terdiam.
“Sudah kubilang, kan…” ujar Adora.
Yuuka… Ia sudah… … Ia… Ia…
Bahkan Floette tampak tertekan melihat sosok Yuuka terbujur seperti itu, bunga putih di tangan Floette juga tampak layu, mengikuti perasaan Floette.
“Floette! Gunakan seluruh kemampuanmu!” teriakku.
Floette melayang di udara, sementara langit yang terbuka memperlihatkan bulan yang bersinar terang-benderang.
“Demi Yuuka… Ayo, Floette! Serangan yang kamu takutkan untuk digunakan selama ini… Gunakanlah!”
Floette mengangguk.
Yah… Apakah kalian tahu bahwa Floette adalah pokemon tipe Fairy? Selama ini, ia takut akan potensi sebenarnya dari dirinya. Namun sekarang, ia akan menghadapi ketakutannya itu.
Tampak bunga Floette mekar kembali, dan menyala dengan warna merah muda yang indah. Floette tampak menyerap sinar bulan kedalam bunganya, matanya menatap Adora dan Mega Manectri dengan tajam.
“I… Ini… Jangan-jangan. Trainer sepertimu…” ujar Adora tersendat-sendat.
“Moon Blast!” teriakku.
Floette menembakkan cahaya merah muda dari bunganya, yang tepat mengenai Mega Manectric dan melemparkannya ke belakang, mengalahkannya.
“Sekarang… Giliranmu, Adora.” Ujarku.
Adora menyambut kememanganku dengan tepuk tangan. “Kau lihat? Bahkan Trainer biasa sepertimu bisa menguasai jurus tier atas seperti Moon Blast… Aku benar ketika berkata bahwa kamu pasti melatih pokemonmu dengan baik.” Ujarnya.
“Bagaimana jika… Kamu menggantikan Yuuka dan bergabung dengan kami?” tawarnya.
“Tidak akan. Dan aku akan menghabisimu disini, sekarang.” Jawabku.
“Ooh, jangan marah seperti itu…” ia mendadak menjadi ramah setelah mengetahui kekuatanku.
“Jika tidak sekarang… Mungkin nanti. Ketika kamu sudah merasakan kesedihan dan kehancuran dari perang, sama seperti Yuuka. Dan ingatlah satu hal; meskipun dunia ini telah tertulis ulang, keinginan kami akan selalu ada, dan tak akan pernah hilang… Ayo, Shell Pidgeot!” serunya seraya mengeluarkan pokemon anehnya lagi, dan melarikan diri.
Tsk… Dasar pengecut.
Akupun berpaling kearah tubuh Yuuka dan berjalan dengan lunglai kearahnya, nafasku terengah-engah karena terlalu capek.
“Yuuk—“ belum selesai aku berbicara, aku mulai merasakan rasa terbakar di paru-paruku. Gawat… Aku ingat kalau aku lupa meminum obat pagi ini. Lucu juga, hah?
Akupun jatuh berlutut di salju. Aku merayap kearah Yuuka. Namun sebelum aku mencapainya, kesadaranku mulai hilang.
Aku menggulingkan tubuhku, tampak langit terbuka dengan bulan dan bintang-bintang yang indah terhampar di atasku dan Yuuka. Setidaknya pemandangan ini menjadi penutup yang sangat menawan bagi kami.
Hm? Sebelum aku kehilangan kesadaranku, tampak seorang pria menengokku. Rambut hitamnya berkibar di langit, terbawa angin malam. Wajahnya tampak tersenyum ramah.
“Aku melihatnya dalam dirimu. Potensi.” Ujarnya dengan nada ramah.
Setelah itu, aku kehilangan kesadaranku…
***
Mentari pagi membangunkanku. Jam tanganku menunjukkan pukul 05:30 pagi. Tampaknya aku dan tertidur di… Padang rumput pinggiran kota? Kenapa aku ada disini? Yuuka!
Aku melihat sekeliling. Tas milik Yuuka ada di sampingku, bersama secarik kertas. Isinya adalah:
“Akira… Err… Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu. “Dia” datang pagi tadi dan memulihkan kita berdua. Suatu hari nanti, kita pasti dapat bertemu lagi. Selalu sayang padamu, Yuuka.
P.S.
Tolong maafkan aku karena telah melibatkanmu dalam semua masalah ini.”
“Yuuka… Apa yang ia maksud adalah pria semalam? Jika benar, aku lega ia tidak apa-apa…” gumamku. Akupun segera mengecek kedua pokemonku. Floette dan Swanna tampak segar, sepertinya ia telah memulihkan keadaan mereka berdua juga…
Potensi? Apa yang ia maksud?
Di dalam tas Yuuka, tampak Kriolite, beberapa obat, minuman kaleng, dan… Hm?
Tampak sebuah kristal di dalam tas. Kristal itu berbentuk seperti pecahan kayu dari sebuah pohon, dan memiliki kemilau dari tujuh warna yang berbeda. Apa ini pemberian dari pria itu?
***
Di taman, aku berjalan-jalan bersama Floette dan Swanna. Salju mulai meleleh, dan temperature mulai menjadi hangat. Floette tampak senang dengan bunga-bunga yang sebentar lagi akan mulai bermekaran, Swanna sudh tidak sabar lagi untuk mulai mandi di danau kecil di tengah taman, sementara aku…
…Aku sampai ke depan pohon besar di taman. Pohon besar yang waktu itu…
Entah kenapa, aku merasa bahwa pohon itu memanggilku. Semakin lama, resonansi dari pohon itu semakin kuat. Hingga akhirnya aku menyadari, bahwa kristal yang sekarang ada dalam tasku, ikut beresonansi dan sekarang menyala dengan terang yang gemilau.
Musim Semi akan tiba sebentar lagi.
-TAMAT-